Cerita 1

164 4 2
                                    

Hari minggu tiba. Bukan hari santai kalau di rumahku melainkan hari bersih-bersih rumah. Dan minggu ini aku mendapat tugas membersihkan halaman belakang.

Tepat pukul delapan aku menyelesaikan  tugasku. Lalu aku bergegas ke kamar. Aku pandangi setiap sudut kamarku. Dari sudut terkecil sampai yang terlihat tidak ada yang sedap dipandang. Aku mengambil sapu dan kemucing di dapur dan segera membereskan kapal pecah ini.

Bagian pertama adalah tempat tidurku. Ku lipat selimut dan baju-baju yang berserakan di atas kasur, lalu aku rapikan spreinya. Selesai sudah dan tempat tidurku sudah rapi. Tapi itu hanya tempat tidur. Aku beralih ke meja belajarku yang berantakan. Aku ambil tumpukan buku di atasnya, kemudian memilah-milah antara buku yang masih dibutuhkan dan yang sudah tidak dibutuhkan. Aku letakkan buku yang masih dibutuhkan kembali di atas meja, dan buku-buku yang sudah tidak dibutuhkan di atas almari. Namun, saat tanganku hendak meletakkan di atas almari, tiba-tiba sebuah kotak sepatu jatuh dari atas.

Aku ambil kotak itu dan membersihkan debu yang menyelimutinya. Setelah ku buka, kotak itu ternyata berisi sebuah kotak musik, cincin perak, dan dairy. Aku ingat, semua benda itu adalah pemberian dari kedua kakak dan orang tuaku sebagai hadiah karena nilai try out ku terbaik di kelas dan sekaligus hadiah ulang tahun ku yang ke dua belas.

Aku tersenyum melihat dairy kecil hadiah dari kakak pertamaku. Dairy itu berukuran 10 x 15 cm dan berwarna biru muda dengan gambar mickey dan minnie mouse sebagai covernya. Bukan cover  dairy itu yang membuatku geli, tapi karena aku ingat oretan apa saja di dalamnya. Berbagai kisah di awal masa puberku.

Aku buka halaman pertama. Hanya bertuliskan nama lengkap dan tanggal lahir serta zodiakku. Aku buka halaman selanjutnya.

20 April 2006

Dear dairy

Ini pertama kalinya aku nulis dan punya dairy. Aku bingung harus nulis apa. Kalau kata kakak aku bisa nulis hal menarik yang terjadi sama aku. Tapi sayangnya hidupku hari ini nggak menarik, ya seperti biasanya. Ya udah deh, besok aja aku nulisnya. Aku ngantuk. Selamat malam dairya...mimpi yang indah yaa... 

Ara

Aku tertawa geli membaca pembukaan dairyku. Sudah tulisannya kayak benang kusut, isinya juga ngawur. Kemudian aku buka secara acak.

20 Juni 2006

Dear dairy

Aku sediiih...huhu...hari ini adalah hari perpisahan SD. Aku harus berpisah sama prend-prend dan guru-guruku. Apalagi my best prend Chacha. Huhuâ... Katanya dia mau pindah ke Surabaya. Kita jadi nggak bisa satu SMP. Aku nggak mau berpisah sama Chacha, ry. Nanti nggak ada lagi yang nemenin aku nyari ikan, nggak ada lagi yang ngajarin matematika. Aku sedih, ry. Huhu...

Ara yang  sedih

Ya ampu... Aku jadi teringat Chacha. Dia dulu tetanggaku sekaligus teman baikku sejak kecil. Setiap hari kami selalu bersama, seperti anak kembar yang tak terpisahkan. Bedanya aku kurus dan Chacha dulu gendut sekali. Tapi sekarang udah nggak gendut lagi, tambah seksi malah.

Sehari setelah perpisahan SD, Chacha dan keluarganya pindah ke Surabaya karena ayah Chacha mendapat pekerjaan di sana. Kami berdua terus menangis sambil berpelukan karena tidak mau dipisah. Berbagai cara telah dilakukan kedua orang tua kami agar kami mau dipisah. Tapi tetap saja kami enggan melepas pelukan kami. Kami takut kalau kami tidak akan bisa bertemu lagi. Akhirnya, kami mau dipisah setelah ayah Chacha berjanji kalau sebulan sekali Chacha akan berlibur kesini. Benar-benar kenangan yang menggelikan hati.

Aku buka halaman selanjutnya.

30 Juni 2006

Dear dairy

Aku masih sedih karena berpisah sama Chacha.Tapi sudah agak berkurang karena hari ini ada tatangga baru yang pindah. Aku jadi punya teman baru. Mereka menempati rumah Chacha. Tadi mereka sekeluarga datang ke rumah. Mereka dari Jogja. Mereka punya dua orang anak. Yang perempuan bernama Rika masih kelas tiga SD dan yang laki-laki bernama Viki kelas tiga SMP.

Ry, tadi waktu pertama kali aku berpandangan dan bersalaman dengan Viki aku seperti kena asma, jantungku deg-degan dan mukaku terasa hangat. Aku kenapa ya? Apa aku sakit? Aduh! Jangan-jangan aku kena penyakit jantung. Bagaimana ini ry? Aku takut bilang ke ibu. Aku takut kalau disuruh minum obat. Aku kan benci obat, ry. Aku takut...

Ara yang takut

Aku tertawa terpingkal-pingkal. Ya ampun, konyolnya aku.

"Ara...Kamu kenapa ketawa-ketawa sendiri? Ya ampun...Ngapain aja kamu dari tadi? Kamar masih berantakan. Cepat dirapiin. Udah jam sepuluh lebih!" tiba-tiba Ibu muncul di depan pintu kamar sambil ngomel-ngomel.

Aku kaget. Segera saja aku sembunyikan dairyku di bawah kasur dan melanjutkan acara bersih-bersih kamar. Setelah selesai, aku bergegas mandi dan kembali ke kamar. Aku ambil dairyku dari bawah kasur. Ingatanku kembali ke masa lima tahun silam.



Cinta KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang