Mawar Pertama Dan terakhir (FriesOmi)

2.8K 183 4
                                    


"Jika esok aku menghilang, kamu tak perlu mencariku. Karena aku selalu ada di hatimu. Percayalah.

Frieszy"


Naomi menatap kertas yang ada digenggamannya. Tak asing dan dia sering mendapatkannya dari teman-teman kelasnya. Dia hanya akan diam dan meletakan kertas itu pada tempat sampah. Ingat, meletakan bukan membuang. Karena gadis berwajah oriental itu menaruh kertas itu diatas tempat sampah, bukan membuangnya di tempat sampah.

Seorang pemuda tampan hanya bisa tersenyum kecut saat melihat nasib kertas yang dia buat. Meski sering mendapat perlakuan dingin dari sang bidadari, dia terus mencoba mendekatinya. Tidak pernah menyerah, dan terus mencoba.

"Sakit?" Pertanyaan itu hanya mendapat tawa kecil darinya.

"Nggak. Sesuai apa yang gue ucapin. Gue bakal naklukin dia." Ucapnya pergi meninggalkan temannya itu. Temannya itu hanya terkekeh dan mengikutinya yang sudah menjauh.

*****

"Mi, kemaren dapet lagi?" Tanya seorang gadis yang baru saja datang. Naomi menoleh dan hanya membalasnya dengan senyuman.

"Senyum, berarti iya. Gila! itu anak nggak mau nemuin lo, tapi asal kirim surat aja. Hidup di jaman apa sih itu orang? nyatain perasaan kok lewat surat." Naomi hanya tersenyum melihat sahabatnya itu mengoceh.

"Udah, biarin aja lagi. Siapa tau dia nggak punya hp." Ucap Naomi bergurau.

"Mana ada, jaman sekarang kok nggak punya hp. Anak kutu buku aja nih ya, masih punya hp, Mi. Masa dia yang mukanya ganteng kayak gitu nggak punya." Naomi hanya menggeleng melihat kelakuan temannya itu. Dia memang juga merasa heran. Mengapa pria itu terus menyatakan perasaannya padahal dia selalu tidak memperdulikan apa yang pria itu berikan.

"Kalo dapet hadiah, kasih gue aja, Mi, biar gue yang simpen." Ucap temannya lagi. "Emang mau?" Tanya Naomi setelah menyelesaikan kunyahan pertamanya.

"Maulah, mehong-mehong cyin yang lo dapet. Sayang kalo di buang." Naomi mengangguk dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Nih, Nat. Lo ambil aja, gue serem." Ucap Naomi sambil memberikan sebuah kotak berwarna biru tua.

"What? mimpi apa gue dapet jam ini? gila, gue sih juga mau tiap hari dapet beginian." Ujar Natali dengan riang. Naomi hanya tersenyum simpul dan melanjutkan makannya.

Naomi bukanlah tipe orang yang gampang di rayu. Dia lebih sering mengacuhkan pemuda-pemuda yang ingin mendapatkan hatinya. Dia sama sekali tak tertarik. Karena dia fikir, dia kuliah untuk mencari ilmu, bukan sesuatu yang orang-orang sebut cinta atau pacaran. Dia sama sekali tak tertarik.

"Mi, lo beneran nggak mau? beneran buat gue nih?" Tanya Natali memastikan. Naomi hanya menjawabnya dengan anggukan. Dan kembali menghabisi makanannya yang sisa sedikit.

"Lo ambil dan nggak usah banyak tanya. Gue mau ke loker dulu. Daaah!" Kata Naomi berdiri dan meninggalkan kantin kampus. Natali masih dengan wajah berserinya menatap kotak berisi jam tangan itu.

*****

Naomi membuka lokernya dengan santai. Saat terbuka, terlihatlah seikat mawar ada disana. Dia mengerutkan kening dan mengeluarkannya. Ada sepucuk surat yang menyelip didalam bunga itu.

Dia ambil dan membacanya. Seulas senyum manis mengembang. Ini sudah ke 25 kali pria itu memberikannya barang. Dan kini seikat bunga mawar merah sudah dia terima. Ini adalah pertama kalinya pemuda tampan nan dingin itu memberinya bunga. Biasanya sebuah barang yang dia berikan ke orang-orang yang dia temui di jalan atau dia jual. Jangan berfikir uangnya dia pakai untuk membeli barang lain. Dia pakai uang itu untuk disumbangkan. Walau terlihat dingin, Naomi adalah seorang gadis baik dan lembut. Sama seperti gadis pada umumnya. Hanya saja, wajah orientalnya itu membuat kesan dingin pada dirinya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang