Sixteen

2.4K 252 62
                                    

Pagi hari yang disambut oleh sinar matahari, membuat kehangatan yang nyaman.

Tapi tidak dengan kelas XI IPA 2, kelas itu sangat sunyi akan ketegangan yang mematikan, bahkan seorang Hoshi yang biasanya tertawa lepas karena candaan BooSeokSoon di pagi hari, kini hanya tertunduk diam sambil berdoa.

Bel pun berbunyi, memberi komando kepada seluruh murid untuk mengerjakan jejeran soal yang tersusun rapi di atas kertas.

Suara pensil yang menari-nari di atas kertas tak bisa dihiraukan. Bahkan suara Guru yang sekedar berdehem pun bisa menjadi pusat perhatian.

”Gue pasti bisa, gue pasti bisa! Semangat Hosh!" gumam Hoshi dalam hati, ia sangat bekerja keras untuk ujian kali ini. Baginya hasil ujian kali ini menentukan antara hidup dan mati.

Bagi murid seperti Hoshi, mengerjakan soal ujian matematika bukanlah hal yang mudah. Otak kirinya harus lebih bekerja keras dari biasanya.

Sedangkan untuk murid seperti Wonwoo dan Leera. Menyelesaikan soal-soal seperti  ini semudah membalikkan telapak tangan.

***

90 Menit yang biasanya terasa lama, selama menunggu pergerakan mobil di tengah jalan yang macet. Kini terasa sangat cepat. Secepat sambaran petir di siang bolong.

"Ya, lembar jawabannya estafet ke depan," perintah Pa Guru yang langsung dilaksanakan oleh para murid.

Dari hasilnya saja bisa terlihat dengan mudah, mana murid yang berhasil mengerjakannya, dan mana yang tidak.

Yang berhasil, memasang wajah ceria dan rasa lega yang sangat terpampang jelas.

Sedangkan yang gagal, memasang wajah lesu sambil menghela nafasnya gusar. Dan begitulah kondisi Hoshi sekarang ini.

Begitu selesai mengerjakan soal, Hoshi langsung merebahkan kedua tangannya di atas meja, dan menenggelamkan wajahnya lesu.

Melihat aura Hoshi yang kelam, Leera tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, "Gimana? Bisa?" tanya Leera, Ia begitu peduli pada Hoshi belakangan ini.

"Hhmmm... Lumayan," balasnya lesu, saat ini Hoshi terlalu malas untuk diajak ngobrol, "Yang penting gue udah berusaha." lanjutnya dengan suara yang lembut.

Senyuman terukir di wajah Leera, rasanya cukup menyenangkan melihat Hoshi yang jujur seperti ini.

Kemarin malam setelah Hoshi pulang, Ibu Leera mengatakan sesuatu yang membuat dirinya berfikir keras.

"Ra, Kamu suka sama Hoshi, ya?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya itu membuat Leera hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia sendiri pun tak tahu jawabannya. Apa dia menyimpan perasaan pada Hoshi atau tidak.

Entahlah, yang jelas berada di dekat Hoshi terasa menyenangkan. Bahkan hanya mendengarkan suaranya saja, bisa membuat dirinya merasa nyaman.

Tangan Leera meraih surai hitam milik Hoshi, kemudian tangan gadis itu secara tidak sadar mengelus rambutnya lembut.

Hoshi sedikit tersentak, namun ia menerima sentuhan Leera begitu saja. Pria sipit itu berusaha untuk terlihat tak peduli, meskipun pada kenyataannya pipi gembulnya itu, kini mulai merona.

"Lo seneng megang rambut orang ya?" Tanya Hoshi yang masih menikmati belaian yang diterimanya.

Entah mengapa cara Leera membelai rambutnya itu, mengingatkan Hoshi pada saat ibunya memanjakan dirinya sewaktu kecil. Sangat tenang dan membuatnya merasa nyaman.

HOSHI : THE PERVERTWhere stories live. Discover now