2. Apa?!

54.5K 2.3K 24
                                    

Hari berikutnya.

Seorang gadis sedang duduk di sofa. Dia sedang asik menonton televisi sembari memakan keripik kentang kesukaannya. Sesekali dia tertawa melihat seorang pelawak yang menurutnya sangat lucu itu.

"Nei ..." panggil seorang wanita dan melangkah menuju ke arah sofa.

Suara itu berhasil membuat Neira tersentak dan menolehkan wajahnya ke pemilik suara itu.

Suara itu adalah milik sang ibu, wanita hebat dan penyayang. Neira sangat menyayanginya. Ibu langsung duduk di samping Neira.

"Ada apa, Bu?" tanya Neira.

"Nggak ada apa-apa kok, emang ibu nggak boleh duduk disini?" ucap Ibu

Neira melihat wajah sang ibu, seperti ada yang ingin di bicarakan. ibu memang terkadang sulit untuk terbuka terhadap anaknya. Bukan maksudnya begitu, tapi ibu tidak enak hati bila menceritakan kegundahan hatinya. Tapi, Neira selalu membuat cara agar ibunya menceritakan apa yang mengganggu hatinya. Bagaimana pun Neira itu anaknya. Neira ingin menjadi tempat untuk mencurahkan keresahan hati ibunya.

Neira menatap lekat mata ibunya, ia menggenggam tangan sang ibu. "Ibu, Neira tau ibu menyembunyikan sesuatu. Ceritakan saja."

Ibu menghindari kontak mata sang anak. "Nggak ada yang ibu sembuyikan kok," ucapnya bohong

"Aku tau, ibu bohong," ucap Neira

"Ibu nggak bohong kok," ucap ibu yang hanya melirik sekilas ke arah Neira

"Udah, ibu nggak usah bohong. aku ini anakmu, Neira tau ibu berbohong. Buktinya ibu sekarang enggan menatap mata Neira" ucap Neira, terus berusaha agar ibunya menceritakan keresahan hatinya.

Ibu menghela nafasnya, ia langsung menatap manik mata sang anak. "baiklah, ibu akan cerita."

Akhirnya, Neira berhasil membuat ibunya menceritakan kegundahan hatinya. Neira tersenyum sedikit, Dia senang bila sang ibu ingin berbagi masalahnya.

"Jadi gini Neira, duh ... gimana, ya, ngomongnnya? Ehmm .... bukan maksud ibu untuk menutupi, tapi ibu bingung ngomongnya." Ibu menampakkan ekspresi bingung.

"Ibu, udah ceritain aja."

Ibu menghela nafas lagi. "ibu ingin menjodohkan kamu dengan anak teman ibu."

Neira mengerjap, dia sedang mencerna kata-kata ibunya. Dalam otaknya dia sedang berfikir, Menjodohkan? Maksudnya apa?

"Ma-maksudnya?" tanya Neira lagi, dia masih belum mengerti akan ucapan sang ibu.

"Menjodohkan kamu," ucap ibu.

Mata Neira membulat sempurna, dia melepas genggaman tangannya pada sang ibu.

Otaknya mulai memahami ucapan sang ibu, kenapa ucapan 'Menjodohkan' sangat lama di pahami oleh otaknya. Padahal Neira lumayan pintar. Apalagi waktu jaman SMA, dia selalu mendapatkan juara. Tapi, untuk ini otaknya sangat lamban meresponnya.

"Neira, kamu dengar, 'kan?" ucap Ibu karena tidak mendapatkan respon dari sang anak

Neira tersentak, "Hah." itu yang keluar dari mulut Neira. 

"kok jawabnya 'hah' sih?" tanya Ibu.

Neira memasang wajah melongonya, dia benar-benar bingung. Dia harus menjawab apa, apa yang harus ia ucapkan. Dia benar-benar sangat bingung.

"Neira, kok bengong sih?" tanya ibu lagi.

"Hah- duh, gimana, ya, Bu? Neira harus jawab apa? Neira benar-benar bingung, Bu. Nggak tau harus jawab apa?" ucapnya yang masih memasang wajah bingungnya.

"udah gini aja, kamu nggak harus jawab sekarang. Kamu pikirkan masak-masak. Tapi jangan terlalu lama, ya," ucap ibu.

"Yaudah, Ibu ke kamar dulu." lanjutnya dan meninggalkan Neira yang masih dengan wajah bingungnya.

Neira menghela napasnya, dia merebahkan kepalanya ke belakang dan matanya menghadap langit-langit rumahnya.

Neira benar-benar sangat bingung.

Ucapan sang ibu berhasil membuat Neira bingung. Bingung harus menjawab apa?

Neira mengangkat kepalanya kembali, menatap acara tv yang sedang ia tonton kembali. Daripada pusing memikirkannya, mendingan Neira menonton acara tv yang tadi sempat tertunda. Dan kembali memakan keripik kentang kesukaannya.

Tapi, berusaha apa pun untuk tidak memikirkannya. Tetap saja, kalimat 'menjodohkan' masih terngiang-ngiang di dalam otaknya. 

Neira langsung mematikan tv dan menaruh keripik kentang di atas meja. Lantas, dia beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya. Tak lupa ia memakai kerudung instan miliknya.

Sekarang disinilah Neira, di depan rumahnya. Neira mengangkat kedua tangannya dan ia mulai merenggangkan otot-otot tangannya. Ke samping kanan, ke samping kiri dan ke depan. Dia menghirup udara malam yang terasa sangat segar lalu menghembuskannya, membantu merilekskan otaknya. Lumayan untuk sementara melupakan kalimat 'menjodohkan'.

***

Jam sudah menunjukkan sepuluh malam, tapi Neira masih terjaga. Dia sedang berada di kamarnya, berbaring di kasur empuknya sembari memainkan ponselnya. Dia sedang membaca wattpad, untuk cepat merasakan kantuk yang sedari tadi ia tunggu. Tapi, matanya tetap tidak merasakan kantuk. Sudah beberapa kali ia mencoba menutup matanya agar cepat ke alam mimpi, tapi tidak berhasil.

Neira merasa tenggorokannya kering, lantas Neira beranjak dari posisi terbaring dan duduk di sisi ranjang. Menaruh ponselnya di atas nakas. Neira melangkahkan kakinya keluar kamar. Gelap, memang, masalahnya ibu sudah tidur nyenyak di kamarnya, sedangkan zaky, ia belum pulang dari kantor padahal jam hampir setengah sebelas malam.

Setibanya di dapur, Neira langsung membuka kulkas dan mengambil air, menuangkan ke dalam gelas sampai penuh. Lantas, ia menuju ke kursi dan duduk di atasnya. Menenggak habis tak tersisa air yang ia isi tadi. Dan menaruh gelas yang sudah kosong itu ke meja.

Terdengar pintu terbuka, sontak Neira sedikit terlonjak. Ia beranjak dari kursi dan melangkah ke arah pintu. Neira langsung merapatkan dirinya ke tembok dan menekan saklar lampu. Dan sekarang ruang tamu terang dan dapat melihat siapa yang membuka pintu. Tidak lain dan tidak bukan adalah Zaky, kakaknya. Terlihat Zaky sangat capek sekali, raut wajahnya dan matanya yang terlihat sangat mengantuk sekali.

"Eh, kak Zaky. Kok baru pulang sih?" tanya Neira.

Zaky menguap, refleks tangan kanannya menutup mulut terbukanya. "iya nih, lembur."

Tanpa di perintah, Neira langsung mengambil tas kantor Zaky yang berada di tangan kirinya. "Aku bawain kak." ucap Neira dan berjalan membawa tas itu ke kamar Zaky.

Sedangkan Zaky, ia menuju ke arah dapur dan menuangkan minum ke gelas sampai penuh dan menegak habis minuman tersebut.

Neira menyusul Zaky ke dapur. "Kak, mau Neira bikinin teh?" tawarnya.

"Boleh, nanti taruh di sini aja ya. Kakak mau mandi dulu." ucapnya sembari menunjuk ke arah meja yang berada di depannya dan berjalaln ke arah kamar.

Langsung saja, Neira membuatkan teh untuk Zaky. Setelah selesai, Neira menaruh teh tersebut di atas meja. Neira merasakan matanya sangat berat, mulutnya terbuka dan refleks menutupnya dengan tangan kanan. Rasa kantuk yang sedari tadi ia tunggu akhirnya muncul juga. Segera ia menuju ke kamarnya dan tidur nyenyak.

***

Pasangan Sah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang