• Attention #15SatuMobil •

3.3K 160 8
                                    

Kalo mau nangis-nangis aja, nggak usah di tahan! Kalo emang itu yang bisa bikin lo tenang.

M. Adam Wijaya

***

Setelah tadi pergi meninggalkan Zahra, disinilah keberadaan Andika sekarang, di rumah sakit. Ia sedang menunggu Mamanya yang belum juga sadarkan diri sampai sekarang.

Andika mengusap rambut Mamanya dengan penuh kasih sayang.

"Mah, Mama bangun Ma! Disini udah ada Dika yang nungguin Mama."

Sejujurnya ia tidak tega melihat kondisi Mamanya yang sedang lemah tak berdaya seperti ini. Ia tidak tega melihat Mamanya yang terus menerus mengeluh jantungnya sakit. Apalagi ini penyakit yang cukup berbahaya, dan di derita juga sebagian dari warga indonesia.

"Mah, bangun Ma! Dika sayang sama Mama."

Saat-saat seperti inilah yang membuat Dika sadar bahwa Mamanya adalah salah satu orang yang sangat berharga di dalam hidupnya. ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk selalu menyayangi dan menjaganya, seperti apa yang sudah Mamanya lakukan untuknya.

Jika bisa, ia ingin memohon kepada Tuhan agar penyakit yang di derita Mamanya di pindahkan ke tubuhnya.

"Mah, Mama bangun ya demi Dika! Dika mohon sama Mama." ucapnya sambil mencium kening Ana lumayan lama.

Tidak lama kemudian terlihat pergerakan jari-jari tangan Ana. Berarti ini sesuatu yang baik, bisa jadi Ana akan segera sadar.

Seketika wajah Andika berbinar. Ia bersyukur kepada Tuhan yang masih mau mengabulkan doa-doanya.

"Alhamdulillah, Mama udah sadar?"

Ana mulai membuka matanya perlahan. Setelah itu ia menampilakan senyuman manis di wajahnya, agar terlihat baik-baik saja di depan anaknya.

Mungkin juga seperti itulah yang diperlihatkan ibu-ibu lain di luar sana, mereka berusaha tersenyum di depan anak-anaknya.

"Iya, Mama udah sadar demi kamu." Ana mengucapkannya dengan nada lemah, sebab ia belum sembuh benar.

"Mama kenapa bisa sampai pingsan ginisih?"

"Nggak, Mama baik-baik aja kok. Cuma tadi Jantung Mama tiba-tiba sakit." ucap Ana sambil tersenyum lagi.

"Nggak mungkin nggak ada apa-apa kalo jantung Mama langsung kumat gini. Coba Mama cerita sama Dika, ada apa?"

Suara Andika berubah menjadi lebih lemah lembut jika sedang bersama Mamanya. Bukan hanya itu, jika ia mengobrol dengan Mamanya ia menyebut dirinya sendiri dengan menggunakan namanya. Tidak dengan bahasa 'aku', ataupun 'gue'.

"Nggak ada apa-apa sayang. Kamu tenang aja, jangan khawatirin tentang Mama!"

Andika tahu walaupun Mamanya mengatakan tidak ada apa-apa, ia tahu pasti ada apa-apa. Jika tidak ada apa-apa tidak mungkin kondisinya bisa drop seperti itu. Apalagi penyakit ini sampai kambuh.

Dan Andika juga tahu. 'Tidak ada apa-apanya' seorang wanita berarti 'ada apa-apa'.

●●●

Berbeda dengan Andika yang sedang menunggu Mamanya di Rumah Sakit. Kali ini Zahra sedang terdampar di dalam mobil Adam dan tentu saja ia tidak sendiri, melainkan dengan sang pemilik mobil yaitu Adam.

Sedari mulai masuk mobil tadi hingga sekarang belum ada sama sekali obrolan. Mereka berdua asyik dengan dunianya masing-masing. Zahra sedang mengamati keadaan sekitar melalui kaca jendela mobil. Sedangkan Adam ia fokus menyetir.

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang