17

27.6K 2.1K 95
                                    

Bahkan jantungku berdetak cepat hanya karena kata-katamu

•••••

SEDARI tadi Juli tidak keluar dari kamarnya. Sejak pulang sekolah gadis itu langsung masuk ke kamar dan mengurung diri hingga petang.

Hal itu membuat Julian sangat khawatr. Lelaki itu mencoba menyibukkan diri dengan membaca beberapa buku, tetapi tetap saja dia tidak bisa berhenti menatap pintu kamar Juli. Coba saja jika Julian tadi tidak lepas kontrol terhadap emosinya. Pasti ini semua tidak akan terjadi. Lagian untuk apa Julian marah? Bukankah ia tidak meyukai Juli? Atau jangan-jangan ...

Pemikiran-pemikiran macam itu terus saja memenuhin kepala Julian. Rasanya kini kepala Julian ingin meledak. Cuma karena gadis bernama Juli, orang dingin seperti Julian menjadi rempong seperti sekarang.

Sementara itu di kamar, Juli masih terdiam sambil menatap sudut kamar. Gadis itu masih memikirkan kejadian yang tadi menimpanya di sekolah. Bayangkan saja, dalam satu hari ia dicium oleh dua lelaki. Dan dua-duanya membuat jantung Juli berdetak dengan sangat cepat.

Walaupun Julio hanya menyiumnhya di pipi, tetapi tetap saja hal itu membuat pipi Juli merona di saat membayangkannya. Sedangkan Julia, ahhh Juli tidak bisa mengingat kejadian itu lagi. Hal itu adalah hal yang pertama kali terjadi. Bukankah itu seperti ciuman hot di drama-drama yang ia tonton?

Tapi gara-gara hal itu Juli jadi malu untuk keluar kamar. Padahal perutnya sekarang sedang keroncongan. Dan hal yang membingungkan adalah kenapa dia harus malu? Memangnya dia melakukan kesalahan? Bukankah Julian yang melakukan kesalahan. Lagi pula lelaki itu dengan tiba-tiba mencium Juli, ya kan gadis itu bingung mau melakukan apa. Ya sudah langsung tampar saja.

Pikiran tersebut tidak bisa hilang dari kepala Juli. Kenapa sih dia harus terjebak dalam masalah super ribet seperti ini? Dan kenapa Julian tiba-tiba menciumnya? Apakah ia semarah itu karena Juli dicium Julio? Apakah Julian menyukai gadis itu? Ah tidak, tidak, mana mungkin Julian menyukainya, pasti itu gara-gara Julia adalah suami Juli, dan sebagai suami sudah pasti ia bakalan marah jika melihat istrinya dicium orang lain.

Sudahlah Juli capek memikirkan hal itu. Kepalanya sudah sangat pusing saat ini. Bahkan tubuhnya panas. Sepertinya ia akan sakit, tetapi baguslah, setidaknya Juli tidak harus datang ke sekolah dan menjadi bully-an anak satu sekolah.

Tiba-tiba pintu kamafr Juli diketuk seseorang. Juli sudah tau itu Julian dan Juli bingung harus apa. Apakah dia harus membuka pintu kamarnya? Atau membiarkan Julian hingga lelaki itu pergi?

Juli pada akhirnya beranjak dari duduknya. Kepalanya jadi semakin pusing. Juli berusaha menyeimbangkan tubuhnya dan membuka pintu kamarnya. Di sana Julian tengah berdiri di hadapannya. Kepalanya semakin memusing. Jangan sampai Juli pingsan di depan Julian, Juli tidak ingin berdekatan dengan Julian saat ini.

Namun tubuhnya berkata lain, Juli kehilangan keseimbangan dan jatuh, untungnya Julian dengan sigap menahannya. "Lo kenapa? Lo sakit?" tanya Julian khawatir. Lelaki itu memegang dahi Juli. "Badan lo panas banget," ucap Julian, lelaki itu membawa Juli ke kasurnya.

"Gue nggak papa, lo mau apa ngetuk pintu kamar gue?" tanya Juli to the point.

"Nggak laper?" tanya Julian.

"Nggak," jawab Juli singkat. Gadis itu sedang malas untung berbicara kepada Julian, dan hitung-hitung dia ingin balas dendam. Sekali-kali boleh lah Juli yang jutek.

Jawaban singkat itu membuat Julian bingung untuk menjawab apa. "Ya udah." Alhasil Julian keluar dari kamar Juli.

Lah gitu aja? Gak perhatian banget sih! gerutu Juli.

Beberapa menit kemudian, Julian kembali datang dengan membawa nampang berisi semangkuk bubur, obat dan segelas air. Lelaki itu menaruh nampan tersebut di atas nakas.

"Kan gue udah bilang kalau gue nggak mau makan," ujar Juli. Tapi tiba-tiba satu sendok bubur sudah masuk di mulutnya.

"Gue kan udah bilang lo harus makan," kata Julian.

"Tapi gue nggak--" Satu suap bubur masuk kembali ke mulut Juli. "Julian!" teriak Juli kencang.

"Makan atau kejadian di rooftop bakalan terulang lagi!" ancam Julian.

Sontak suasana menjadi canggung. Kenapa Julian harus membahas kejadian itu sih? Kan Juli jadi bingung harus apa.

"Gue bisa makan sendiri!" ujar Juli. Gadis itu merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Gitu kek dari tadi," ujar Julian.

Pada akhirnya Julian yang menang atas perdebatan itu.

Beberapa menit kemudian Juli sudah menghabiskan bubur yang dibuat oleh Julian. Julian pun memberikan satu pil dan segelas air putih kepada gadis itu. "Minum biar cepet sembuh!" pinta Julian.

"Nggak! Pahit," tolak Juli.

"Minum!"

"Nggak mau Julian!" tolak Juli lagi.

Julian pun membuka paksa mulut Juli dan memasukkan pil tersebut lalu memberi gadis itu air. Cepat-cepat Juli meminum air tersebut.

"Huaaa! Julian! Pahit!" rengek Juli. Gadis itu terisak.

"Dih bego, minum obat doang nangis," ledek Julian.

Juli pun semakin terisak. Julian akhirnya mengeluarkan sebuah lolipop kecil. "Nih, biar gak pahit," ujar Julian lalu memberikan permen itu.

Juli pun menerima permen itu dengan senyum sumringah. Gadis itu membuka permen tersebut dan langsung memasukkannya ke mulut.

"Jul," panggil Julian.

"Apa?" tanya Juli.

"Jangan deket-deket sama Julio," pinta Julian dengan nada yang serius.

"Kenapa?" tanya Juli.

"Gue nggak bisa ngejelasin alasannya, tapi jangan deket-deket sama dia!" ujar Julian.

"Lo cemburu ya?" Tanpa gadis itu sadari kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ah, sial! Bagaimana jika Julian nanti berkata bahwa dia ke ge-er an?

Perkataan Juli tadi membuat Julian menjadi diam sejenak. Kemudian lelaki itu menarik permen dari mulut Juli dan memasukkannya ke mulutnya. "Pokoknya lo nggak boleh deket sama dia!" perintah Julian lalu beranjak dari duduknya.

"Ih, tapi Jul, itu permen gue lo ambil!" protes Juli.

"Ini kan permen gue," ujar Julian.

"Tapi kan itu bekas mulut gue," kata Juli.

"Lagian gue udah pernah ngemut mulut lo, masa ngemut permen bekas lo nggak boleh?" ucap Julian sambil berjalan menuju pintu. "Cepetan tidur! Biar bisa gue matiin lampunya! Pemborosan tau!" kata Julian lalu menutup pintu kamar Juli.

Dan kalian tau? Juli masih terdiam dan membeku. Perkataan Julian yang sangat terang-terangan begitu membuat pipi Juli menjadi merona dan jantung gadis itu berdetak menjadi lebih cepat. Bisa-bisanya Julian berkata seperti itu.

•••••

Maaf kemarin nggak update karena aku sibuk buat tugas. Btw aku ngga nyangka kalau masih banyak yang nungguin cerita ini. Makasi ya udah nunggu cerita ini yang updatenya super lama.

Jangan lupa vomment! Ke depannya aku usahain update secepatnya!

16-11-2017

Juli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang