Kim - First Trial

78.1K 3K 45
                                    




       

"Tian!!" Kim berkata riang begitu dia memasuki ruang kerja Tian. Dilihatnya Tian sedang membaca sesuatu di komputernya dengan kacamata, yang menandakan Tian sedang berada pada mode kerja. Tian mengangkat kepalanya hanya untuk melihat Kim, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya. Kim tidak peduli dan duduk di hadapan Tian.

"Sepertinya aku harus mengganti sekretarisku karena selalu membiarkanmu masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu," sindir Tian. Kim hanya terkekeh.

"Aku suka Samantha! Rugi sekali jika kamu memecatnya. Selain cekatan, dia juga cantik bukan?" kata Kim. Tian mendengus. Samantha merupakan sekretaris yang baru saja bekerja dengannya 6 bulan belakangan, dan saat bertemu Kim, mereka berdua akrab seketika. Mengetahui hubungan Kim dan Tian yang sangat dekat, Samantha tidak pernah memberitahu atau meminta ijin Tian setiap Kim datang, kecuali sedang ada tamu atau klien di ruangan Tian.

"Ya, cantik, tapi dia satu spesies denganmu."

Kim terkikik geli. Justru itu yang membuatnya cocok dengan Samantha atau yang biasa dia panggil Sammy. Sammy juga tipe wanita yang riang dan sedikit gila sepertinya. Sammy bahkan berani untuk menantang Tian atau bersikap menyebalkan tanpa takut dipecat. Ayah Tian yang mempekerjakan Sammy, sehingga Tian tidak punya kuasa untuk memecatnya tanpa alasan kuat.

"Andai saja kamu bisa tertarik pada Sammy. Aku akan sangat senang," kata Kim.

"Jadi, kamu sedang butuh apa?" tanya Tian tanpa mengalihkan pandangan dari komputernya dan mengabaikan kalimat gadis itu. Kim cembetut. Sahabatnya selalu berpikiran buruk padanya.

"Aku hanya ingin cerita."

"Tentang pangeran berkuda putihmu?"

"Dia tidak berkuda! Dan dia tidak putih. Kulitnya tanned, sangat hot!" kata Kim menggebu-gebu.

"Sepertiku?"

Kim mendengus tidak suka namun mau tidak mau mengangguk. Harus Kim akui, Tian juga memiliki paket lengkap seorang pria. Tian cerdas, kaya, tampan. Dia memiliki satu kekurangan, kekurangan ayng membuat Kim tidak mungkin jatuh cinta pria itu. Tidak, Kim tidak bisa memberitahu kekurangan pria itu. Itu rahasia kecil mereka berdua.

"Iya. Sepertimu."

"Oke."

"Dia lebih tinggi darimu, ototnya juga sedikit lebih besar," kata Kim lagi seraya mengamati Tian untuk membandingkan pria itu dengan pria pujaannya. Tindakannya tak ayal membuat Tian merasa risi.

"Lalu kalian sudah have sex?"

Kim mendesah kecewa dan menggeleng.

"Boro have sex. Dingin banget dia kaya kutub utara."

Tian hanya tertawa. Dia tidak mengerti dengan obsesi gila Kim pada pria ini.

"Bagaimana dia sekarang?"

"Dia semakin tampan," kata Kim dengan wajah menerawang, "rumahnya sangat kosong dan terkesan hampa. Tidak apa-apa, aku akan menyulap rumahnya menjadi lebih baik. Dia bersikap sangat dingin padaku dan mengusirku untuk pergi."

Tian menghela nafasnya.

"Jauhi saja dia, Kim. Aku punya firasat dia akan menyakiti hatimu."

"Tidak bisa! Aku tidak mau kalah sebelum perang. Aku bahkan belum mencoba sama sekali. Tidak apa apa patah hati, itu konsekuensi dari mencintai bukan? Kamu harus menerima senangnya juga sakitnya."

"Iya, tapi aku ragu kamu akan menerima senangnya. Bagaimana jika dia memanfaatkan cintamu hanya untuk tubuhmu?"

"Tidak apa-apa. Tapi sepertinya tidak mungkin. Aku bahkan menciumnya dan dia hanya diam!"

Gone Baby, Gone (completed)Where stories live. Discover now