"Hmmm"

"Katanya kamu lagi latihan basket kok malah berduaan sama cewek model gini sih? "Johan gelagapan dan segera menjauhkan diri dariku.

"Gu..e pusing..mm Melani"

Aku menatap sekilas perubahan ekspresi Johan, mungkin Melanie ini salah satu mainan Johan dan aku tau apa yang harus aku lakukan sekarang.

Aku berdiri, tubuhku yang beberapa centi lebih tinggi dari Melanie akan membuat rencanaku semakin baik.

"Hai, Melanie. Aku Brianna"

Melani menatapku mencoba menilai siapa wanita yang bersama Johan. Kekasih nya.

"Maafkan adikku yang satu ini ya, dia memang manja padaku"

Johan menekuk wajah ditempatnya berdiri, dan Melanie.

"Ah, kalian ..bersaudara? Kukira Johan menduakanku, sebab kudengar dia.."

"Melanie, kalau kau kemari hanya ingin membuka aib ku di depan Brianna lebih baik kau pulang"Jo menatap Melanie tajam, membuat gadis itu sedikit terintimidasi.

"Tidak, Jo. Sebaiknya aku saja yang pulang. Melani kau duduklah disini" .

Aku berdiri, lalu berbalik badan siap untuk pergi dari tempat ini. Entah kenapa aku jadi tak enak sendiri pada gadis ini.

"Melanie, kau dan Jo sudah berpacaran berapa lama?" aku harus tahu langkah ini benar atau tidak. Aku ingin memastikan sesuatu.

"Aku dan Johan sudah 2 bulan kak"

Tepat seperti dugaanku. Johan memang layak disebut kolektor.

"Baiklah, kurasa cukup. Aku ada urusan. Tolong jaga Johan ya. Bye" aku berjalan cepat menuju pintu keluar mengabaikan suasana hatiku yang tiba-tiba saja kacau setelah kedatangan wanita itu. Tidak biasanya Johan betah dengan mainannya selama lebih dari satu bulan.

Dan bersama Melanie dia bisa sampai 2 bulan.

Hubungan mereka pasti agak serius!

Aku menangis tertahan. Aku mulai lelah pada Johan.

Bagaimana bisa dia dengan gamblangnya menjalin hubungan dengan wanita lain di depanku.

Ya. Aku memang tidak peduli, tapi hatiku peduli, dan hati ini sudah remuk hampir disemua bagian.

Satu tahun bersamaku nyatanya tak merubah sikapnya.

Johan tetap Brengsek!!!

Aku berlari menembus pekatnya malam sendirian, jika biasanya aku menunggu Johan ketika hal seperti tadi terjadi, kali ini egoku menolak.

Cukup sudah!

Aku mengetuk beberapa kali pintu minimalis di depanku dengan tangan bergetar karena kedinginan.

"Mom, aku pulang." pintu rumahku terbuka, ada ibuku yang tersenyum hangat padaku.

Ah, melihat ibuku, kurasa aku harus memikirkan studiku daripada Johan.

Aku masuk kamarku, mandi lalu berganti pakaian hangat agar terlihat manis di depan ibuku. Setelah kupertimbangkan. Untuk sementara aku akan meninggalkan hidupku disini, juga Johan.

"Mom, sekarang kurasa aku sudah siap. Apakah mom keberatan jika aku pergi untuk beberapa saat?"ucapku setenang mungkin.

"Bri, kamu yakin?" aku mengangguk setuju.

"Baiklah, aku akan mengabari Christian jika putrinya akan kembali" ibuku mendesah panjang, lalu kami terdiam cukup lama.

"Apa mom akan ikut bersamaku?" jariku saling terkait, sesekali aku meremas ujung kaos oblong yang menempel pas ditubuhku.

Kumpulan Cerpen Cinta RomantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang