Kim - Fight Him Back

47.3K 2.8K 89
                                    




Same lips red, same eyes blue. Same white shirt, couple more tattoos.

But it's not you and it's not me

Tastes so sweet, looks so real. Sounds like something that I used to feel

But I can't touch what I see

We're not who we used to be, we're just two ghosts standing in the place of you and me

Trying to remember how it feels to have a heartbeat

- Two Ghosts by Harry Styles

Kim mematahkan hatinya sendiri saat memutuskan harus pergi dari rumah itu. Jangan salahkan Kim karena memilih demikian. Ibu mana yang tega membuang janinnya sendiri? Kim tidak menyalahkan Aldwin sepenuhnya juga. Ia tau, segalanya terlalu cepat untuk Aldwin. Aldwin baru saja mengakui cintanya, dan tiba-tiba mereka sudah akan menikah, lalu tiba-tiba saja janin hadir di antara mereka.

Dia menyayangkan Aldwin terpaku pada trauma masa lalunya. Pada Kinasih. Padahal, Kim percaya betul perkataan Roy bahwa anak yang dikandung Kinasih bukanlah anak Aldwin.

Maka, dengan terpaksa, untuk kebaikan mereka bertiga, Kim meninggalkan Aldwin sementara. Sementara, tidak lama. Hanya sampai Kim memiliki cukup keberanian untuk memperjuangkan janinnya di hadapan Aldwin, dan Aldwin memiliki cukup pengertian bahwa janin ini adalah bagian dari cinta mereka.

Kim masuk ke kamar dan menemukan Aldwin sudah tertidur. Kim teringat bahwa tangan Aldwin terluka. Astaga, Kim sangat khawatir saat Aldwin melayangkan tinjunya dan menghancurkan meja makannya. Namun Aldwin tidak membiarkannya mendekat. Kim menoleh, memeriksa tangan Aldwin dan membersihkan darah kering di sekitar tangannya. Kim pun mengambil kotak P3K dan mulai mengobati tangan Aldwin.

Setelah selesai mengobati tangannya, dengan perlahan Kim memasukkan beberapa bajunya dan peralatan pentingnya ke dalam tas. Tadinya, Kim ingin segera pergi tanpa melihat wajah Aldwin. Kim takut, saat melihat Aldwin, dia akan kehilangan keberaniannya untuk pergi dan memilih tinggal.  Namun sesuatu menahan Kim. Kim ingin mematri wajah Aldwin sebanyak mungkin dalam benaknya, sebagai cadangan jika nanti ia merindukan prianya, meskipun Kim tau itu tidak akan cukup.

Kim tidak bisa menahan isakannya saat mengamati wajah Aldwin. Dia begitu mencintai pria ini. Sangat sangat cinta. Kim kemudian mencium Aldwin pelan, menaruh surat yang sudah disediakannya di nakas tempat tidur, kemudian keluar dari kamar menuju taksi yang sudah menunggunya di depan.

"Malam, Bu," sapa pengemudi taksi. Kim berusaha tersenyum dan membalas sapaannya.

"Tujuannya kemana Bu?"

Kim terdiam, belum terpikirkan satupun tujuan. Kim tidak mungkin mencari Tante May malam begini. Memikirkan wanita paruh baya itu kecewa melihatnya berbadan dua sebelum menikah membuat Kim sedih. Juga tidak mungkin pergi ke rumahnya, karena Tian dan Karel sedang menggunakan rumahnya seminggu belakangan. Tian dan Karel tidak perlu tau masalah ini. Kim tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan pada Aldwin jika mereka tau. Kim juga tidak mungkin pergi ke butiknya. Anak buahnya tinggal disana, dan Kim tidak ingin spekulasi-spekulasi baru mengenai Kim muncul.

"Muter-muter Jakarta dulu aja, pak," putus Aldwin pada akhirnya. Sang pengemudi menatap Kim bingung dari balik kaca, namun memilih menuruti tanpa banyak bertanya saat Kim kembali menangis.

Entah berapa lama mereka mengitari Jakarta. 1 jam? 2 jam? Tiba-tiba, nama Roy melintas di benak Kim. Kim pun mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Roy. Untungnya, Roy mengangkat setelah dering ketiga, padahal ini sudah tengah malam.

"Kim? Ada apa?"

"Om, bisa bertemu?"

"Malam-malam begini?" kata suara di seberangnya kaget.

Gone Baby, Gone (completed)Where stories live. Discover now