Its Too Late

777 170 21
                                    

Suzy:

aku ingin kita bertemu



Pesan singkat itu masuk ke aplikasi line Myungsoo. Dan begitu saja Myungsoo mengabaikannya, tidak ingin melihat apalagi membalasnya

Dia benar-benar mengabaikan keberadaan pesan itu..

..selama seminggu

Myungsoo merasa kacau. Ia tidak mampu untuk bertemu dengan Suzy. Ia masih saja marah dengan wanita itu

Ia tidak ingin masalahnya dicampuri oleh wanita itu

Ia ingin menyelesaikannya sendiri secara perlahan

Tanpa melihat ketulusan dan kebaikan yang telah Suzy berikan padanya

Begitu saja ia mengabaikannya, sampai pada akhirnya dia akan menyesali tindakannya

Selama seminggu ini Myungsoo seperti gila. Dia hanya makan jika sudah terasa perih perutnya, seluruh waktunya ia gunakan untuk menyelesaikan skripsinya. Tidak hanya itu, dia sama sekali tidak berinteraksi dengan Seungcheol ataupun June

Dalam pikirannya, ia hanya ingin cepat lulus dan membuktikan kepada ayahnya kalau dia layak memegang perusahaannya

Padahal bukan itu yang harusnya ia lakukan

💮💮💮💮




Di hari wisudanya terasa sepi

Meski Naeun datang membawa buket bunga ditemani kekasih barunya, Taemin.

Meski June dan Seungcheol datang membawakan keributan dan mengacak-acak tampilan rapihnya, karena ketidak adilan yang dirasakan dua lelaki itu

Ia pikir seharusnya ada 'dia' disini

"Kenapa kau sudah lulus meninggalkan kami!!" June langsung meneriaki Myungsoo begitu mereka bertemu setelah upacara wisuda

"Ckckck, lihatlah dirimu. Betapa sombongnya. Kau tidak ingin menungguku?" Giliran Seungcheol mengomelinya

"Ya! Kalian saja yang malas. Kenapa justru menyalahkanku!" Balas Myungsoo memukuli pundak dua orang yang menjadi rommatenya itu

"Kau menyebut kami malas? Kau itu yang gila skripsi!"

June tiba-tiba mengatupkan mulutnya setelah meneriaki wajah Myungsoo

Tampak Seungcheol disamping menyikut perut June

Myungsoo ikut diam, merasa memang benar. Dia terlalu gila mengerjakan skripsi dan terobsesi dengan ayahnya hingga mengabaikan banyak orang. Terutama seorang wanita yang kini telah merebut separuh isi hatinya

"Maaf. Aku telah melakukan kesalahan"

"Bukan--"

"Itu memang salahmu"

June hendak menenangkan Myungsoo dan mengatakan bahwa yang ia lakukan tidak sepenuhnya salah

Tapi seorang pria berumur tiba-tiba datang menghampiri mereka dan menyela pembicaraan

Dia adalah Kim Seung Woo

Seung Woo datang tanpa sesuatu di kedua tangannya

"Bisa kita bicara sebentar, Myungsoo?"



💮💮💮💮


Dua lelaki itu berdiri di bawah pohon dekat hall wisuda. Diantara anak orang tua yang tengah berfoto ria karena anak kebanggaan mereka telah menempuh studi strata satu, Myungsoo dan Seung Woo berbeda. Hawa disekitar mereka menggelap

Segelap raut wajah yang Myungsoo tunjukkan

Seung Woo menghela nafas

"Bagaimana kuliahmu? Apa berat?"

Myungsoo menoleh bingung, "Aku lulus hari ini"

Seung Woo menggeleng, "Bukan begitu. Selama ini, apa kuliahmu lancar? Maaf karena tidak pernah menanyai kabarmu, nak"

"Lancar-lancar saja"

"Apa kau sering lupa makan? Kau begitu kurus" Seung Woo memandang tubuh Myungsoo lebih kurusan dibanding terakhir ia melihatnya

"Begitulah"

Myungsoo heran, mengapa ayahnya tiba-tiba perhatian padanya

"Apa kau sedang bingung?"

"Hah?"

Seung Woo tertawa, "Benar yang dikatakan gadis itu. Kita ini kurang komunikasi, makanya semuanya menjadi rumit"

Myungsoo tau siapa yang dimaksud oleh ayahnya


"Ayah percaya kepadamu"

Kepala Myungsoo tertoleh cepat. Kim Seung Woo menatapnya lembut, tatapan itu bukan tatapan seorang Kim Seung Woo tetapi tatapan milik seorang ayah kepada putranya

Sisi lembutnya menatap Myungsoo

"Meskipun ayah tau kau mengerti itu, ayah ingin mengatakannya. Ayah mempercayaimu"

Rasanya perih dari mana membuat mata Myungsoo berair

"Salah.." ia cukup terisak

Seung Woo menatap anaknya dengan alis naik sebelah

"Aku tidak akan paham jika kau tidak mengatakannya"

Lelaki itu merasa tidak sanggup menahan airmatanya jika menatap terlalu lama ayahnya, ia membuang muka.

Seung Woo tersenyum kecil

"Kau memang anakku" Seung Woo menepuk bahu Myungsoo

"Seharusnya aku mengerti itu. Seharusnya aku mengatakannya sejak dulu"

Myungsoo menggeleng, "Maaf juga karena tidak pernah membicarakan hal itu. Aku pikir ayah benar-benar membenciku"

"Aku tidak bisa begitu saja membenci darah dagingku"

Senyum segaris menghiasi bibir Myungsoo, ia merasa bebannya telah terangkat. Dirinya diliputi kelegaan

"Kau ingin secangkir kopi?"

Seung Woo menawarkan waktu untuk saling mempererat tali yang telah lama mengendur

Myungsoo menggeleng

"Aku harus pergi ke apartemen"

Tanpa anaknya memberi tahunya, Seung Woo tahu apa yang akan ia lakukan. Gadis Bae yang tinggal di samping apartemen anaknya adalah satu-satunya alasan Myungsoo terlihat bahagia dan gelisah sekaligus

"Sampaikan salamku untuknya"

Myungsoo mengangguk lalu segera berbalik pergi


💮💮💮💮


kau dimana?

Berkali-kali Myungsoo mengirim pesan pada Suzy. Puluhan kali ia memanggil nomernya, dan hampir seharian ia mengetuk dan menggedor pintu apartemen wanita itu

Resah ia rasakan tatkala tak mendapati wanita itu dimanapun

Terakhir adalah pesan yang dikirimkan wanita itu seminggu lalu

Padahal banyak yang ingin ia katakan pada wanita itu. Andaikan memang dia tidak diberi kesempatan karena suzy marah padanya, setidaknya ijin ia mengatakan dua hal

Maaf dan terimakasih

Maaf karena dia telah memarahinya tanpa tau betapa tulusnya ia melakukan itu untuknya

Dan terimakasih karena sudah meluruskan apa yang terjadi antara dia dengan ayahnya

Namun, sepertinya dia sudah terlambat

Ia takkan bisa menyampaikan dua hal itu
















Tbc

[ KNOCK SERIES #1 ] KLOPFEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang