Sahabat Hidup

1.8K 79 10
                                    

New story diawal tahun 2018..

tebak-tebak buah manggis, ada berapa jumlah judul lagu dalam cerita ini dan apa saja judulnya ? yang benar dapat hadian..hehehe.

.

.

.

Udara malam berhembus terasa dingin saat menyentuh kulit. Bulanpun sudah mulai nampak untuk menghiasi langit, satu persatu bintang mulai bermunculan untuk menemani bulan berjaga, namun gadis cantik itu tak berniat beranjak dari duduknya. Duduk termenung disebuah ayunan besi dengan sebuah buku diary ditangannya. Entah sudah berapa lama ia berdiam disana, yang pasti sangat lama. Terlihat tak ada sorot kebahagiaan dari bola matanya, yang ada hanyalah sorot kesedihan.

Ting...

Ting...

Ting...

Sejak tadi ponselnya terus saja berbunyi, namun gadis itu selalu mengabaikan dan tidak berniat untuk membuka atau bahkan mengetahui siapa orang yang tadi mengirim pesan untuknya.

Baru kali ini kurasakan ada yang beda...

Tadinya tak pernah menatapnya lebih lama...

Awalnya biasa, semakin hari semakin berbeda...

Getarannya tak lagi sama...

Alunan lagu fall in love terdengar merdu dari ponselnya, itu tandanya tidak lagi pesan yang ia terima, melainkan sebuah panggilan masuk untuknya.

Dengan malas ia meraih ponsel yang berada disaku kanan jaketnya dan melirik nama yang tertera dilayar ponselnya sebelum menggeser tombol berwarna hijau dan mendekatkannya pada daun telinganya.

"Hallo Prilly lo dimana, sama siapa ? ini udah malam Prill dan lo belum pulang juga, lo lihatkan bulan sudah bersinar ditempatnya ?"baru saja Prilly mendekatkan ponselnya ketelinganya, namun sudah terdengar suara heboh dari seberang sana.

"Udah ?"tanya Prilly dengan malasnya.

"Gue ada disebuah tempat dan gue sendiri, gue lihat dan tau kalau ini sudah malam."sambung Prilly.

"Ditempat mana ? kalau udah tau ini malam cepet pulang dong, gue khawatir tau sama lo, dari matahari masih malu-malu buat muncul sampai bulan sudah muncul lo belum balik juga, mana pesan gue enggak lo balas."cerocos sahabatnya itu penuh amarah.

"Gak penting buat lo tau dimana gue, yang pasti tempat ini sangat mendukung buat gue menenagkan diri."lagi-lagi Prilly menjawab dengan nada suara yang terkesan malas dan sedikit ketus.

"Iya udah enggak penting dan lupakan. Sekarang yang terpenting lo pulang, selesaiin masalah lo di rumah bukan malah kaya gini, emang dengan gini caranya semua masalah bakal selesai ?"

"Iya gue bakal pulang, tapi nanti."

"Astaga Prill, pulang sekarang. Lo tau enggak gue itu khawatir sama lo, ini sudah malam dan lo diluar sama sendirian."ternyata sahabatnya itu masih sama, walaupun galak dan cuek tapi masih ada rasa simpatinya.

"Kalau lo enggak pulang dalam jangka waktu 1 jam gua bakal hubungi si puppy lo dan gue akan suruh dia untuk cari lo sampai ketemu, atau bahkan suruh seret Lo buat pulang ."Ancam sahabatnya itu.

"Jang..."ucap Prilly terpotong karena sahabatnya itu terlebih dahulu mematikan sambungan teleponnya.

Dengan cepat Prilly memasukkan ponsel dan diarynya kedalam tas ranselnya dan bergegas untuk pulang, dalam hati ia masih ingin berdiam diri ditempat ini namun bagaimana lagi ia tak mau jika si Dea benar-benar menghubungi si dia dan meyuruh untuk mencari dirinya. Dalam hati ia memang marah dan kesal padanya, namun entah kenapa rasa takut padanya masih selalu menghantui dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story AliilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang