♪ 11 ♪

6 1 0
                                    

Samudra menatap Mellody dan Azkha yang berjalan berdampingan. Dia terlihat tidak suka melihat kedekatan Mellody dan Azkha.

"Ngapa bro?" Dennis menepuk pundak Azkha. Lalu pandangannya tertuju pada Mellody dan Azkha.

"Lo demen ama Mellody ya?" Tanya Dennis. Samudra mendengus lalu berbalik. Azkha terkekeh kecil sebelum mengikuti Samudra.

"Kayaknya seru kalo dibuat cerita. Judulnya cowok patah hati..hahha" Tawa Dennis. Azkha melirik Dennis kesal.

"Terus aja buat cerita tentang orang lain. Cerita lo kapan?" Tanya Samudra. Dennis tertawa kecil.

"Gak niat bikin cerita tentang gue..." Dennis menyahut. Hal itu membuat Samudra makin kesal.

"Sam...gue tanya lagi sama lo. Lo suka sama Mellody apa sama Olin?" Tanya Dennis. Samudra diam.

"Kalo suka sama Mellody, kejar. Lo jangan mainin perasaannya Olin. Olin tuh suka sama lo" Kata Dennis.

"Gue juga suka sama dia" Balas Samudra. Dennis melirik Samudra. Kedua alisnya bertatut.

"Buktiin!" Tantang Dennis. Samudra menatap Dennis.

"Bukti apa? Kalo gue suka sama dia? Apa gue harus jadian dulu supaya lo percaya?" Tanya Samudra. Dennis tertawa.

"Sam...lo kenapa sih? Gue cuma minta bukti. Lagian kenapa lo marah. Apa salahnya lo jadian sama Olin dan Azkha jadian sama Mellody?" Tanya Dennis.

"Kenapa nyambung-nyambung ke Azkha sama Mellody. Gak usah ngomongin mereka" Kata Samudra.

"Lo pernah janji kan sama Mellody. Jika suatu saat enggak ada lagi yang peduli sama dia, lo akan peduli sama dia? Lo belum buktiin ucapan lo. Bahkan sekarang yang peduli sama dia adalah Azkha. Jelas gue gak percaya sama yang lo omongin. Gue mau bukti kalo lo emang bener-bener suka sama Olin. Bukan sekedar nafsu karena dia cantik" Dennis menepuk bahu Samudra lalu meninggalkan Samudra di koridor yang ramai.

Samudra tercenung mendengar perkataan Dennis. Benar apa yang dikatakan Dennis. Dia pernah berjanji pada Mellody tapi dia mengingkarinya. Samudra menghela napasnya gusar.

"Kak" Samudra menoleh kesamping dan melihat Olin yang sedang tersenyum padanya. Samudra tersenyum melihat Olin.

"Apa?" Tanya Samudra. Olin menyodorkan coklat pada Samudra.

"Happy Valentine Day" Kata Olin. Samudra tertegun. Sekarang tanggal 14 Febuari. Valentine.

"Eh...sorry Lin...kalo tujuan lo ngasih coklat ke gue buat ngerayain valentine gue gak bisa terima" Kata Samudra halus. Senyum dari wajah Olin luntur sesaat. Lalu dia tersenyum lagi.

"Why?" Tanya Olin.

"Umat islam dilarang merayakan Valentine Lin...masa lo gak tahu?" Tanya Samudra. Olin tertohok. Baru kali ini ada yang benar-benar patuh pada agamanya.

"Hehe...gue tahu...cuma...apa salahnya ngasih coklat ke lo? Dari dulu mantan-mantan gue selalu ngerayain valentine" Kata Olin. Samudra terkekeh. Dia berjalan meninggalkan Olin.

"Kak" Olin mengejar Samudra dan menyejajarkan langkahnya. Tangannya masih memegang coklat.

"Kalo lo mau sama gue, jangan ngereyain valentine" Kata Samudra. Pipi Olin memerah.

"Sini" Samudra mengambil coklat dari tangan Olin. Lalu membuka bungkus coklatnya.

"Katanya gak mau" Tanya Olin saat Samudra mematahkan coklat itu.

"Kalo tujuan lo buat ngerayain valentine, gue gak mau nerima. Tapi sekarang tujuan lo lain kan?" Tanya Samudra. Dia menyuapkan sepotong coklat pada Olin. Olin menerima coklat itu dengan pipi memerah. Samudra adalah cowok yang tak disangka-sangka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 30, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AS (1) - The ChoiceWhere stories live. Discover now