Yunho segera berdiri menjauh dari Boa. Kepalanya sakit mendengar begitu banyak kenyataan mengejutkan hari ini.

Boa masih berusaha membela diri. Namun Yunho tidak peduli. Ia berjalan keluar ruangannya. Ia ingin menenangkan fikirannya.

Ny.Jung menatap Boa penuh kemenangan. Ia berjalan mendekat kemudian berbisik.
"Jangan sekali-kali kau ingin membohongi keluarga Jung. Jalang." Tersenyum remeh, Ny.Jung pergi meninggalkan Boa sendirian.

Boa menggeram marah.
'Jika aku tidak bisa mendapatkan Yunho. Maka tidak ada yg bisa memilikinya.' Batinnya.

Ny.Jung sampai di halaman kantor, menerima sms dari orang suruhannya. Ia langsung masuk ke mobilnya, memasang headset ditelinganya.

***

Jaejoong berjalan memasuki panti. Ia disambut oleh adik-adiknya. Jaejoong tersenyum lembut. Merasakan suasana disini membuat hatinya sedikit terhibur. Ia tersenyum melihat suster nuna yg berjalan menghampiri dirinya.

"Joongie, tumben sekali kau datang berkunjung." Ucapnya ramah.

"Suster Nuna, iya, aku merindukan kalian. Apa aku tidak boleh berkunjung?" Jaejoong pura-pura sedih.

Suster itu tertawa. Jaejoong tidak berubah,
"Ayo masuk, suster kepala merindukanmu."

Suster mengajak Jaejoong masuk. Begitu memasuki ruang tengah Jaejoong langsung disambut dengan pelukan hangat Suster kepala.

"Joongie, kau tega sekali tak pernah berkunjung." Suster kepala berpura-pura marah.

"Maafkan aku." Jaejoong tersenyum. Sedetik kemudian ia ingat apa tujuannya kesana.
"Suster kepala. Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Raut wajah Jaejoonh sangat serius.

Suster kepala hanya mengangguk, namun ada kecemasan dimatanya.

"Bisakah Suster nuna meninggalkan kami berdua?" Jaejoong menatap Suster nuna yg masih berdiri disampingnya.

Suster nuna mengangguk,
"Tentu Joongie." Ucapnya kemudian undur diri.

Jaejoong duduk di kursi yg ada di ruang tengah. Ia menatap Suster kepala dengan pandangan campur aduk. Ada rasa penasaran, dan sedih disaat bersamaan.
Suster kepala ikut duduk di seberang Jaejoong. Menatap Jaejoong khawatir.

"Apa yg ingin kau tanyakan Joongie?"

"Apa Suster kepala tau kenapa aku bisa ada di panti asuhan? Apa aku punya orang tua sebelumnya?" Pertanyaan yg memenuhi kepala Jaejoong akhirnya keluar. Ia sungguh ingin tau kenyataan bagaimana dirinya dimasa lalu.

"Kenapa kau menanyakan itu?"

"Ada seorang Ahjumma yg mengaku sebagai ibuku Suster."

Deg.

Suster kepala mengingat Ny.Jung yg kemarin datang dan menanyakan Jaejoong.
'Apakah wanita kemarin itu ibunya?' Batin Suster kepala.

"Joongie, jika kau ingin tau tentang dirimu dimasalalu. Kau bisa menanyakannya pada-"

"Kau diculik saat masih bayi." Tiba-tiba muncul suara dari arah ruang tamu. Jaejoong dan suster kepala menoleh secara bersamaan. Disana berdiri Harabojie Kim dengan raut wajah yg sulit dibaca.

"Apa?" Mata Jaejoong melebar sempurna mendengar perkataan Harabojie Kim.

"Kurasa saatnya kau harus mengetahui tentang dirimu di masa lalu." Harabojie Kim berjalan mendekat lalu duduk di samping Jaejoong yg masih syok mendengar perkataan Harabojie Kim.

"Dengar Kim Jaejoong, ahh.. tidak. Han Jaejun, namamu adalah Han Jaejun. Dulu 20 tahun yg lalu aku berjalan-jalan di taman untuk mencari udara segar dan melupakan sejenak masalah kantor yg seakan mencekikku." Harabojie Kim terdiam sejenak. Menatap wajah Jaejoong yg saat ini tegang.
"Siapa sangka, disana aku melihat seorang pria yg menculikmu dan aku mengejarnya yg membawamu lari. Aku mencegat mobilnya dan menyelamatkanmu dari mereka. Aku ingin mengembalikanmu pada ibumu, tapi ia sudah tidak ada di taman itu. Akhirnya aku membawamu pulang, awalnya aku ingin mengadopsimu, tapi para penculik itu mulai menerorku. Akhirnya aku membawamu kesini, mengubah namamu dan margamu aku ambil dari margaku."
Haranojie Kim beralih menatap Suster Kepala.

"Suster apa kau masih menyimpannya? Berikan dia sekarang." Perintahnya pada Suster Kepala.
Suster Kepala mengerti kemudiam mengangguk dan beranjak darisana.

Sedangkan Jaejoong kini kembali meneteskan airmatanya. Ia tidak tau jika itu yg terjadi pada dirinya. Ia sempat menyalahkan orang tuanya yg ia kira tidak berusaha untuk mencari dirinya.

Suster kepala datang membawa sebuah kotak. Ia menaruh kotak itu di atas meja lalu membukanya. Disana berisi kalung dan gelang bayi. Suster kepala mengambilnya lalu menyerahkannya pada Jaejoong.

"Itu adalah milikmu saat bayi." Ucap Kim Harabojie.
Jaejoong menerimanya, melihat kalung berinisial HJ dan gelang dengan ukiran nama Han Jaejun.

Jaejoong menangis lagi.
"Ini sangat berat untukku Harabojie. Aku telah bahagia dengan keadaanku yg sekarang, tapi.. hiks.. ini terlalu mendadak. Sangat sakit mengetahui apa yg terjadi pada diriku." Jaejoong menangis keras. Harabojie Kim dan Suster kepala menatap Jaejoong dengan pandangan sedih.

Sementara itu Ny.Jung menangis sesegukkan di dalam mobilnya. Mendengar semua percakapan di panti membuat ia tak bisa menahan tangisnya terlebih suara tabgis Jaejoong yg begitu menyayat hati.

Ponsel Ny.Jung berdering, ia menghapus airmatanya lalu mengangkatnya.

"Yeoboseo."

"...."

"Apa? Dirumah sakit?"
Airmata Ny.Jung kembali menetes.

"....."

"Aku akan segera kesana."

Ia langsung melajukan mobilnya cepat.

***

Yunho memarkirkan mobilnya asal. Ia berjalan cepat memasuki gedung apartemen kumuh tempat Jaejoong tinggal. Saat sampai di depan pintu apartemen Jaejoong, Yunho segera menggendornya brutal.

"Kim Jaejoong. Buka pintunya." Ia berteriak keras.

"Kim Jaejoong. Buka pintunya, aku mohon."
Tidak ada jawaban dari dalam.

"Jika kau tidak membukanya. Akan aku dobrak."
Tetap tak ada jawaban.

"Aku akan menunggumu disini sampai kau membuka pintunya." Yunho duduk di samping pintu apartemen Jaejoong. Ia bersandar di tembok.

Kim Jaejoong belum pulang. Ia saat ini diam di pinggir sungai han. Menatap kosong ke arah sungai.
'Apa yg harus aku lakukan sekarang?' Batinnya.

Ia melihat jam tangan kunonya. Sudah tengah malam, ia memutuskan pulang. Perlahan ia berjalan menjauh darisana.

***

Jaejoong berhenti beberapa langkah di lorong apartemen. Ia menatap Yunho yg saat ini duduk dengan kepala yg bersandar di lipatan tangannya. Ia terlihat kedinginan, Jaejoong melanjutkan langkahnya. Ia berhenti saat sudah sampai di hadapan Yunho. Perlahan tangannya terulur menyentuh pipi Yunho.

'Dingin.' Batin Jaejoong.
'Berapa lama ia menungguku?' Batinnya lagi.

Saat akan menarik tangannya, tiba-tiba Yunho mendongak menatap Jaejoong.

"Aku tidak suka menunggu, ini pertama kalinya aku menunggu seseorang begitu lama." Ucapnya.

Tiba-tiba sebersit perasaan bersalah menyusup ke dalam hati Jaejoong.

"Maaf." Ucapnya pelan.
"Kau tidak usah menungguku. Kita sudah tidak ada hubungan apapun. Aku akan mengundurkan diri besok." Ucapnya lagi.

Yunho segera bangun. Menahan tangan Jaejoong yg akan berjalan melewatinya.
"Jangan katakan itu. Jangan pergi."
Yunho menarik Jaejoong ke dalam pelukannya.

Jaejoong menangis lagi. Ia tak kuasa menahan sesak yg masih memenuhi dadanya.
"Jangan katakan apapun. Kau tetap kekasihku. Dan akan terus menjadi kekasihku." Ucap Yunho lembut.

Jaejoong hanya menangis, menumpahkan segala sakit yg ia rasakan.

Saya sengaja update dua chap sekaligus.
Semoga sad'nya ngena. Saya belum pernah bikin sad sebelumnya.
Mohon masukkannya chingu.🙏🙏🙏

Oh My CEOWhere stories live. Discover now