This is the Truth

447 33 0
                                    

"Prissy?!"

Rasanya aku ingin menghilang saat ini juga.

"Hai Pris, come here." Ulya menyuruh Prissy duduk di sampingnya.

Aku yang masih shock hanya menatap setiap gerak-geriknya saja. "So sorry i'm late." Prissy duduk sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

"How are you Jessy?" tanyanya.

Kenapa dia sangat aneh? Dia tidak merasa bersalah atau apapun itu. Dia juga tidak merasa hampir membunuhku waktu di Paris.

Aku kembali menatap Ulya dan meminta pertanggung jawaban apa arti semua ini sebenarnya. "Okay first of all, aku ingin kalian bersalaman."

Aku mengernyit. "What?" tanyaku heran.

Prissy dengan cepat mengulurkan tangannya di depanku. Aku hanya diam saja melihatnya. "C'mon Jessy, kau ini ingin tau apa tidak?" tanya Ulya.

Aku menghembuskan nafas kesal. "Baiklah." Aku menyambut tangan Prissy.

Aku kira dia akan meminta maaf atau mengucapkan sesuatu yang membuatku senang tapi ternyata tidak sama sekali. Dia hanya tersenyum lalu melepas tangannya.

"Sebenarnya apa maksudnya ini? Bukankah kau seharusnya kau tidak boleh keluar?" tanyaku menyindir pada Prissy.

Ulya tiba-tiba saja tertawa diikuti Prissy. Aku semakin bingung. Lebih bingung dari pada Niall yang tidak mengerti siapa yang benar, aku ataukah Jonathan.

"Jadi, aku akan menceritakan kisah awalnya." Ulya bersiap untuk mengambil nafas panjang seperti akan mendongeng saja. "Aku dan Prissy memang sedang merencanakan sesuatu pada Jonathan agar dia pergi dari kehidupan kita semua termasuk the boys. Sebenarnya hal yang tidak kita duga terjadi yaitu Zayn yang keluar dari 1D secara tiba-tiba."

"So, Prissy kau sekarang yang meneruskannya." Ulya menepuk bahu Prissy lalu yang bersangkutan hanya mengangguk saja.

"Jessy, sebelumnya aku sungguh minta maaf tidak memberitahumu sebelumnya dan juga pada yang lain. Aku tidak ingin kalian terlibat dalam masalah ini tapi Jo memang orang yang gila. Dia selalu melakukan hal-hal yang berbahaya."

"Aku juga minta maaf sudah mencelakaimu mulai dari pancake lalu perutmu yang tertusuk pisau."

Prissy mengambil nafas pelan lalu menghembuskannya. "Aku melakukan ini karena suatu alasan."

"Aku sudah tau itu," ucapku sedikit malas.

"WHAT?!" ucap Ulya dan Prissy bersamaan.

"You guys, tidak usah lebay begitu. Biasa saja," ucapku lagi.

"Tapi kau tau dari mana?" tanya Prissy heran.

"Jika aku memberitahumu, kau juga tak akan percaya."

"Aku selalu percaya padamu Jessy sampai detik ini."

Tiba-tiba entah kenapa aku meneteskan air mata. Kenapa ucapan Prissy sangat mengena dihati.

"Jessy are you okay," tanya Prissy.

"Oh um, ya i'm okay," jawabku sambil mengusap air mata yang menetes tiba-tiba.

"Jadi kau tau dari mana?" tanya Ulya.

"Brithney."

"Hah?!" ucap mereka bersamaan lagi.

Aku memutar kedua bola mataku. "Kan aku sudah bilang jika kalian tak akan percaya."

"Jadi kapan kau bertemu? Apa kau semacam paranormal?" tanya Prissy.

Entah kenapa Ulya langsung tertawa dan aku sangat kesal jika dia seperti itu. "Stop it Ul, it's not funny."

"Apa yang Brithney katakan padamu Jessy?" tanya Prissy lebih serius.

"Dia mengatakan jika kau tidak ingin melakukan semua ini. Tapi kau melakukannya karena suatu alasan demi kebaikan kita semua."

Prissy tersenyum. "Thankyou Brithney, kau sudah membantu kami." Prissy seakan-akan berbicara pada diri sendiri.

"Apa maksudmu?" tanyaku.

"Aku selalu berdoa agar Tuhan dapat membantuku menyelesaikan masalah ini. Mungkin Tuhan telah menjawabnya lewat Brithney." Mata Prissy juga terlihat berkaca-kaca.

"Jadi sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku kembali ke topik awal.

"Apa kau ingat saat aku tiba-tiba pergi untuk mengantar momku belanja ketika di kampus?"

Aku mengangguk. "Ya, kau seperti orang yang bingung saat mencari alasan," jawabku.

"Sebenarnya aku akan bertemu dengan Jonathan."

"Sudah kuduga," jawabku.

"Apa kau sudah curiga sejak itu?" tanya Prissy.

"Bisa dibilang begitu, kecurigaanku lebih kental lagi saat Prilly mengatakan sebenarnya kau ini tidak menyukai dunia entertain lalu kenapa kau datang ke acara show saat itu?"

Prissy tersenyum. "Kau ini kritis sekali Jessy. Aku memang dipaksa oleh Jonathan saat itu karena dia ingin aku melihat Niall mengakui akan menikahi Prilly saat di talk show. Bahkan aku sangat terkejut saat kau tiba-tiba yang berada di sana. Kau hebat Jessy." Prissy tersenyum senang.

Aku juga hanya membalasnya dengan senyuman. "Lalu apa lagi?" tanyaku.

"Kau ingat saat di bioskop aku tiba-tiba menghilang?" tanya Prissy lagi.

"Tidak, apa kau juga akan menemui Jonathan lagi?" tanyaku iseng.

Jawaban tak terduga pun terjadi. "Yap! Tiba-tiba dia memberiku pesan untuk menemuinya saat itu juga."

Aku meremas tanganku gemas. "Jadi kenapa kau lakukan semua ini? atas dasar apa?" tanyaku kesal.

"Aku hanya ingin menyelamatkan kalian."

"Memang apa yang akan terjadi?" tanyaku.

"Kau akan dendam dengan Jo jika aku menceritakannya padamu." ucap Prissy sambil menyeruput kopi milik Ulya.

Kali ini Ulya yang meneruskan. "Jo itu sangat membenci kita, i mean aku, Prissy, Prilly, Aretha, Laila, dan kau."

Prissy mengangguk. "Ya benar sekali. Dia tidak suka kita berteman pada the boys bahkan kau malah menjadi kekasihnya. Dia ingin berusaha menjauhkanmu dengan Niall," jelas Prissy.

"Jo ingin membuat kita sengsara satu persatu. Tapi jika tidak, Jo ingin kau lah yang sengsara untuk menggantikan kami."

Mulutku menganga tak percaya. "Maksud kalian aku dijadikan korban?"

"Tidak seperti itu juga Jessy, tapi Jo berkata jika dia melihat kau sengsara dia tidak akan membuat yang lain sengsara lebih dulu bahkan Jo saja hampir ingin mencelakai Prilly."

Aku tidak percaya. "Lalu kenapa Jo memilih Prilly untuk menjadi kekasih Niall padahal dia juga membencinya."

Prissy mengedikkan bahunya. "Entahlah, tapi menurutku dia ingin mencelakai kita dengan perlahan namun menyakitkan."

"What do you mean?" tanyaku bingung.

"I mean, Jo akan berusaha membuat kita semua terpecah belah dan saling bermusuhan. Maka dari itu Jo menyebar berbagai hal yang tidak benar."

Aku tiba-tiba teringat sesuatu. "Em apa soal Jo bilang padaku jika kau menyukai Niall itu juga tidak benar?" tanyaku membuat Prissy terdiam.

"Itu benar." Prissy sukses membuatku bungkam.

"Are you serious Prissy?" tanya Ulya yang juga terkejut.

"Ya itu benar, tapi aku suka padanya hanya sebatas sahabat. That's all."

Aku dan Ulya menghembuskan nafas lega. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyaku.

"Pertanyaan yang bagus Jessy."

Prissy kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Amplop?" tanyaku.

__________

Ayuk yang mau lanjut bisa lohh vomment di bawah :))

See you next part gaess 💕

Our Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang