Dia menghilang.
Hilang dan pergi di balik gerhana.
Entah sudah berapa lama, nyaris tak terhitung aku menatap langit dan menunggunya.
Ranting-ranting mulai layu, begitu pula harapanku.
Walau sebenarnya memang tak pernah ada harapan bagiku.
Untuk matahari.
Semuanya benar-benar nyaris pupus,
Namun suatu malam, ranting-ranting itu tumbuh kembali.
Menjadi segar dan begitu subur.
Hingga Bumi ini tak tahu bagaimana harus menjaga diri.
Dia menghilang dan aku sudah mulai lupa,
tapi semua itu menjadi sia-sia.
Wahai Semesta,
Dia kembali.
Apakah hatiku masih bisa menjaga diri?
-Bumi yang mulai lupa, tapi semuanya kembali sia-sia.
YOU ARE READING
Hanya Seberkas Rasa
PoetrySebuah ungkapan dari seorang manusia yang sulit mengungkapkan rasa. hak cipta terlindungi, 2016, sarvio. #20 Poetry [280617]