10 pertanyaan

308 10 1
                                    

"Malam menelantarkan sunyinya didepan pintu rindu yang belum dibuka tuannya"

******

Tak terasa, detik demi detik terlewat begitu cepat. Kini langit kembali menjadi gelap, dan menghadirkan jutaan bintang yang menghiasi angan, seperti biasa aku diam terpaku mengagumi kuasa ilahi, langit malam dan bintang selalu membuat gaduh sunyiku yang ingin kuteriakkan sembari menatapnya. Aku menyukainya, aku juga mengaguminya, namun tak melebihi kagumku pada sang Pencipta-Nya. 😊 Kuhela nafas dalam- dalam dan kemudian kuraih sebuah cangkir mungil yang berada dipinggiran meja lalu kugenggamnya erat dengan kedua tanganku, untuk sekedar menghangatkan tangan yang terasa membeku sedari tadi. Tiba-tiba pikiranku melayang dan terlintas pada sesuatu yang tak inginku pikirkan untuk saat ini, namun hati tak ingin menyudahi pikiran itu dan membuatku semakin tenggelam dalam bayangan angan.

Terselip wajahnya menari-nari dalam ingatanku, mengagumi cara ia tersenyum membuatku seakan melebur menjadi kepingan-kepingan yang tak beraturan, "Yusuf" setampan itukah? Namanyapun sama persis dengan Nama Nabi Yusuf yang terkenal karena ketampanannya.

Ketaatannya kepada Allah, membuat rasa dihatiku ingin menetap, akhlaknya yang indah dan santun menentramkan jiwaku dikala memandang, namun anehnya aku harus berusaha mengakhiri rasa ini. Sebab aku sangat tak ingin menyakiti sahabatku sendiri, meski aku yang lebih dulu dan lama menyimpan rasa ini.

"Astagfirullah.." aku beristigfar dan menyudahi pikiranku yang mulai nari-nari kesana kemari.

Dan aku dikejutkan pada seseorang yang kini berada tepat didepanku. Iya, dia didepanku, berada tepat didepanku saat ini, dia hadir nyata dalam pandanganku, bukan hanya dalam angan yang terikat imajinasi. Kukira aku sedang berhalusinasi tingkat tinggi, ternyata TIDAK, ini terlihat sangat nyata, bahkan senyumnya mengembang ke arahku. Iyaa dia datang menghampiriku.

"Assalamualaikum ukhti,
lagi melamun ya😊" (kata-katanya memecahkan keheninganku)
"Waalaikumsalam, akhi Yusuf sejak kapan ada disitu? mengagetkan saja, maaf ada perlu apa ya datang kesini?" (Tanyaku dengan refleks setelah tersadar dari lamunan panjang)

"Maaf ya ukh, jika kedatangan saya kesini mengganggu waktu ukhti, saya hanya ingin meminjam buku catatan ukhti, catatan materi yang dibahas waktu ekstrakulikuler tadi siang, karena buku catatan saya hilang ukh, jadi saya ingin mencatat ulang semua materi, apakah boleh?". (Ucapnya dengan jelas)

Jantungku berdegup amat kencang, seketika kuingin terbang tinggi keangkasa hingga bertemu dengan jajaran bintang yang terangkai indah diatas sana, dan duduk dipermukaan separuh bulan yang bersinar terang menemani bintang.

Aku merasa bahagia saat ini, bagaimana bisa seseorang yang sedang kulamunkan, tiba-tiba hadir nyata didepanku dengan senyumnya yang sangat menawan. "Ya Allah, rasa apa ini Ya Allah? aku tak mampu lagi mengartikan rasa yang sedang aku rasakan saat ini, jadikanlah rasa ini sewajarnya saja Ya Allah, sebab jika suatu saat nanti aku harus melepasnya, akan sulit bagiku untuk melupakannya, mengapa ia memilih untuk meminjam buku kepadaku, bahkan kita tidak kenal akrab sebelumnya". (aku bergumam dalam hati, yang mulai berkecamuk memunculkan ribuan pertanyaan yang masih tersimpan rapi dan menjadi misteri yang belum terpecahkan).

"Boleh kok akhi Yusuf, dengan senang hati, silahkan masuk dulu, akan saya buatin minum dan saya ambilkan bukunya dulu".

"Hanya Buku saja ukh, :) tidak usah repot-repot membuatkan minum, karena saya juga masih ada urusan lain yang harus saya selesaikan malam ini, jadi saya mampirnya lain waktu saja".

"Oh begitu, iyaa saya ambilkan dulu bukunya" (aku bergegas masuk kedalam rumah dan mencari buku catatanku).

"Ini akhi" (ucapku sambil memberikan sebuah buku kepadanya).
"Iya ukh trimkasih banyak ya, akan saya pinjam dulu bukunya dan saya pamit untuk pulang. Assalamualaikum :)".

Mengejar Cinta AllahWhere stories live. Discover now