Chapter 3

3.6K 374 15
                                    

-Skylar’s POV-

Bel tanda akhir periode pertama akhirnya berdering. Semua mahasiswa mulai keluar dari kelas satu persatu. Kecuali aku dan Rachel yang masih sibuk membereskan perlengkapan kami. Zayn sudah mendahului kami karena Ia ada urusan dengan klub seni.

“Sky sepertinya aku harus duluan. Niall sudah menungguku di tempat parkir.” Ujar Rachel tetap fokus pada tasnya.

“Kau berkencan dengannya?” Aku memaju mundurkan tubuhku karena ada mahasiswa yang lewat.

“Tidak. Dia hanya berencana membantuku mengerjakan tugas dari Mrs. Cabello, ingat?” Rachel memandangku membuatku menghentikan kegiatanku membereskan barang.

“Iya aku ingat. Tapi setahuku Niall dari jurusan hukum, kenapa dia mau membantumu yang jelas jelas berbeda jurusan dengannya?”

“Entahlah. Dia yang menawarkan diri.” Rachel mengendikan bahu.

“Dia pasti sedang dalam proses mendekatimu Rachel. Saranku, lebih baik kau tanyakan apa tujuannya membantumu, karena  aku tidak mau kau menaruh harapan pada pemuda Irlandia sepertinya.” Aku kembali memasukkan buku buku ku yang berserakan ke dalam tas.

“Aku bahkan tidak menyukainya Sky. Sudahlah, aku pergi dulu ya. Bye.” Rachel melangkah pergi meninggalkanku.

Niall. Niall Horan. Pemuda Irlandia berambut pirang dan bermata biru. Well, harus ku akui dia memang mudah menarik hati wanita—termasuk aku—dengan wajah baby facenya tapi Rachel dan Niall? Perpaduan yang buruk. Bukan berarti aku bilang jika Niall lebih cocok denganku. Aku bahkan tidak menyukainya.

Oh shit! Aku baru sadar jika kelas ini sudah sepi. Hanya tersisa aku dan kau-pasti-tahu-siapa. Dengan cepat aku menutup tas ku dan berdiri dari tempat duduk ku. Namun langkah ku terhenti saat aku mendengar sebuah suara serak memanggil namaku.

“Ms. Osborne, bisa kita bicara sebentar?” Aku pun berbalik dan memandang Tuan Styles yang terlihat habis menghapus papan tulis karena di tangannya terdapat penghapus papan tulis.

Aku membuka mulutku untuk mengatakan jika aku ada urusan dan harus berteu Zayn secepatnya, tapi kenapa tidak ada suara yang keluar dari mulutku? Sial! Akhirnya aku menutup mulutku dan mengangguk.

“Tutup pintunya dan kemarilah.”

Kenapa harus menutup pintu? Oh Tuhan, perasaanku tidak enak.

Ia meletakkan penghapus di pinggiran papan tulis dan berjalan ke mejanya. Seketika aku melangkah mendekatinya dan berdiri di depan mejanya, Tuan Styles menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari jarinya dan menumpukan kedua tangannya di meja.

“Begini, tadi aku lihat kau kurang konsentrasi saat aku menyampaikan materi dan kurasa kau butuh pelajaran tambahan.”

“Pelajaran tambahan?” Aku mengerutkan kening.

All Of Sudden // h.sWhere stories live. Discover now