1.7. LunatiC : The Crow's calling

105 17 0
                                    

Kami ber-enam pergi kesekolah bersama. Seperti biasa, Dave, Rudi, dan Nina sangat ramai di perjalanan. Mereka bertiga selalu saja meributkan hal kecil-dan terkadang-aku juga kena imbasnya.

"Erick, menurutmu... siapa yang paling pintar diantara kita bertiga?!"

Contohnya seperti saat ini.

"Jawab yang jujur!" perintah Nina. Mereka tidak akan melepaskanku sampai aku menjawab dengan benar. Aku tidak bisa keluar dari situasi ini, lain halnya dengan Gilang. Ketika dia mendapat pertanyaan seperti ini, dia akan mengatakan,

"Siapa pun diantara kalian bertiga yang bisa menyelesaikan soal ini adalah yang paling pintar" sambil menunjukkan sebuah soal paling sulit yang dia temukan di internet. Mereka bertiga pun menyerah dan diam dalam jangka waktu yang -agak- lama. Lalu, bagaimana dengan Rika? (jika kalian bertanya)

Rika hanya duduk damai dalam Bis sambil menikmati pemandangan dari jendela.

Sesampainya disekolah, kami berpisah dan masuk ke kelas kami masing-masing. Mungkin kami berangkat terlalu awal, jadi dikelas hanya ada aku, Gilang, dan salah satu siswi-yang aku tidak tahu namanya.

"Rudi bilang kau menangis tadi pagi, apa yang terjadi padamu?" tanya Gilang sambil membaca buku biologi yang baru dibukanya.

"Mungkin aku menangis karena mimpi buruk?" kataku yang terdengar seperti pertanyaan.

"Mungkin?" selidik Gilang.

"Oke, aku memang menangis karena mimpi buruk" kataku. "Tapi, bukan berarti aku takut dengan mimpiku, hanya saja......"

Aku teringat anak kecil dalam mimpiku.

"...Aku kasihan padanya..." lanjutku.

"Siapa?" tanya Gilang yang mulai mengabaikan bukunya.

"Dalam mimpiku... seorang anak kecil telah dipenggal." aku mengatakannya secara perlahan. "tapi, dia masih hidup"

Gilang mendengarkan ceritaku dengan wajah serius. "Tidak mengherankan... aku pernah membaca di internet bahwa orang yang kepalanya dipenggal masih memiliki kehidupan sekitar beberapa detik atau menit"

"Benar kan? Tapi, bukan itu! Dia mengulurkan tangannya padaku dan mengatakan bahwa aku harus mati"

Gilang membelalakkan matanya mendengar ucapanku.

"Apa kau mengenalnya?"

"Mungkin dia adalah anak yang Rika maksud."

"Anak kecil yang kepalanya hilang?"

"Ya, yang Rika lihat saat mati lampu di malam itu"

"Jadi, kalian telah menemukan akibat dari ketakutan Rika?"

"Belum, mungkin sebentar lagi karena Rika mulai sedikit terbuka sekarang" Ucapku. "Tapi, ada yang ingin aku bicarakan denganmu"

"Apa?" tanya Gilang.

"Kenapa sosokmu yang lain bisa mengetahui masa lalu Rika?"

Gilang terlihat bingung dengan yang aku katakan.

"Yang aku tahu, pengidap disorder tidak membagi ingatan mereka. Jadi, aku tidak tahu apapun tentang itu, kecuali ada orang yang memberitahu diriku sendiri" Jawabnya.

"Apa kau yakin tidak pernah kerumah makan "Curry" sebelumnya?"

"Aku bahkan tidak pernah mendengar nama itu"

"Kalau begitu, kenapa 'dia' bisa tahu?"

"Haruskah kita bertanya kepada tante Siska tentang diriku yang lain?" Tawaran Gilang membuatku mengangguk mantap.

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now