1.7. LunatiC : The Crow's calling

Start from the beginning
                                    

Bel masuk berbunyi. Tanpa kami sadari, kelas sudah penuh oleh siswa dan siswi. Ketika guru pengajar kami masuk, semuanya bersikap tenang.

***

"Gilang? Kau baik-baik saja?" saat jam pelajaran berlangsung, aku melihat wajah Gilang menjadi suram. Dia memegang kepalanya dan terlihat sedikit kesakitan.

"Gilang?" Bisikku padanya.

"Erick?! Sedang apa kau?!" Aku terlonjak saat mendengar suara Ibu Lina -guru biologi- memanggilku.

"T-tidak apa-apa" jawabku gugup.

"Sekarang coba kerjakan soal ini dan tentukan persentase ayam rose dan pea"

Aku berdiri dari bangkuku dan maju untuk menuliskan jawabanku di papan tulis. Ketika tengah menulis, terdengar suara bangku yang diseret. Kami semua -termasuk aku- melihat kearah sumber suara. Disana terlihat Gilang yang berdiri dari duduknya lalu berjalan perlahan menghampiri pintu keluar.

"Mau kemana kau, Gilang?" tegur Ibu Lina. "Kita sedang dalam pelajaran"

"Aku ingin ke toilet" Suasana kelas menjadi hening. Yah, dari tadi memang hening tapi saat ini berbeda. Sulit untuk menjelaskan situasinya. Tapi, aku merasa bahwa hening ini sedikit ganjil. Apakah suara burung gagak yang selalu bertengger diatap dan pagar sekolah yang membuat suasana ini berbeda? Aku tidak tahu.

"Baiklah," Ucap Ibu Lina.

Kami kembali fokus pada pelajaran dan semua berjalan normal. Tapi, hingga tiga jam kedepan, Gilang tidak jua kembali ke kelas. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing, tapi aku tidak berhenti memikirkan kemana sebenarnya Gilang pergi.

Suara burung gagak diluar semakin menjadi-jadi. Mungkinkah seseorang akan mati hari ini? Tapi siapa? Semoga kali ini Gilang tidak terlibat.

Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh. Bel istirahat pertama berbunyi. Biasanya, kebanyakan anak unggulan akan menghabiskan jam istirahat pertama dengan membaca buku dikelas karena durasinya hanya 15 menit.

Aku memanfaatkan waktu itu untuk mencari Gilang di toilet tapi dia tidak ada disana. Aku sudah memeriksa semua bilik toilet dan semuanya kosong. Aku ingat jika Gilang memegang kepalanya ketika dia masih berada dikelas. Dia mungkin sedang beristirahat di UKS. Ketika aku berjalan dilorong, seorang siswa menabrakku. Dia meminta maaf sambil terengah-engah lalu melanjutkan perjalanannya. Namun, tak lama kemudian dia kembali bersama seorang guru, Pak Roni.

Aku berfikir pasti sesuatu yang gawat telah terjadi. Aku pun mengikuti mereka berdua dan sampailah kami di atap sekolah. Disana telah berdiri banyak siswa. Aku juga melihat Seorang Siswa berdiri disana. Dengan tatapan tajam menghajar seorang lelaki dihadapannya. Seorang gadis berambut sebahu menangis, ingin melerai tapi tidak bisa. Sedangkan yang lain hanya bisa menonton.

Orang itu adalah Gilang, Dave dan Rika.

"BERHENTI!" Bentak Pak Roni. Dia Maju lalu memisahkan mereka.

"LEPASKAN!! BIARKAN AKU MEMBUNUHNYA!"

"HENTIKAN, GILANG! KAU TELAH MELEWATI BATAS!"

"Aku melakukan hal yang benar, Pak" Gilang mulai mereda.

"Kau salah, Gilang! Kau tidak boleh menyakiti temanmu!"

"Dave itu masokis! Dia akan merasa senang jika aku lebih menyiksanya!" balas Gilang.

"Dave juga punya batasnya! Dia bukan tidak bisa merasa sakit!" Ucap Pak Roni. "Sebaiknya hentikan semua ini, kau bisa dikeluarkan dari sekolah" Ucapan Pak Roni membuat suasana menjadi tegang.

"Dikeluarkan dari sekolah dengan alasan apa?" Sahut Gilang. Tatapannya terlihat menantang. "Karena menghajar temanku? ITU KONYOL!!!"

"Ya, itu adalah salah satunya" balas Pak Roni.

"Asalkan bapak tahu... yang kulakukan ini bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang telah gadis itu lakukan."

Aku membelalakkan mataku, menoleh kearah Rika yang saat ini mulai gemetaran.

"Gadis itu!" Gilang menunjuk kearah Rika. "YA! DIA! DIA TELAH MEMBUNUH ADIKNYA SENDIRI!"

Suara Gilang mendominasi tempat ini.

Semua orang saling memandang satu sama lain dengan perasaan takut yang menjalar dihati masing-masing.

Kami hanya bisa melihat kejadian ini tanpa berbuat apapun.

Di sekeliling kami, bertengger kawanan burung gagak yang terus berbunyi. Seperti ikut menyaksikan kejadian ini bersama kami.

Seperti menunggu seseorang mati...

... saat ini.

.

.

TBC

Kritik dan Saran sangat diperlukan^^

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now