Jelly

1.4K 164 8
                                    


Bae Jinyoung terdiam ditepi kasurnya. Mencoba menyadarkan dirinya dari mimpi yang baru saja ia lewati. Panjang dan mengerikan, itu bayangannya. Manik hazel itu terus berputar mencoba mencerna mimpinya.

"Mimpi macam apa itu? Hah, lucu. Lagi-lagi Hwang Minhyun."

Ia berjalan menuju meja riasnya dan berkaca untuk beberapa detik, "Tak usah mandi. Malas sekali untuk hari ini."

Ia mengambil tasnya, sweater, dan celana jeans favoritenya. Ini akan menjadi hari terberatnya. Menurut jadwal, hari ini ia akan bertemu dengan Hwang Minhyun. Lagi.

Matanya menelaah setiap sudut rumahnya. Mencari ibu dan ayahnya. Mencari Tuan dan Nyonya Bae yang sangat sibuk sampai melupakan putra semata wayangnya yang hidup berdua dengan pengasuhnya sedari kecil.

"Tuan Jinyoungㅡ"

"Ahjumma, sudah berapa kali aku bilang, panggil aku Jinyoung. Tidak usah pakai tuan segala. Ahjumma sudah bersamaku selama 18 tahun lamanya." Jinyoung terkekeh pelan.

"Ah, maafkan, ahjumma terbiasa memanggilmu tuan. Sarapan sudah siap, Jinyoung -ie."

Jinyoung mengangguk dan langsung menuju ruang makan. Ruangan ini begitu besar dan terasa sepi. Setiap hari ia sendiri tanpa kedua orang tuanya. Rasanya seperti tidak punya orang tua, sepi dan sendiri.

Drrrrt. . . 

"Sial, bikin kaget saja."


Received.

[From: Lee Daehwi.

Hyuuuuuuungㅡ!

Ingat ya, hari ini kita ada seminar kelas menyanyi. Tidak usah memikirkan soal Minhyun hyung. Abaikan saja dia. Anggap saja dia anak gajah yang sedang mencari perhatian. Semangat hari ini! Aku, Guanlinie, Jihoon hyung, dan Woojin hyung akan menunggumu digerbang kampus!]


"Haha, apa-apaan anak-anak ini."


Sent.

[To: Lee Daehwi.

Okay, aku pergi sekarang]


Jinyoung bergegas memakan rotinya, meminum susu, dan mengambil tasnya. Supir setia keluarga Bae sudah menunggunya. Tuan Gong yang amat menyayangi Jinyoung seperti anaknya sendiri dan kebetulan tuan Gong adalah suami dari bibi Lee, pengasuh Jinyoung.

"Selamat pagi, Jinyoung. Siap untuk kuliah?" tanya tuan Gong ramah pada pria kecil bermata manik hazel itu.

"Aku selalu siap."

Perjalanan menuju kampus tidaklah lama, hanya memakan waktu sekitar 15 menit.


"Bae Jinyoung."

Suara yang tak asing terdengar saat ia baru turun dari mobil. Begitu memekik telinganya. Bulu kuduknya merinding. Tak berani melihat siapa yang datang menghampirinya.

"Jinyoungㅡie."

Sekali lagi, suara itu sudah tepat dibelakang tubuh mungilnya sekarang. Ia mencoba memasang muka sedemikian rupa.


Ia membalikan tubuhnya, dan..


"Ada apa?" tatapan Jinyoung berubah sangat tajam saat melihat siapa yang menghampiri dirinya. Matanya membulat, warna hitam bulat seperti bola-bola cokelat.

Lelaki itu tersenyum tipis melihat tingkah Jinyoung yang terlihat kikuk.

"Ada apa dengan tatapanmu? Apakah aku menakutimu?" pria itu berusaha mencairkan suasana yang terlihat agak aneh ini.


Situasi ini rumit, aku ingin berlari menuju teman-temanku. Tuhan, kenapa pria ini tiba-tiba muncul? Begitu pikir Jinyoung.


"Kau tak merindukan ku?" pria itu tersenyum manis pada Jinyoung.

Jinyoung menghela nafas berat, "Hyung, tak pernah mendengar soal teori Dilan?"

Lelaki itu memiringkan kepalanya dan menatap Jinyoung. "Hm? Teori Dilan?"

Jinyoung mengangguk.

"Jangan rindu. Rindu itu berat. Biar orang lain saja yang merindukamu." Jinyoung berdecak kesal lalu meninggalkan lelaki itu.

"Hey, aku menunggumu. Ingat. Aku ini Hwang Minhyun."

Jinyoung mengibaskan tangannya seraya memberikan sinyal 'Aku tak peduli padamu. Berhentilah mengejarku'.


Daehwi, Jihoon, Woojin, dan Guanlin yang menyaksikan kejadian itu agak takjub. Mereka baru saja melihat penolakan seorang Hwang Minhyun yang terkenal tampan dikalangannya dan ditolak oleh seorang anak usia 19 tahun bernama Bae Jinyoung.

"Astagaㅡ"

Jihoon kehabisan kata-kata saat melihat pemandangan itu.

"Apa yang lebih menyebalkan daripada diikuti oleh seorang mantan yang terlihat seperti permen jelly yang menempel pada bungkusnya?"



[NB: DONE! Maaf jelek tapi ya sudahlah. First nih, debut nih. kalau masih kurang menarik, maafin ya, hahahah!]

CandyWhere stories live. Discover now