Epoch 2 days

4.8K 606 25
                                    


Mereka menunggu cukup lama di perbatasan ini. Orang yang mereka tunggu harus tertahan lama di camp perbatasan entah karena apa. Emma dari tadi menggerutu, kesal kenapa dirinya mau saja ikut menjemput relawan baru itu namun merasa kesal juga kenapa dirinya begitu bersemangat dengan sosok relawan itu. Lebih dari tiga jam menunggu bukan waktu yang singkat.

“Dia kan orang kaya, berpengaruh. Masa sesusah itu,” keluh Emma tidak suka.

Davinov hanya diam saja, masih asik dengan bukunya.
Emma mondar mandir di depan mobil, sampai setengah jam kemudian senyuman muncul juga di wajahnya.

“Itu dia!”

Davinov menaikkan tatapannya dan turun dari mobil. Melihat seorang pria yang tampak begitu segar dan tersenyum cerah di dampingi dua orang tentara jaga menghampiri mereka.

“Hai.” Sapa orang itu, menyalam Davinov dan Emma bergantian.

“Kalian Emma dan Davinov kan?”

Emma menggangguk dengan senyum yang begitu lebar, “Ya, dan kamu pasti Lukas.”

Lukas mengangguk dengan senyuman khasnya. Mereka saling berkenalan singkat.

Emma tertegun. Lukas begitu tampan untuk ukuran orang Asia. Bagaimana pria itu punya senyum yang begitu cerah dan menular, membuat Emma ikut tersenyum juga.

Davinov tampak berbicara serius dengan dua tentara itu dan mengangguk ketika kedua tentara itu pergi sambil sebelumnya menyalami Lukas dulu.

“Mau langsung saja? Sebelum hari gelap?” tawar Davinov, ia mengambil carrier Lukas dan meletakkannya di belakang mobil Jeep mereka.

“Lebih baik,” kata Lukas.
Ia mengkuti Davinov dan Emma masuk kedalam mobil. Duduk di samping Davinov dengan kaca yang terbuka membuat Emma dari belakang terus-terusan menatap Lukas kagum. Membuat Davinov yang bisa melihat Emma dari kaca mobil tersenyum geli.

“Emma semangat sekali bertemu denganmu hari ini.” ucap Davinov dengan tertawa.

Emma menempeleng kepala Davinov dari belakanga, “Perhatikan ucapanmu bocah!”

Lukas dan Davinov tertawa.
“Jadi, kenapa kamu memutuskan jadi relawan Lukas? Maksudku, dengan karirmu yang begitu gemilang,” tanya Emma penasaran, ia memajukan kepalanya ke depan agar bisa melihat wajah Lukas karena dia duduk di kursi belakang.

Sinar matahari sore menerpa wajah Lukas, diam-diam Emma mengupat kecil di hatinya. Betapa cahaya matahari dan wajah Lukas adalah perpaduan yang pas. Angin kecil yang menimpa rambut Lukaspun membuat pria itu makin segar saja. Lukas seperti anak rembang petang. Begitu indah.

“Aku ingin saja.” Kata Lukas dengan senyum cerahnya.

“Keluargamu tidak keberatan?” tanya Emma, “Maaf, tapi aku tahu kamu sudah menikah.”

Lukas menatap Emma sesaat dan tersenyum tipis, “Ahh, sepertinya aku sangat terkenal ya?”

Mereka bertiga tertawa mendengar cara bicara Lukas yang santai tapi terdengar sombong.

“Hhmmm, kamu sangat terkenal.”

“Tidak ada yang keberatan dengan kepergiaanku,” katanya senang.

“Istrimu sangat membebaskanmu rupanya,” gumam Emma pelan, namun mereka masih bisa mendengar apa yang Emma ucapkan.

“Hmm..”

“Ahh ya, kamu kenal Dely?”

“Dely?”

“YA DELY!”

“Wow.. santai...hahaaa.”

“Dely Mikharina Doanne Siahaan. Kamu mengenalnya? Dia bilang kalian saling kenal dan dia pernah satu sekolah dengan kamu.”

Lukas diam sesaat dan menatap Emma sambil tersenyum, “Iya, aku kenal dia. Kalian mengenalnya?”

Emma mengangguk.
“Ya, tentu saja kami mengenal Dely. Dia juga menjadi tim relawan yang sama dengan kita,  sayang seminggu ini dia sedang bertugas di desa lain. Dan kamu harus tahu, bocah Rusia di samping kamu ini diam-diam menyukai Dely. Kamu harus membantunya agar Dely dan Davinov bisa berkencan!”

“Heyy..” protes Davinov. Dia menatap Lukas malu.

Lukas menatap Davinov menilai dan kemudian tersenyum, “Ahh.. menyukai Dely ya? Mau tahu sesuatu tentang dia?”

“Apa itu?”

Lukas menatap Davinov dan Emma bergantian. Ia tersenyum kecil dan berkata tenang. Membuat Davinov dan Emma terdiam saat itu juga.

Epoch | #INEFFABLE SERIESWhere stories live. Discover now