Tidak Suka

5K 336 3
                                    

Siapa yang tangannya gatel ngecek kelanjutannya renren. Yup mari ramaikan. Semoga menghibur...🤓

🍃🌹🍃

"Reno..."

Di depannya sekarang itu benar dy kan?

Reno diam untuk beberapa saat sampai suara raina menyentaknya.

"Pak? Bapak gak serius kan?".
Raina sepertinya belum menyadari ekspresi reno yang berubah.

"Raina...

"Oke saya panggil reno. Sudah puas?"

Jika ada bawahannya yang selugas dan blak-blakan maka itu adalah raina.

"Oh... dia...

Raina baru menyadari ada sosok wanita yang cukup familiar di matanya. Ia penasaran karena dy sepertinya tidak baik-baik saja. Tapi urusannya dengan atasannya belum selesai.

"Raina kita kembali ke kantor."

"Apa? Gak jadi pulang pak?".

"Kamu masuk duluan ke mobil. Pak djaja udah nunggu dan jangan panggil bapak lagi".

"Tapi pak...eh reno...

"Masuk". Reno menyuruhnya dan juga membukakan pintu mobil untuknya.

"Masuk raina".

"I...iya".

Semua itu tak luput dari netra dy. Ia menatap sayu juga merasa salah tempat. Kenapa bisa secara kebetulan mereka bisa bertemu di sini?

Dy dengan wajah sembab sehabis menangis tak mampu menutupi ekspresi wajahnya. Tapi ia tak ingin reno terganggu. Seharusnya ia tak refleks memanggil reno kan?

Sementara reno setelah memastikan raina masuk ke mobil. Ia mendekati dy.

"Aku harus kembali ke kantor. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan sekarang". Reno membohongi dy padahal ia sedang tak berniat bekerja hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Pulang awal ketika jam kerja belum selesai.

"Dy kamu kenapa?".

"Maksudku kenapa kamu bisa di sini?"

Tidak mau terlihat bahwa ia mencemaskan dy. Reno mengalihkan pertanyaannya. Padahal sebenarnya ia ingin bertanya kenapa dy terlihat menyedihkan?.

"Aku ke sini...

Dy baru menyadari ternyata ia berhenti tepat di depan sebuah restoran. Padahal tadi ia hanya menyusuri tempat penyeberangan jalan hingga berjalan tak tentu arah. Ia juga memperhatikan sekeliling ternyata mall yang ia kunjungi beberapa waktu lalu sudah tak kelihatan gedungnya. Ya ampun ternyata ia sudah berjalan jauh. Jika di bali dulu ia dan neneknya kadang memang terbiasa berjalan menyusuri pantai. Kadang bersepeda dari rumah neneknya kemana-mana yang jaraknnya cukup jauh. Jika tidak berjalan kaki maka ia bersepeda. Itu yang dilakukan dy untuk menghibur dirinya.

"Kamu belum makan? Di jam segini dy?". Reno teringat hari yang sudah beranjak sore. Tapi sadar ia masih kesal dengan dy pagi tadi. Ia tidak boleh memperlihatkan kekhawatirannya.

"Emmh... tadi aku ke sini. Sepertinya aku meninggalkan ponselku di sini".

"Benarkah?". Reno bertanya dengan tatapan menyelidik.

"Iya".

"Baiklah. Kami harus kembali ke kantor".

Reno sebenarnya masih ingin bertanya banyak pada dy. Rasanya ada yang tak beres. Tapi ia punya ego yang tinggi dia tidak ingin dy mengetahui jika ia seharian ini terus-terusan memikirkan dy. Jadi walau ragu ia tetap meninggalkan dy sendirian di sana.

Tentang Kamu (END)Where stories live. Discover now