Epoch 3 days

5K 620 57
                                    

Seminggu lebih di desa ini membuat Dely harus lebih ekstra sabar. Masyarakat di tempat dia menjadi relawan sekarang benar-benar "menggemaskan", membuat Dely pusing sendiri menjadi satu-satunya perempuan yang bergabung di tim ini. Dia mewakili tim dari tempatnya karena memang desa ini mendapat perlakuan khusus dan bergabung dengan tim lain yang berasal dari NGO lain. 

Pernah seorang bapak-bapak yang datang ke posko mereka,  meminta di periksa karena matanya sakit. Masalahnya,  bapak itu hanya mau diperiksa oleh Dely padahal itu bukan bidang Dely. Begitu juga seorang ibu yang ingin anaknya diperiksa,  dan dia hanya mau Dely yang memeriksanya.  Bukan, bukan cuma dua kasus saja,  tapi hampir semua kasus mengenai kesehatan masyarakat di sana mau nya Dely menangani mereka. Berkali-kali Dely jelaskan bahwa dia bukan pakar di bidang kesehatan.  Dia untuk misi pendidikan di sini. Tapi masyarakat di sana tidak mau tahu,  mereka memuja Dely berlebihan, mengatakan kalau Dely hanya pura-pura tidak tahu sebenarnya.

Seperti saat ini,  lagi-lagi dirinya dibuat pusing dengan seorang ibu yang membawa bayi nya ke dalam posko kesehatan dan bersikeras bahwa yang boleh memeriksa anaknya hanya Dely. Membuat Dely yang tadinya lagi mengajar berlari tunggang langgang ke dalam posko kesehatan. Kelian, dokter di posko ini tersenyum pahit melihat Dely datang. Mereka bertatapan malas.

"Delysiaaaaa.."

Ahh,  satu lagi,  masyarakat di sini memanggilnya Delycia,  entah kenapa ada tambahan cia di belakang namanya,  dia tanyakan dengan kepala desa di sini,  itu hanyalah bentuk ungkapan sayang saja.
Dely tersenyum pada ibu itu, melirik bayi berumur 1 tahun 2 bulan dalam gendongannya.

"Dia demam,  bagaimana ini?" tanya ibu itu.

Dely menghela nafas,  menatap Kelian.

"Aku sudah mencoba untuk memeriksa,  tapi beliau menolak."

"Boleh bayi lucu ini ditidurkan dahulu di sini?" tanya Dely pelan, menepuk-nepuk brankar di ruangan itu.

"Tentu.. tentu.." ucap Ibu itu semangat,  meletakkan bayi itu di atas tempat tidur.

Bayi itu terlihat lemas,  matanya seperti habis menangis. Dely terenyuh melihat betapa lemasnya bayi itu.

"Kelian.." ucap Dely.

Kelian mengerti,  dia langsung melakukan tugasnya. Memeriksa bayi itu. Ibu itu menatap was-was,  takut kenapa-napa pada bayi.

Tangisan bayi itu pecah saat Kelian memeriksanya, Dely menatap Kelian penasaran.

"Bagaimana?" tanya Kelian.

"Demamnya masih normal, apakah dia batuk?" tanya Kelian pada ibu itu.

"Iya,  dia batuk juga."

"Apakah dia baik-baik saja, Delisia?" tanya Ibu itu.

Dely sebenarnya ingin tertawa,  padahal Ibu itu sendiri melihat dengan jelas siapa yang memeriksa anaknya,  kenapa jadi bertanya pada dirinya. Dely menatap Kelian,  yang ditatap mengangguk pelan.

"Dia baik-baik saja," jawab Dely sambil mengelus lengan ibu itu pelan,  menenangkan.

"Dokter Kelian akan memberikan obat," ujar Dely,  "Nanti kalau dia kenapa-napa,  segera panggil dokter Kelian, jangan saya. Dia dokternya di sini, Bu."

Ibu itu menatap Dely dan Kelian bergantian, hanya mengangguk singkat dengan tidak yakin.

Setelah memeriksa dan memberikan penurun panas pada bayi itu, tak lupa menenangkan karena bayi itu menangis, Kelian duduk dengan menghela nafas,  melihat Dely.

"Kalau kamu selesai tugas di sini nanti bagaimana? yang ada kami terpaksa menjemput kamu dari tempatmu. "

Dely tertawa, "Sebelum aku ke sini,  kamu kan dokternya?  Dan mereka mau-mau saja."

Epoch | #INEFFABLE SERIESKde žijí příběhy. Začni objevovat