Final Destination

12.5K 648 30
                                    

Kehidupanku begitu membahagiakan, kini. Setelah mengalami banyak hal yang sangat tidak pernah bisa aku bayangkan sebelumnya. Ketika aku bangun dari tidurku, dan melihat dia yang kini menjadi suamiku. Aku merasa hal ini seperti mimpi. Kau tahu, aku sangat bahagia. Benar-benar sangat bahagia.

Melihat Sarada dengan Mitsuki yang kini juga menjadi teman baik. Membuatku sadar, bahwa Sarada tumbuh dengan sangat cepat. Aku tidak pernah menyesal telah melahirkannya, apapun yang terjadi.

Tuhan sudah memilih kita untuk mengandung anugerahnya, diluar itu melewati jalan yang baik atau yang buruk. Anak adalah sebuah anugerah. Sarada adalah bukti kekuatan nyataku. Aku mencintainnya sejak pertama kali melihatnya, pertama kali mendengar tangisannya, pertama kali menyentuh tubuh ringkihnya. Sarada adalah anakku, darah dagingku. Diluar dengan siapa bibit cinta itu tertanam. Sarada kecilku tak pernah bersalah. Ia berhak dicintai, dikasihi, dan di bahagiakan. Di putri kecilku yang manis, yang selalu membuatku bahagia. Dan sekali lagi, Ia berhak hidup dan dicintai.

Banyak hal yang sudah terjadi memang. Karin yang kini dibebaskan dan mengandung. Kakashi yang akan menjadi seorang ayah, dan suami yang siaga. Aku turut bahagia, sangat bahagia. Karena Karin, kini menjadi teman baikku.

Ini sebulan setelah pernikahanku, dan aku ingin kalian menyaksikan akhir dari cerita hidupku, keluargaku, dan juga teman-temanku.

"Sakura, apa Kakashi datang untuk mengirimkan sesuatu?" Sasuke mengerutkan keningnya.

Kita memiliki rumah sakit kecil sekarang. Gedung berlantai empat, dengan beberapa kamar pasien rawat inap, dan juga fasilitas tercanggih di Akita. Semua orang bisa berobat disini, dan kami tak membebankan biaya mahal untuk warga yang kurang mampu. Sasuke adalah Pemiliknya, Aku adalah karyawan dengan gaji tetap perbulan.

"Aku rasa tidak, istrinya sebentar lagi akan melahirkan. Bagaimana bisa kau menyuruhnya kesana kemari. Dia harus menjadi ayah siaga."

"Selama dia bekerja padaku, tidak ada prioritas lain." Sasuke pergi meninggalkanku dengan wajah berkerut. Ya, dia adalah pria sibuk sekarang. Dan aku, tahu itu.

Ayame sudah tidak lagi bekerja padaku. Selepas Karin pergi, Ayame kembali melayani nyonya besarnya, Ibu Mikoto. Jadi di rumah tua sebesar ini, aku harus melayani suami dan anakku. Kedua anakku. Karena aku dan Sasuke memutuskan untuk mengadopsi Mitsuki, atas saran putri kesayanganku.

"Ma, apa mama lupa membuatkanku susu?" Mitsuki mengucek matanya, ini sudah pukul sembilan malam. Dan dia, selalu tidur lebih awal dari Sarada dan selalu tidak bisa tidur nyenyak tanpa susu.

"Ya, segera mama buatkan. Apa kakakmu, sudah tidur?" Mitsuki mengangkat kedua bahunya, tidak peduli.

"Aku akan menunggu mama di dapur." Dan dia meninggalkanku.

Mitsuki sudah duduk di meja dapur di luar rumah utama. Dengan kaki menggantung dan wajah mengantuk yang disanggah dengan kedua tangannya, terlihat benar-benar manis.

"Kapan kau akan berhenti minum susu?" Aku meletakkan susu hangat di depannya.

"Segera setelah aku tumbuh." Jawabnya.

"Kau terus tumbuh." Sasuke datang dan mengusap rambutnya. Ya, dia memang papa nomer satu di dunia sekarang.

"Apa sabtu depan nanti papa ada waktu? Boruto mengajakku memancing di danau bersama kakeknya." Mata lebar Mitsuki berbinar cerah.

"Papa sibuk sampai awal bulan depan." Jawab Sasuke singkat. Aku menyodorkan roti isi di depannya.

"Apa papa tidak ada waktu sebentar saja." Mitsuki menuntut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang