8. Back Together

674 38 9
                                    

NOTE: I've put this story to 'mature' category since long time ago, right? So, kalau ada adegan-adegan 17+ dan ternyata kalian belum 17+ tapi tetep ngeyel mau baca, resiko ditanggung penumpang ya ;)

WARNING! This episode contains a lot of sweetness because the author got tired already to write more 'galau-galau' scenes :p

Happy reading!

***


"Aku pulang," Joon Ho melangkah memasuki apartemen. Satu tangannya menenteng kantong belanja berisi berbagai bahan makanan. Ia ingin kakaknya melakukan sesuatu yang digemarinya, yaitu memasak. Ia berharap dengan kesibukan di dapur, kakaknya itu bisa sejenak melupakan permasalahan hatinya.

"Ji Hyo Noona?" panggilnya.

Sepi. Tidak ada jawaban. Bahkan tidak ada suara sekecil apapun. Televisi di ruang tengah dalam keadaan mati. Joon Ho menuju ke kamar Ji Hyo, "Noona, ayo masak bersama!" ajaknya sambil membuka pintu kamar.

Namun kamar Ji Hyo juga kosong. Joon Ho mengerutkan kening. Ke mana kakaknya itu? Apa dia sedang pergi bersama temannya? Atau bersama Lee Dong Wook? Joon Ho tidak mempunyai nomor telepon teman-teman Ji Hyo, jadi satu-satunya nomor yang ia tuju hanyalah nomor Ji Hyo sendiri.

Belum sempat diangkat, Joon Ho mendengar suara menggelegar dari luar. Ia menengok melalui jendela yang gordennya belum ditutup. Kilat menyambar sekali lagi, diikuti suara guntur yang bergemuruh di langit. Oh, tidak! Sepertinya hujan akan segera turun. Dengan harap-harap cemas, Joon Ho menunggu panggilannya diangkat.

"Nomor yang Anda tuju..."

"Sial!" Joon Ho memutuskan sambungan, lalu meletakkan kantong belanja yang tanpa sadar masih ia bawa sejak tadi. Setelah menjatuhkan diri di sofa, ia mencoba menenangkan diri dan meyakinkan hatinya bahwa Ji Hyo kemungkinan besar sedang bersama Lee Dong Wook. Kakaknya itu bukan lagi anak kecil, jadi tidak seharusnya ia khawatir seperti ini.

Entah sejak kapan Joon Ho merasa bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga kakaknya. Setelah orang tuanya bercerai, kedua kakak beradik itu hanya memiliki satu sama lain, meski mereka tinggal bersama kakek nenek mereka. Dan kini setelah kakek neneknya meninggal, semakin besar keinginan Joon Ho untuk selalu melindungi kakaknya. Baginya, Ji Hyo merupakan sosok yang penting dalam hidupnya.

Joon Ho tersentak saat menyadari bahwa hujan mulai turun di luar sana. Ia berdiri, menatap keluar jendela dengan gelisah.

Ji Hyo Noona... cepatlah pulang...

***

Di tempat lain, di waktu yang bersamaan, Kap Jin tengah mewanti-wanti Jong Kook dan memberinya sederet instruksi, "Tidak usah mampir ke gym malam ini! Langsung pulanglah! Hyung harus segera makan dan tidur. Kapanpun ada waktu untuk istirahat, kau harus istirahat. Tidak lama lagi kita akan sibuk setengah mati mempersiapkan konser dan rangkaian tur. Jangan lupa minum vitamin untuk daya tahan tubuh. Besok pagi aku akan datang ke rumahmu," cerocos Kap Jin pada Jong Kook yang kelihatannya hanya mendengarkan dengan setengah hati, "Hyung dengar tidak?!" omelnya jengkel.

"Iya, aku dengar," balas Jong Kook, "Jangan terlalu rewel seperti itu," gerutunya.

Kap Jin tetap membuntuti saat Jong Kook berjalan menuju mobil yang berada di parkiran luar kantor agensinya, "Yah, hujan."

Jong Kook memakai tudung jaketnya, "Kalau begitu aku pulang dulu!"

"Tunggu! Hyung tidak bawa payung?"

Teriakan Kap Jin teredam oleh derasnya suara hujan. Jong Kook sudah berlari menerobos hujan tanpa menjawab seruan manajernya. Ia menekan tombol pada kunci mobil. Lampu depan mobilnya berkedip sambil mengeluarkan bunyi 'beep beep'. Jong Kook menyelinap masuk ke dalamnya dan mengusap rambut depannya yang basah.

다시 (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang