0.3. LunatiC : StiGma

233 32 4
                                    

Ketika warna hijau yang ditunggu-tunggu telah menyala, aku berjalan maju. Tapi saat aku mengetahui Nina tidak ada disampingku, aku berbalik.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Teriakku yang kini berada ditengah jalan raya. Nina tidak menjawabku. Dia hanya berdiri kaku disana. Menatap jalanan berwarna putih abu-abu yang terbentang dihadapannya.

Aku mengambil langkah tegas dengan berjalan kearahnya, menarik tangannya yang dingin dan basah lalu membawanya paksa keseberang jalan.

"Kau ini kenapa?" tanyaku.

Nina menatapku sekilas, lalu menunduk sambil memijat keningnya.

"Maaf, tadi aku melamun" katanya.

"Tetapi, kenapa dengan tanganmu?"

Nina melepaskan genggaman tanganku lalu menunduk kacau setelah menatapku canggung. "Aku tidak apa-apa"

Pasti ada sesuatu. Itulah yang dikatakan oleh hatiku. Jika dilihat dari ekspresinya saat ini, aku tahu jika Nina menyembunyikan sesuatu. Tapi aku masih belum tahu apa itu.

"Ayo, kita harus cepat menyelesaikan ini" kataku. Aku berjalan pelan, tidak ingin meninggalkan Nina dengan kekacauannya saat ini.

Setelah sampai di tempat fotokopian, kami bertemu dengan siswa bernama Gilang. Dia tampan, dan telihat normal. Aku baru pertama kali ini bertemu dengannya karena dia berada di kelas yang berbeda dengan kami.

"Gilang, bagaimana kabarmu?" tanya Nina yang sepertinya sudah normal kembali.

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu? Kau terlihat baik-baik saja sampai sini, ketakutanmu sudah hilang?" tanya Gilang.

"Sebenarnya, aku mengalami sedikit masalah tadi, tapi untunglah Erick langsung menarikku" jawab Nina.

"Ketakutan apa maksudmu?" tanyaku kepada Gilang.

"Ada deh," jawab Nina, melihatku dengan senyuman cerianya seperti biasa.

"Tapi syukurlah, aku beruntung bisa bertemu dengan Gilang disini..."

"Kenapa begitu?" tanya Gilang dengan tatapan bingung.

"Karena kau terlihat normal. Akhir-akhir ini aku selalu berurusan dengan orang gila. Termasuk, gadis cerewet yang datang bersamaku ini..."

"Kau menyindirku! Aku ini normal tau!" protes Nina.

"Bagiku, kau itu gila!" ucapku tak mau kalah.

"Kalian terlihat akrab, tapi siapa orang gila yang kau maksud?" tanya Gilang.

Aku berdiri dari dudukku. Menyandarkan punggungku pada meja pajang berisi tumpukan kertas berwarna warni yang berada tepat di belakangku.

"Kau tahu Dave? dia itu masokis kan?" tanyaku.

"Oh iya, semua juga tahu itu"

"Dan salah satu teman sekelasku, Rika" tambahku.

"Rika? Aku juga merasa dia aneh. Dari rumor yang kudengar, dia tidak pernah berbicara dengan orang lain... bahkan ada rumor yang mengatakan kalau dia indigo"

"Rika? Indigo? Wah... kalian membuatku takut!" sahut Nina ditengah pembicaraan kami.

"Tapi, itulah yang membuatku penasaran..." Kataku, dan tiba-tiba saja suasana menjadi serius. "Aku ingin mendengar Rika berbicara..."

"Kau tidak akan bisa melakukan itu, mendekatinya saja susah apalagi mengajaknya bicara..." ucap Gilang.

"Kita tidak akan tahu jika tidak mencobanya" Ucapku.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now