Masih Cinta Walau Sudah Terluka (Ariel - Oniel)

1.4K 190 56
                                    

Matanya melirik pada jam tangan yang melingkar di tangan kanannya, sudah pukul 18.50 dan ia sudah berdiri di tempat yang sama seperti hari itu. Seakan mengulang kenangan menyakitkan itu, ia menatap jalanan yang kini cukup ramai. Berbeda dari terakhir ia lihat, jalanan itu sepi.

Senyum getir terukir di bibirnya saat kenangan itu kembali hadir. Sedari tadi tangannya tak henti mengepal, berusaha menguatkan dirinya sendiri dari pikirannya yang terus memikirkan apa yang akan terjadi nanti.

Ia sendiri tidak tahu apakah ini adalah keputusan yang tepat atau tidak untuk bertemu Ariel, gadis yang sudah menjadi cinta sekaligus luka di hatinya saat ini. Namun, ia terus meyakinkan dirinya kalau ia bisa melewati malam ini walau mungkin harus pulang dengan air mata.

Sebuah mobil silver berhenti tepat di depannya dan keluarlah seorang gadis berambut panjang yang tampak begitu cantik berbalutkan pakaian kasual. Melihat itu ia mengalihkan pandangannya secepat mungkin. Ia takut merasakan sakit hati lagi.

"Itu sopir online." Suara itu membuatnya kembali menoleh pada gadis tadi. "Kenapa nunggu di sini sih, Niel? Kenapa nggak masuk?" tanya gadis itu.

"Gue baru sampe," bohong Oniel.

"O-oh, ya udah langsung masuk aja."

Sebelum masuk, Oniel diam sejenak, matanya tertuju pada kaki gadis itu. Mengerti akan maksud Oniel, gadis itu tersenyum.

"Gue nggak apa-apa, ayo masuk."

Reflek Oniel menepis tangan yang hendak menggandengnya. "Sorry, gue nggak maksud ..." gumam si pemilik tangan.

"Nggak apa-apa kok. Ci Ariel duluan yang masuk," ucap Oniel mempersilakan Ariel memasuki restoran terlebih dahulu.

Saat menaiki tangga, Oniel mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berharap tidak melihat bagaimana Ariel berjalan di depannya yang sedikit pincang. Ada rasa sakit melihat kondisi kaki Ariel yang belum sembuh.

Dengan sabar ia berjalan di belakang Ariel yang menaiki satu persatu tangga dengan hati-hati. Namun, entah karena apa, tubuh Ariel terhuyung ke belakang secara tiba-tiba. Kejadiannya cukup cepat sampai Oniel hampir saja terjatuh ketika menangkap tubuh Ariel.

Tangan Ariel mencengkeram kuat pergelangan tangan Oniel yang kini menahannya dari belakang. Ia bisa mencium parfum Oniel dengan sangat jelas. Wajahnya tampak terkejut, sangat-sangat terkejut. Ia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi.

"Untung aja," gumam Oniel masih memeluk perut Ariel dari belakang dengan tangan kirinya. "Lo nggak apa-apa?" lanjutnya menatap Ariel yang masih diam dalam pelukannya.

"G-gue hampir jatuh, Niel," bisik Ariel. Tampaknya gadis itu masih shock karena kejadian yang tak terduga barusan.

"Gue nggak akan biarin lo jatuh." Lirihan itu reflek membuat Ariel menoleh pada Oniel. Tatapannya menyiratkan sebuah kebahagiaan mendengar itu.

Sadar apa yang baru saja ia ucapkan, Oniel segera membantu Ariel berdiri tegak dan menjauh dari gadis itu. Jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang membuatnya semakin salah tingkah.

"Ekhem," batuk Oniel yang dibuat-buat setelah melepaskan pelukannya dari Ariel, ia berharap dengan batuk, rasa gugupnya menghilang. "Maksud gue ... untung gue ada di belakang lo," katanya cepat.

Ariel tampak diam sembari menatap Oniel yang terlihat sekali kalau sedang gugup. Senyum tipis terukir di bibirnya, ada rasa lega mengetahui Oniel tak sepenuhnya cuek dan senang rasanya ada sedikit perhatian yang gadis itu berikan untuknya.

Kepala Oniel menunduk, bukan untuk menghindari tatapan gadis di depannya, tapi ia ingin mengecek alasan gadis itu bisa hampir terjatuh dari tangga. Saat ia sedikit membungkuk, ia baru mengetahui kalau ada minuman tumpah di tangga itu.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang