R.C Chapter II - Kesan Pertama

Começar do início
                                    

“Kau bisa mempercayaiku.” Cassandra tersenyum lembut. Berjalan mendahului Aoi memasuki rumah kos miliknya.

Aoi melihat rumah kos yang Cassandra miliki secara diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Rumah besar yang terlihat sejuk dan nyaman. Masuk ke dalam Aoi diberikan penampakan laki-laki yang tengah memasak di dapur. Berbalik, laki-laki itu menatap terkejut ke arah mereka.

“Pagi, Kak Cassandra.” sapa laki-laki itu dengan intonasi sopan di telinga Aoi.

“Pagi. Ah, ya. Kenalakan ada penghuni baru namanya Aoi. Dan Aoi, dia Zarkan salah satu penghuni di sini.”

“Salam kenal. Aku Zarkan.” Zarkan memperkenalkan dirinya dengan sopan yang hanya dibalas anggukan kepala mengerti dari Aoi dan senyum tidak enak dari Cassandra.

“Di depan ada sofa untuk menerima tamu. Lalu, di sini sofa untuk bersantai, ada meja makan dan dapur.” Cassandra mulai menjelaskan. “Di bawah ada lima kamar dengan satu kamar mandi. Kamar di bawah khusus untuk penghuni laki-laki. Sedangkan di atas, ada lima kamar untuk penghuni perempuan dan dua kamar mandi. Ruang untuk mencuci juga tersedia di atas. Kebersihan rumah kos aku percayakan pada para penghuni. Uang kos di sini belum termasuk biaya listrik dan air yang dibayar terpisah tergantung dari besar pemakaian tiap bulan. Aku datang dua atau tiga bulan sekali untuk cek kebersihan kos dan cek sarana kos yang tersedia.”

Aoi mengangguk mengerti. “Jadi dimana kamarku?”

“Di atas.”

◆◆◆

Selepas ditinggal Cassandra yang dilakukan Aoi adalah mengunci kamarnya dan tidur untuk mengganti tidur malamnya yang tersita karena perjalanan kaburnya. Terbangun di sore hari, Aoi merasa tubuhnya jauh lebih segar terlebih ketika dia selesai mandi. Turun ke bawah dengan kotak teh hijau, chrysant dan chamomile, Aoi memutuskan untuk menata minuman kesukaannya. Membuka lemari dapur, Aoi menaruh tehnya dengan susunan yang rapi. Benar-benar melambangkan pemilik golongan darah A yang perfeksionis.

Menikmati teh sorenya dengan santai, Aoi dikejutkan dengan suara berisik yang berasal dari arah depan. Dia melihat empat orang melenggang masuk dengan berisik dan Aoi tidak paham mereka berkata apa.

“Oh, San. Kayaknya dia yang diceritain Zarkan tadi pagi, deh.”

Aoi hanya bisa menangkap kata cerita, laki-laki bernama Zarkan dan tadi pagi. Seperti mereka tengah membicarakan dirinya dan dia harus memutuskan untuk tenang. Dia tidak boleh kalah tenang dari Artemis, Kakak sepupunya.

“Iya, Mbak Anggi. Dia Aoi yang datang sama Kak Cassandra tadi pagi.” Zarkan sedikit menjelaskan dan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju. Hari ini dia libur dari kerja part timenya dan waktunya dia istirahat dari rutinitasnya yang lelah.

Keluar dari kamarnya Zarkan bisa mendapati dua perempuan yang duduk di jurusan berbeda sedang menopang dagu mengamati penghuni baru kos mereka.

“Mbak San sama Mbak Nggi kenapa?” tanya Zarkan yang sukses tidak dijawab dua orang itu. Menggeleng pelan, Zarkan memilih menuju dapur. Membuka lemari dapur dan mengambil teh yang terjangkau dari tangannya. Laki-laki itu, berkerut bingung ketika mendapati bentuk teh yang tidak seperti biasanya. Mengabaikan, dia mulai membuat teh hangat untuk dirinya sendiri.

Dia menghirup aroma teh yang berbeda dari biasanya dan menyesap sedikit rasanya. “Bentuknya aneh. Tapi, rasanya enak. Kayak teh mahal.” komentarnya dan membawanya keluar yang tetap disambut dengan Susan dan Anggi yang menopang dagu mengamati Aoi.

“Mbak San, Mbak Nggi. Kesurupan, ya?” tanya Zarkan yang mengambil duduk di sebelah Aoi tanpa tahu jika gadis di sampingnya tengah menatap cangkir tehnya.

Aoi mengamati cangkir berisi teh yang sama persis seperti diminumnya. Lalu, dia melihat cangkirnya dan berkesimpulan jika itu benar teh miliknya. Terlebih aroma itu adalah khas aroma chrysant tea favoritnya. Bagaimana bisa laki-laki itu bersikap tidak sopan dengan tidak bertanya lebih dahulu? Aoi tidak bisa menolerir hal ini. Kedua Kakaknya tahu betul jika Aoi tidak suka miliknya disentuh tanpa ijin.

What the fuck you doing!” umpat Aoi sambil menggebrak meja makan dengan tangan kanannya.

“Apa?” tanya Zarkan tenang. Laki-laki menyembunyikan kekagetannya dengan sangat baik. Membuat Aoi harus memberikan tepuk tangan salut karena tidak ciut dengan kemarahannya.

“Itu salah satu teh favoritku. Bertanyalah jika kau tidak ingin mati muda.” geram Aoi dan berdiri meninggalkan meja makan.

“Zarkan, lo ngapain anak orang?” tanya Ragil yang hanya melihat wajah kesal Aoi. “Mbak San, Mbak Nggi?” Ragil menatap dua perempuan yang juga ikut tampak kesal.

“Tanya Zarkan, deh. Acara pengamatam gue sama Anggi gagal gara-gara Zarkan.” Susan berkata tidak terima. “Minta maaf deh, Zar.”

Menghembuskan napasnya berat. Zarkan menuruti ucapan Susan untuk meminta maaf. Berdiri di depan kamar milik Aoi, laki-laki itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya apa salahnya? Karena tiba-tiba Aoi mengumpati dirinya dan berkata teh favorit gadis itu. Zarkan kemudian membulatkan kedua matanya kaget. Sadar akan kesalahannya. Mengetuk pintu Aoi dengan intens, akhirnya yang ingin ditemui Zarkan berdiri dengan wajah dingin dihadapannya.

“Aku minta maaf. Aku nggak tahu kalau itu teh milikmu.”

Dan Aoi tidak pernah melihat sorot mata laki-laki yang penuh dengan ketulusan, kehangatan dan perjuangan kecuali Kakak, sepupu dan anak teman-teman Ibunya. Sekarang Aoi berharap Danette berada di sini untuk melihat aura yang dimiliki laki-laki di depannya.








-.T. B. C.-







Hayooooo ada yang sudah bisa menebak Aoi anak siapa??? 😳

Ini Aoi👇 Hayooo ada yang bisa nebak siapa dua kakaknya??? 😳


Jangan lupa vote dan comment yaaaaaa 😘

See you~~ 💋💋💋







Real CinderellaOnde histórias criam vida. Descubra agora