Al Diva Mahendra

1.8K 84 3
                                    

√Satu chapter dulu, entar malem 2 lagi..
√😘 Makasih buat yang udah setia...

***

[First Mission – Kill Vederic]
– Bagian 1 –

***

[Al Diva POV's]

Mentari pagi menyambut perjalanan kami. Perjalanan masih separuh jalan. Kami bahkan belum memasuki Hutan Onix. Adnan nampak sangat kelelahan karena kami memang tidak berhenti berjalan. Keringat menetes dari dahinya. Membahasi kedua pipi mulusnya.

Aku mendekat, mencoba untuk mengelap keringat itu dengan sapu tangan pemberian Mom sebelum upacara penobatan. Adnan terpaku. Mungkin dia terkejut dengan perlakuanku barusan.

"Kau terlihat manis saat berkeringat. Tapi, akan jauh lebih manis saat seperti ini." Ujarku setelah membersihkan keringat di wajahnya. Adnan tersenyum... hina.

"Lebih baik kau urus dirimu sendiri!" Balasnya ketus. Sifatnya memang tidak bisa ditebak. Dia terlihat manis dari luar, tetapi sedikit kejam di dalam.

Aku memasukkan kembali sapu tangan dari Mom. Mencoba kembali fokus ke jalan. Suasana sangat sepi. Kami masih berada di dalam area terbuka. Desa terdekat akan terlihat setelah kami melewati beberapa hutan.

Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Memikirkan bagaimana cara aku membunuh Vederic. Aku tidak memiliki senjata sama sekali untuk melawannya. Ah, iya! Senjata! Aku tidak memilikinya.

"Ad!" Aku memanggilnya.

Dia menoleh dan menanyakan kenapa aku memanggilnya, tentu melalui pikiranku. Dia malas sekali untuk mengeluarkan suaranya. Padahal, akan jauh lebih baik jika menghemat tenaga kita.

"Bisakah kau berbicara saja?" Tanyaku sedikit kesal. Aku tidak suka keheningan.

"Baiklah." Jawabnya.

"Aku tidak memiliki senjata apapun. Bagaimana caraku untuk membunuh Vederic nanti?" Tanyaku pasrah.

"Setiap Assassin memiliki kelebihan masing-masing. Ucapkan saja mantra yang ada di dalam kepalamu itu dan kau akan segera memperoleh senjatamu!"

"Benarkah? Aku tidak mengetahuinya."

Aku mulai memikirkan kelebihanku. Aku sangat mahir dalam menggunakan panah dan juga pedang. Mungkin akan lebih menarik jika menggunakan hidden blade dan crossbow. Pikiranku sudah membayangkan rupa dari kedua senjata menarik itu. Sekarang aku harus mengucapkan mantra itu.

"Slaver'c Patronum." Ucapku lantang.

Dalam sekejap, tangaku sudah memegang sebuah crossbow. Sedangkan, di kedua lenganku, tepatnya di balik jubah lenganku, terdapat hidden blade yang terlihat tajam.

"Sekarang, kau hanya perlu membuat anak busur untuk crossbow itu. Sebaiknya kita mencari juga mencari Castor." Ucap Adnan.

Aku mengangguk paham. Aku akan segera mencari Castor untuk anak busurku nanti. Di depan, kami akan menemukan sebuah desa kecil tempat para peladang tinggal.

Setelah melewati sebuah sungai, kami sampai di area desa yang aku maksudkan tadi. Segera kami masuk ke desa tersebut. Desa ini memang harus kami lewati untuk menuju Desa Zeonix.

Kami menelusuri desa ini. Setelah bertanya kepada beberapa warga desa, kami akhirnya menemukan jalan untuk menuju pasar desa.

Setelah melewati beberapa rumah dan perkebunan, kami akhirnya sampi di pasar desa. Tempat ini sangat ramai. Banyak sekali orang yang berlalu lalang. Padat dan berisik, itulah yang langsung terlintas di benak kita saat melihat tempat ini.

Setiap pedagang berteriak untuk menjajakan dagangannya. Mulai dari buah-buahan, daging, hingga yang lainnya. Namun, aku tidak membutuhkan itu untuk saat ini. Aku lebih membutuhkan anak busur untuk senjataku.

"Aku akan membeli makanan. Kau pergi saja mencari anak busur. Kita bertemu di sana!" Ucap Adnan sambil menunjuk sebuah rumah yang aku duga adalah milik kepala desa.

"Baiklah." Balasku.

Kami berpisah. Aku menelusuri pasar ini untuk mencari pembuat senjata. Sangat sulit memang untuk mencari pembuat senjata di desa seperti ini. Akan lebih mudah jika membelinya dari pengelana.

Aku masih berjalan menelusuri pasar. Sepertinya aku menemukannya. Di ujung pasar terdapat sebuah tenda dengan tulisan, 'Weapon'. Akhirnya, aku tidak akan berjalan lebih jauh lagi.

Aku masuk ke dalam tenda tersebut. Hanya terdapat satu orang di dalamnya. Mungkin, itu penjual senjata di sini. Aku akan segera membeli barang yang aku butuhkan.

"Selamat siang, Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya penjual itu.

"Aku mencari anak busur yang sesuai untuk crossbow milikku ini." Jawabku sambil menunjukkan crossbow milikku yang aku gantung di punggungku.

"Em, sepertinya saya memilikinya. Silahkan Tuan melihat-lihat dahulu sambil menunggu anak busur yang Tuan minta."

Aku mengangguk. Kemudian mengitari seisi tenda. Tidak ada yang menarik. Hampir semua senjata di sini sudah pernah aku lihat di desaku. Aku kembali melihat-lihat. Mencoba mencari senjata yang mungkin akan sangat berguna bagiku.

Mataku tertuju pada sebuah samurai yang ada di salah satu meja di tenda ini. Samurai ini sangat menarik. Lengkungan besinya tidak biasa. Terlihat jauh lebih menawan dari samurai yang lain.

Di genggamannya terdapat sebuah ukiran tulisan latin kuno. Genggaman yang memiliki warna dasar hitam ini nampak nyaman di genggam. Ah, aku akan membeli ini. Koin emasku masih tersisa sangat banyak.

Aku kembali menuju meja penjual tadi. Tak lupa aku membawa samurai itu. Rupanya dia sudah selesai dengan urusannya. Aku dapat melihat sebuah kantong yang aku yakin berisi anak busur yang aku minta.

"Aku akan membeli ini." Ucapku.

"Apakah Tuan yakin? Itu samurai legendaris dari desa kami, Tuan." Jawabnya.

"Ya, aku yakin. Berapa semuanya?"

"Enam ratus keping koin emas."

Aku mengambil kantong koin emasku. Masih terdapat empat kantong koin emas. Masing-masing menyimpan seribu koin emas. Tentu, ini lebih dari cukup.

Aku memberikan enam ratus keping koin emas kepada penjual itu. Ah, aku lupa sesuatu. Aku akan membeli tali senjata dan pelindung samuraiku. Aku mengatakan itu kepada penjual. Dia mengambilkan barang yang aku minta dari bawah meja. Aku hanya perlu menambah seratus keping koin emas untuk barang itu.

Aku keluar dari tenda itu. Tepat setelah aku keluar terdengar suara erangan dari sebuah burung raksasa. Suaranya sangat khas di telingaku. Aku yakin, ini adalah suara dari burung Phoenix.

"Desa di serang, Al Diva! Warga desa Zeonix datang membawa sekawanan Phoenix yang mengamuk!" Ucap Adnan melalui telepati jarak jauh.

"ARKKK!!!"

"Sial! Mereka mengetahui misiku!"

Assassins - Magic In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang