Baikan (ChiMi)

1.1K 155 11
                                    

Gadis jangkung yang kini sudah rapi mengenakan kaos putih yang dibalut jaket bisbol hitam, ripped jeans dan topi berwarna putih menjadi aksesoris terakhir yang ia kenakan. Setelah mengecek penampilannya, ia meraih tas selempang yang sudah ia letakan di atas ranjang dan berjalan turun menuju lantai bawah.

"Ma, Chika pergi dulu, ya?" pamitnya.

"Mau kemana? Sama siapa? Biar dianter abang aja."

Langkah gadis itu mendadak berhenti saat mendengar kalimat terakhir. Ini sudah ke sekian kalinya semenjak hari itu. Sang ibu selalu menyuruh kakak laki-lakinya untuk mengantarkannya kemanapun ia pergi. Seakan ia tidak dibiarkan untuk pergi sendiri.

Ia berbalik, berjalan menuju dapur yang tak jauh dari sana. Kepalanya menyembul di antara pintu dapur.

"Chika udah pesen taksi online, kasian bapak taksinya kalo di-cancel," katanya sembari memasang wajah cemberut.

"Boleh, tapi kamu pergi sama siapa? Kemana? Yang jelas biar Mama tau kamu kemana. Mama nggak mau yang kemarin kejadian-"

"Chika pergi sama Kak Mira, Ma. Emang sih, Mama belum kenal deket sama Kak Mira, tapi tenang aja, dia baik kok."

"Dulu Ara juga baik tapi-"

"Ma, Chika nggak mau bahas itu lagi. Lagian ya, Kak Mira itu sama kayak Chika. Kemana-mana sama abangnya. Malah abangnya udah nikah." Chika meletakan kedua tangannya di depan dada, berpose memohon pada sang ibu agar diizinkan. "Please!" lanjutnya.

"Oke, tapi pulangnya nggak malem-malem. Perjanjian kita cuma kegiatan JKT48 kamu pulang malem, untuk main, nggak."

Chika tersenyum lebar mendengar itu. Ia memeluk Mamanya dengan cukup erat dan mencium pipi Mamanya berulang kali. "Makasih, Mamaku yang cantik. Chika pergi dulu, ya? Janji nggak pulang malem atau nginep-nginep," ucapnya tersenyum lebar.

"Good," ujar Mama Chika mengacungkan ibu jari ke arah Chika.

"Ya udah, Chika pergi dulu, Ma!"

"Hati-hati!"

"Iya!"

Dalam perjalanan Chika mampir terlebih dahulu ke salah satu rumah temannya yang menjual Pocky bentuk love yang sedang viral di sosial media. Ia berniat membelinya untuk diberikan pada Mira sebagai kado permintaan maaf. Karena ia tahu, Mira yang memiliki asam lambung lebih butuh camilan daripada barang mahal.

Setelah mengambil pesanannya, ia pun segera pergi ke tempat janjian yang sudah mereka sepakati. Di taman komplek rumah Mira. Tentu, alasannya karena kalau gadis itu keluar harus diantar kakaknya.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di pinggir sebuah taman. Ia turun setelah membayar dan berjalan sedikit memasuki taman tersebut. Menoleh kiri-kanan, mencari sosok Mira.

"Heh! Gue di sini!"

Chika berbalik dan mendapati Mira sedang duduk di bawah salah satu pohon. Ia melangkah sembari menyimpan bawaannya di belakang tubuh agar Mira tidak melihatnya secara jelas.

Entah mengapa ia jadi gugup. Padahal ini bukan pertemuan pertama mereka. Tapi, rasanya hampir setiap bertemu Mira, jantungnya berdegup tak karuan.

Saat sampai di samping tubuh Mira, Chika menoleh kiri-kanan. Hal itu membuat Mira yang duduk di bawah menarik-narik jaketnya.

"Lu nyari apa, sih?" tanya Mira.

"Abang lu," jawab Chika polos.

"Ngapain?"

"Ya, siapa tau ada abang lu atau kakak lu yang cewek."

Mira menggeleng dan mengisyaratkan Chika untuk duduk di sampingnya. Dengan patuh Chika duduk sembari berusaha menyembunyikan hadiahnya dari gadis di sampingnya itu.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang