"Pu-putraku." Ny.Han berusaha duduk, namun tidak bisa karena kondisinya masih lemah.

Jaejoong segera berjalan mendekat. Sedangkan Tn.Han yg ada di ruangan itu menatap Jaejoong dalam. Ia memegang tangan Jaejoong saat Jaejoong sampai di dekatnya. Matanya melebar melihat tanda lahir di tangan Jaejoong.

"Umma." Ucapan Jaejoong membuat tangis Ny.Han semakin keras. Bukan menangis sedih. Ia menangis bahagia karena setelah bertahun-tahun ia akhirnya bisa mendengar panggilan "Umma" untuk dirinya.

"Mendekatlah sayang. Umma merindukanmu." Jaejoong duduk di kursi samping ranjang pasien. Ia memegang tangan Ny.Han.

Ny.Han menatap suaminya yg masih diam mematung memproses keadaan.
"Yeobo lihatlah. Putra kita sangat cantik bukan?" Tn.Han tersadar, ia menatap Jaejoong. Tangannya terulur menyentuh pipi Jaejoong. Airmatanya menetes.

"Ka-kau putraku. Han Jaejun." Jaejoong mengerti Tn.Han masih belum percaya dengan kenyataan ini. Ia merogoh saku kemejanya lalu memperlihatkan sesuatu yg membuat Tn.Han dan Ny.Han terkejut.

"Appa." Ucapnya sambil memperlihatkan kalung berinisial HJ dan gelang bayi.

Tanpa berkata apapun Tn.Han langsung memeluk Jaejoong erat sambil menangis bahagia.

"Jae, Appa mencarimu kemana-mana, tapi tak ada data apapun tentang dirimu. Appa sudah mencari di seluruh panti asuhan, tapi tak menemukanmu. Kau dimana selama ini? Apakah ada yg mengadopsimu sayang? Aaawwwww..." Tn.Han menjerit kesakitan akibat cubitan tak main-main dari istrinya. Sedangkan Ny.Han menatap tajam suaminya.

"Aku belum sempat memeluknya. Padahal aku pertama kali bertemu dengannya." Ny.Han merajuk, memanyunkan bibir berpura-pura marah.

Jaejoong tertawa melihat Ummanya ternyata seperti anak kecil. Dadanya berdesir hangat.
'Beginikah rasanya memiliki keluarga?' Batinnya.

"Umma jangan marah." Jaejoong segera memeluk Ummanya. Walau sedikit sulit karena Ummanya berbaring dan selang infus yg membentang.

Jaejoong melepaskan pelukan. Ia menatap Appanya yg menatap penasaran akan dirinya.

"Appa, tidak pernah ada yg mengadopsiku." Ucapnya. Ia kembali mengingat saat ia masih di panti.

"Saat aku kecil, Harabojie Kim pemilik panti akan mengajakku ke rumahnya jika ada kunjungan dari orang-orang luar atau jika ada yg ingin mengadopsi anak. Aku pernah bertanya kenapa ia hanya mengajakku keluar jika ada kunjungan. Ia hanya menjawab jika mungkin saja orang-orang itu berniat jahat. Aku tidak menanyakannya lagi setelah itu."

"Ceritakan tentang dirimu pada Appa Jae, Bagaimana kau dulu?"

Jaejoong menarik nafas panjang. Ia kemudian mulai menceritakan bagaimana ia bekerja serabutan dan tak lupa ia menceritakan tentang Yunho pada Umma dan Appanya.

***

Yunho sangat frustasi hari ini. Ini adalah hari terburuk sepanjang sejarahnya. Dimulai dari ia diusir Jaejoong setelah Jaejoong menangis di pelukannya selama berjam-jam. Ia pulang lalu tidur selama 2 jam dan harus ke kantor. Ia sarapan ditemani tatapan tak bersahabat Appa dan Ummanya. Ia menduga jika Appanya sudah tau perihal Jaejoong pacar pura-puranya.

Sekarang ia bekerja ditemani Ummanya yg saat ini sedang duduk di sofa yg ada di ruangan itu. Dan alasan Ummanya disana adalah agar Boa tidak berani menemuinya seperti kemarin.

Namun bukan itu yg membuat Yunho terganggu, saat ini Ummanya sedang mengkikir kuku kakinya sambil memutar musik dengan volume keras.
'Bagaimana aku bisa berkonsentrasi jika seperti ini?' Batinnya.

"Umma tolong matikan musiknya." Ucap Yunho namun ia malah mendapat tatapan tajam sebagai jawaban.

Yunho hanya diam, ia kembali membaca berkas berusaha tidak memperdulikan Ummanya.

Oh My CEOWhere stories live. Discover now