25 (C)

27.2K 2.1K 139
                                    

Akhirnya Julian punya line nih, chat kut! Id line >> (

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Julian punya line nih, chat kut! Id line >> (.juliann) tulis semua yang ad ditanda kurung ya! Dan baca cerita baruku, ntar bakalan update kayaknya :v

juliann) tulis semua yang ad ditanda kurung ya! Dan baca cerita baruku, ntar bakalan update kayaknya :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Aku tak punya hal yang sangat aku sukai di dunia ini, tapi kamu adalah orang yang membuatku bahagia. Dan ketika aku melihat mu menangis, itu membuatku merasa sangat sedih

•••••

"Mau makan apa?" tanya Julian.

"Hmm." Juli nampak berpikir keras. "Nggak tau mau makan apa, tapi laper."

"Apa aja yang lo nggak suka?" tanya Julian.

"Lo nggak tau?" tanya Juli.

"Yang gue taunya lo nggak suka selai nanas, sayur, buah cuma suka apel, terus suka banget makan yang instan dan suka es krim durian," ujar Julian.

"Ih, tau," kata Juli kagum.

"Tau lah, emang kayak lo, sok-sok an bilang suka gue tapi nggak tau tentang gue sama sekali."

"Gue tau kok!"

"Tau apa?" tanya Julian.

"Hmm ... gue tau lo itu suka ... sama semua makanan kan?" tebak Juli.

"Yakali gue suka semua."

"Terus kenapa lo makan semua makanan? Setiap kita ke acara-acara, lo nggak pernah ngeluh sama setiap makanan yang disajiin," tanya Juli dengan wajah bingung.

"Gue cuma ngehargaiin makanan," jawab Julian, lelaki itu berjalan menuju dapur terbuka yang ada di ruangan itu dan memulai memasak.

Juli mengangguk-anggukkan kepala sambil ber'oh' ria. Namun sedetik kemudian gadis itu menunjukkan wajah sedihnya.

Julian yang tengah memanaskan minyak di atas wajan pun tanpa sengaja melihat wajah suram Juli. "Kenapa lagi sekarang? Lo pengen nangis gara-gara digigit nyamuk?" tanya Julian geram.

Juli melirik Julian kesal, "ih, bukan gitu, gue itu sedih—"

"Sedih, sedih dah sono, gue bodo amat," potong Julian.

"Dih, dengerin dulu napa," gerutu Juli kesal.

"Iya, iya, gue tau, lo sedih gara-gara nggak bener-bener kenal gue kan?" Julian mengaduk nasi goreng yang setengah jadi di atas wajan.

"Kok lo tau?" tanya Juli sambil berlari ke arah Julian.

"Lo terlalu gampang ditebak," ujar Julian. Lelaki itu mengambil dua piring dan menyajikan nasi goreng buatannya. Lalu Julian memberikan satu piring pada Juli, "nih, makan! Biar nggak sakit, ntar kakak lo marah lagi. Gue males debat sama dia," ujar Julian sambil berjalan ke meja makan kecil yang hanya cukup untuk dua orang.

"Terus kenapa suka banget debat sama gue?" Juli mengikuti Julian dari belakang.

"Nggak tau, lo buat gue pengen ngomong terus," ujar Julian.

Juli duduk di hadapan Julian, "kenapa bisa gitu?"

"Nggak tau. Mending sekarang lo makan dulu!" pinta Julian.

"Tapi kan gue pengen tau tentang lo. Nggak adil banget cuma lo yang tau tentang gue," ujar Juli. Kini gadis itu kembali sedih. Sepertinya, satu perkataan Julian saja sudah mampu membuat suasana hati Juli berubah.

Julian berdecak, "makan dulu! Ntar sakit. Abis makan baru lanjutin ngomongnya."

Juli pun mengangguk pasrah. Gadis itu memakan makanannya dengan cepat. Sampai akhirnya nasi di piring itu tak tersisa lagi.

"Udah, sekarang gue pengen nanya ke elo," ujar Juli.

"Tanya aja."

"Makanan yang paling lo suka apa?" tanga Julian.

"Semua makanan sama aja."

"Yang nggak lo suka?"

"Semasih itu layak dikonsumsi, gue bakalan suka."

"Barang yang lo suka?"

"Semua barang punya fungsi tersendiri dan semuanya sama-sama penting."

"Ih, lo kok jawabannya gitu sih? Emang di dunia ini nggak ada yang lo suka sama yang lo nggak suk gitu?" tanya Juli.

Julian yang telah selesai mencuci piring pun berjalan mendekati Juli. "Gue nggak suka apa-apa di dunia ini, tapi gue paling nggak suka liat lo nangis. Jadi, daripada gue salah ngomong dan berujung air mata lo, mending sekarang kita keluar, istirahat selesai sebentar lagi."

Julian menarik tangan Juli, membuat gadis itu berdiri.

"Ih, Julian! Tunggu napa. Lo belum jawab pertanyaan gue dengan benar," protes Juli.

Julian yang tadinya membelakangi Juli, kini membalikkan badannya, "kalau lo pengen kenal seseorang lebih dekat, lo harus cari tau sendiri, bukannya nanya kayak tadi," kata Julian.

"Tapi kan—"

"Kalau lo masih nggak mau keluar juga, gue bakalan ninggalin lo di sini!" ancam Julian.

Juli mendengus kesal, kemudian mengikuti kata-kata Julian untuk pergi dari ruangan itu.

•••••

Nggak tau kenapa, aku pengen update lagi, padahal vomment nya belum banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak tau kenapa, aku pengen update lagi, padahal vomment nya belum banyak. Tapi nggak papa lah.

Btw jangan ada yang protes ya kalau chapter ini pendek! Ini kan bonus buat hari ini, wkwk.

Juli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang