12 - Believe Me?

2.6K 368 41
                                    

:: Chapter 12 ::

•|•

Tangisan yang tersendat-sendat sejak tadi mulai mengurang, namun pikiran kacau Yerin yang semakin menyiksa batinnya membuat hatinya masih berdenyut sakit.

Bahkan tanpa sadar dia yang sedang dipeluk oleh Jimin, masih didalam mobilnya. Akan tetapi, entah mengapa seketika Yerin merasa hangatnya rengkuhan Taehyung.

Membuat sudut bibir Yerin tertarik menjadi senyum lebar, lengan yang sebelumnya terbengkalai ia angkat dan lingkarkan pada punggung lelaki yang ia kira Taehyung.

Senyum Jimin semakin lebar saat ia merasakan balasan Yerin yang juga memeluknya. Namun, seketika luntur saat Yerin mengucapkan kata-kata yang membuat hatinya berdenyut sakit.

"Taehyung..." panggil Yerin membuat Jimin merasakan dadanya yang teremuk menyakitkan.

"Ini Jimin, Yerin-ah. Temanmu, kau tidak ingat kah?" lirih Jimin membuat senyum Yerin memudar dan melonggarkan pelukan yang ia kira Taehyung merengkuhnya.

Yerin sadar, tidak ada Taehyung. Dan tidak ada juga pelukan hangat Taehyung yang selalu Yerin rasakan setiap mereka bersama.

Jimin hanya bisa tersenyum miris, jika mengingat ia tidak akan bisa memiliki Yerin seutuhnya. Bahkan perasaan Yerin hanya untuk kekasihnya—Taehyung.

Tidak tahu apa yang dialami Yerin membuat Jimin semakin tersakiti, melihat Yerin yang selalu murung dan juga kadang menitikkan air mata.

Jimin melepaskan pelukan yang ia berikan pada Yerin, menatap wajah sembab Yerin yang penuh dengan kesedihan mendalam.

Dan sungguh, hati Jimin jelas semakin berdenyut menyakitkan saat melihatnya. Tidak ada senyuman diwajah Yerin. Dan itu yang membuat Jimin merasa ikut tersakiti.

"Kau sudah baikan?" tanya Jimin yang sedari tadi hanya melihat Yerin dengan tatapan kosong kedepan.

"Belum sepenuhnya." ujar Yerin jujur. Lalu matanya mengarahkan pada Jimin yang menatapnya khawatir. Membuat Yerin merasa kasihan kepada Jimin yang selama ini selalu menemaninya, tanpa tahu sebab Yerin yang menyedihkan.

"Aku harap kau sepenuhnya sudah membaik."

"Ya. Aku harap begitu." lirih Yerin. Ia menghela nafas sebelum kembali mendongak, menatap Jimin yang berada dekat didepannya.

"Apa... aku merepotkanmu?"

Park Jimin mengerutkan alis bingung, sebelumnya ia tidak pernah memikirkan bahwa Yerin selalu merepotkannya.

"Apa seperti itu?"

"Kurasa... iya. Maafkan ak—"

Jimin dengan segera memotong pembicaraan Yerin, "Hey... aku tidak merasa begitu. Lagipula, aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Itu hanya kemauanku untuk selalu berada disampingmu." ungkap Jimin dengan senyum lebar yang terpatri jelas pada wajahnya.

Yerin menatap Jimin yang tersenyum lebar, entah mengapa membuat suasana hatinya sedikit pulih. Membuat Yerin ikut tersenyum tipis walau tidak sepenuhnya membuat kesedihan Yerin hilang.

"Kau tersenyum? Setelah melihat wajah tampanku?" tanya Jimin membuat Yerin terkekeh, ditanggapi dengan senyum Jimin yang semakin lebar. Pipi Jimin yang sedikit membesar saat tersenyum membuat Yerin gemas.

"Kau lucu... hehe," Yerin terkekeh geli membuat semburat merah sedikit memuncul di sekitar pipi Jimin saat mendengar pujian dari Yerin.

"Sampai kapan selalu ada disini? Kau tahu, sudah satu jam lamanya kau berada dipelukanku."

End of The Road ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang