22. Kita Harus Menikah!!!

7.1K 436 14
                                    

Pagi menjelang, Aliandra perwira membuka mata tanpa teriakan lagi namun dengan senyuman, dia menoleh pada seseorang di sampingnya dan senyumnya semakin merekah.

Nyayian burung di luar sana pertanda bahwa ini benar-benar masih pagi, Bi wani belum mengetuk pintu tuannya namun Ali sudah membuka mata dan terus memandangi wanita di sampingnya.

“Jam 5,” gumam Ali lirih, dia kemudian terkekeh sendiri merasakan euforia hatinya yang benar-benar dengan kurang ajarnya terus menerus meletup-letup.

Setelah meninggalkan jakarta Ali selalu bersikap dingin, mudah marah, keras dan tak suka keramaian. Dia selalu menyendiri, menyeduh kopi tanpa sarapan, meminum wine hingga mabuk bahkan bi Wani sudah sangat terbiasa menemukan tuannya pulang bersama dengan luka entah karena apa. Ali mudah emosi sekarang dan dalam keadaan mabuk dia bisa saja langsung mengamuk jika ada yang menyenggolnya, mungkin luka itu karna berkelahi penyebabnya, dengan siapapun.

Dia rindu, namun harus menahan hingga gila.

Ali sudah benar-benar gila memang jika saja tidak ada Tara di hidupnya, Tara satu-satunya kehidupan selama di bali, selebihnya hanya kematian.

Saat erangan dari wanita disampingnya terdengar Ali berhenti melamun kemudian menoleh.

“hei” Prilly tersenyum saat membuka mata.

“Hei, selamat pagi my girl,” ucap ali sembari mengulurkan tangan untuk menarik Prilly kedalam lingkaran tangannya, bersandar diatas dada Ali dengan elusan tangan Ali di rambutnya.

“Aku rindu sapaan itu.”

“Terlebih aku,” Jawab Ali.

Prilly hanya menanggapinya dengan senyuman karna matanya kini sudah tertutup kembali. Semalam Prilly akhirnya menginap di kamar Ali setelah Ali memohon. Prilly takut terjadi hal yang tidak diinginkan memang namun setelah Ali tersenyum meyakinkan Prilly akhirnya mengiyakan.

“Tell me,” ucap Ali.

“about?”

“2 tahun tanpa aku.”

Prilly membuka matanya sebelum menjawab kemudian mendongak menatap Ali, “buruk, aku bahkan langsung ke bali saat Sally memberitahu kamu ada disini.”

“Kenapa baru sekarang?” tanya Ali lagi.

“Baru sekarang?” ucap Prilly nyinyir, “Aku langsung kesini 1 minggu setelah kamu menghilang, dan 2 tahun ini aku hidup di bali, meninggalkan kerjaan, meninggalkan apartemen, meninggalkan semuanya yang ada di jakarta hanya untuk cowok pengecut.” Itu benar, Prilly memang mencari Ali selama ini di bali, namun ternyata bali tak sesempit itu untuk orang-orang yang tak tahu harus mencari kemana.

Ali meringis saat Prilly menyindirnya kemudian mencium pelipis kanan Prilly, “sungguh beruntung cowok pengecut itu.”

“Ya, seharusnya dia sudah meminta maaf sekarang.”

“Hey, aku sudah melakukannya semalam.” Protes Ali.

“Ya, dan setelahnya dia hampir melakukan kesalahan lagi dengan berbuat macam-macam di atas sofa apartemennya.”

Ali tertawa kencang kemudian menggeser Prilly untuk berbaring disampingnya, “Aku nggak mau minta maaf kalau yang itu,” ucap Ali yakin.

“What? Memang brengsek, sudah berapa wanita yang kamu ajak ke apartemen ini selama 2 tahun?”

“Baru 2.”

“What?” prilly memekik lebih kencang.

“Apa sih sayang?”

Cinta Kita [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang