02. Feeling

308 14 1
                                    

Just friend? It's ok.
That's enough for me
now

-ooo-

Calvin caffe.

Kata di atas adalah tempat dimana Hanah dan Reyhan sedang berada sekarang. Keduanya memutuskan untuk mampir ke kafe milik ayah Hanah tersebut.

"Eh.., nak Reyhan." Sapa seorang pemuda lanjut usia yang Reyhan hafal betul siapa beliau.

"Hai om." Sapa Reyhan balik sambil menyalami ayah dari sahabatnya itu. Keduanya memang sudah sangat dekat, karena ayah Hanah adalah  teman dekat ayahnya Reyhan. Jadi, wajar saja bila Hanah dan Reyhan juga dekat.

Eh apasih?

"Hanah, kenapa gak pulang dulu?"  Pertanyaan itu kini dilontarkan untuk gadis yang tengah duduk di samping Reyhan sambil mengunyah permen karet itu.

Hanah tersenyum lebar, "gak papa yah, lagi pengen kesini aja. Lagian Reyhan tuh yang ngajak." Jawab Hanah masih dengan mengunyah permen karetnya.

Fabian---ayah Hanah, seketika melotot kepada putrinya. "Udah ayah bilangin jangan suka makan permen karet, gak bagus Hanah."

Hanah nyengir kuda, lalu dengan secepat mungkin langsung membuang permen karetnya itu ke tempat sampah.

"Tau tuh om, padahal udah Reyhan bilangin kalo permen karet itu tuh gak bagus, masih aja dimakan." Kompor Reyhan dengan wajah sok bijak, membuat Hanah jijik sendiri.

"Eh, anjir lo yang nagsih padahal." Sungut Hanah tak terima. Padahal kenyataannya Reyhan sendiri yang memberikan permen karet sisa kembalian bensin tadi kepada Hanah.

"Hanah ngomongnya!"

Di sampingnya, Reyhan malah tertawa malihat Hanah yang hampir dijewer karena keceplosan berkata kasar di hadapan sang ayah. Dasar sahabat lucknut.

"Lain kali jangan diulangi lagi."

Hanah mengangguk lemas. "Iya yah."

Setelah puas menceramahi putrinya, Fabian meninggalkan dua remaja yang tengah adu mulut itu.

Hanah mencubit pinggang Reyhan yang masih tak henti-hentinya tertawa. "Diem gak lo?"

Reyhan berusaha menepis tangan Hanah yang kini mencubit pinggangnya, namun tak kuasa karena perempuan itu ternyata cukup kuat.

"Aduh..aduh.. Iya deh ampun. Gila han, sakit woy." Rintihan Reyhan tidak di gubris sama sekali oleh Hanah, malahan gadis itu makin kencang mencubit pinggang Reyhan.

"Aduh han, plisss ok ok gue minta maap."

"Gak."

"Gue beliin es krim deh."

"Gak."

"Gue kerjain pr lo deh."

"Gak butuh."

"Ok, jadi pacar gue mau?"

Deg.

Dengan refleks Hanah langsung melepaskan cubitannya. Tidak dapat ia hindari, kini rona merah menjalari pipinya dan tentu saja hal itu membuat Reyhan kembali menertawalannya.

{TL 1} Reyhanahحيث تعيش القصص. اكتشف الآن