Reno...

4.9K 350 9
                                    

Note: Kasih support dengan vote + komentarnya. Thank you. 🤓

Hati-hati ada typonya. Tolong bantu komentarnya pas nemu typo ya men-temen.

🍃🌹🍃

Dy baru saja selesai mengurus kembali kepemilikan kartu ATM-nya. Ia tersenyum lega dengan begini ia bisa membayar hutangnya pada Reno.
Tangannya meraba tas kecil miliknya begitu menemukan ponselnya. Dy mencari kontak reno dan teringat ia tak menyimpan nomor kontaknya.

Apa sebaiknya ia pergi ke kantor reno? Sebentar lagi jam makan siang. Tapi ia ragu jika nanti mengganggu pekerjaan reno. Menyetop taksi dy belum mengatakan kemana tujuannya saat supir bertanya.

"Mau kemana ya mbak?".

"Kita jalan aja dulu ya pak".

Supir itu menurutinya. Sudah lewat jauh dari bank tempat ia menyetop taksi dy belum juga mengatakan tujuannya.

"Mbak. Lagi bingung mau kemana? Udah mau jam makan siang. Mbak mau dianter ke restoran terdekat atau mau ke mall yang di sana".

"Pak. Kita ke mall aja."

"Iya mbak".

Tak lama kemudian taksi yang ia tumpangi sudah sampai di depan mall. Sepertinya ide kemari juga tidak buruk.

Dy tidak menggunakan lift ia lebih suka menggunakan eskalator karena ia bisa memandang aktifitas orang-orang di sekitarnya. Itu cukup menyenangkan mengamati berbagai ekspresi orang lain. Dan sedikit membuatnya tidak merasa sendirian di dunia. Kedua orang tuanya telah meninggal saat ia berusia 5 tahun karena sepeda motor yang dikendarai ayahnya serta ibunya yang dibonceng bertabrakan dengan truk. Ayahnya meninggal di tempat sementara ibunya sempat dilarikan ke rumah sakit. Malangnya ibunya tak bisa diselamatkan akibat luka yang dialami ibunya juga parah. Ibunya bertahan seakan menunggu kedatangan dy kecil menyampaikan perpisahan terakhir dengannya. Dy belum terlalu cukup mengerti dengan arti perpisahan yang ia alami saat itu yang ternyata adalah perpisahan selama-lamanya. Dy kemudian dirawat oleh neneknya orang yang sangat ia sayangi. Namun dy juga harus merelakan neneknya yang meninggal dua tahun lalu.

Kembali lagi ke dunia nyata dy memasuki gerai yang menjual pakaian khusus pria. Matanya seolah menuntunnya kemari. Dulu ia juga pernah membelikan kemeja untuk arya. Tapi pria itu menolaknya karena tidak sesuai dengan seleranya. Dy berusaha memahami arya dan berpikir yang baik-baik saja. Namun hati kecilnya seakan membantah, dy seolah diingatkan dan meragu bahwa arya memang tak menghargai hadiah darinya.

"Mungkin ini karena kak arya  memutuskan hubungan sepihak dengannya".

"Ada yang bisa dibantu?".

Dy memijat pelipisnya untung saja ada pramuniaga yang menyapanya. Jika tidak ia mungkin sudah terlalu larut dengan lamunannya.

"Saya bisa lihat koleksi dasinya mbak?".

Pramuniaga itu menuntunnya dan menunjukan koleksi dasi milik gerai mereka.

"Yang ini aja mbak."

"Pilihannya yang bagus mbak. Buat pacarnya ya mbak?".

"Eh...".

"Mbak lagi bingung pilih yang mana takut pacarnya gak suka?".

Sepertinya pramuniaga ini salah mengartikan maksudnya. Tapi ia memang bingung dan sempat cemas jika reno tidak menyukai hadiahnya nanti.

"Dia bukan pacar mbak tapi teman saya".

"Ah maaf mbak. Saya pikir mbak lagi marahan sama pacarnya jadinya saya pikir mbaknya mau kasih hadiah buat nenangin pacarnya. Sepertinya sya yang salah".

Tentang Kamu (END)Where stories live. Discover now