♪ 01 ♪

26 12 15
                                    

"Tujuan hidupku cuma satu, membahagiakan mama"
♪ Mellody ♪

Gadis kecil itu menekan tuts-tuts pianonya dengan perlahan, matanya terpejam, seolah sudah hapal bagian tuts-tuts piano itu berada.

Cahaya temaram bulan menyinari wajahnya yang menghadap dinding kaca. Matanya kembali membuka dan memperhatikan bulan yang tampak bulat sempurna di hadapannya.

Dia melihat warna keemasan di sekelilingnya. Warna kesukaannya, menurutnya warna itu begitu lembut. Selembut jari-jemarinya yang menekan tuts piano.

Sejenak lagu Fur Elise yang dimainkan gadis itu terhenti karena sang pemain terpikat dengan cahaya cahaya keemasan yang mengelilinginya, tapi saat jari itu berhenti warna itu menghilang juga.

Gadis kecil itu kembali memainkan lagu terkenal karya Beethoven lainnya. Tangan kecilnya lincah menekan tuts piano. Tangannya seperti menari di tuts itu.

Segala kegundahan hatinya dilepaskan dengan menekan tuts piano. Gadis sekecil dia sudah mahir bermain musik berkat didikkan sang ayah yang juga berkecimpung di dunia musik.

Sebuah suara menginterupsi gerakkannya. Bukan sebuah tapi ada dua orang yang sedang bertengkar dari luar ruang musiknya.

Gadis kecil itu menuju pintu, menutup rapat pintu kaca itu. Lalu dia terduduk dengan kepala yang tersembunyi di lutut.

"Mell" Gadis kecil itu menyingkir dari pintu, membiarkan kakaknya masuk dan memeluk dirinya.

"Rion...Rion gak akan pergi kan?" Tanya gadis kecil itu, sang kakak mengecup puncak kepala adiknya.

"Rion gak akan pergi...gak ada yang pergi dari rumah ini Mell, percaya sama Rion" Kata Rion. Mell mengangguk, seulas senyum terukir di bibirnya.

Lalu Rion mengangkat Mell dalam gendongannya.

"Mell tidur ya...Rion temani" Rion membuka pintu ruang musik lalu menggendong adiknya yang hampir terlelap ke dalam kamar bernuansa biru milik sang adik.

Pagi harinya Mellody terbangun dan tak menemui Rion di sampingnya. Dengan wajah khas bangun tidur, Mellody keluar kamarnya.

Lantai dua tampak sepi, maka dari itu Mellody turun ke bawah. Dilihatnya Rion dan sang ayah yang mau pergi.

"Papa...Rion" Mellody menghampiri dua pria yang sangat berarti bagi hidupnya itu.

"Kalian mau kemana?" Tanya Mellody. Mata besarnya mengerjap-ngerjap. Lucu.

"Papa..sama Rion mau pergi"

"Rion bilang...Rion gak bakal pergi..tapi Rion bohong!!" Kata Mellody. Bibirnya mengerucut. Membuat dia semakin lucu.

"Sssstttt....kita gak akan pergi jauh Mellody...kita ada di hati Mellody selalu" Kata papanya. Pria paruh baya itu mengecup pipi putri pertamanya.

"Gak boleh...papa sama Rion gak boleh pergi!!" Mellody memeluk erat lengan sang ayah.

"Mell..sini sama mama....jangan halangi papamu.." Mellody menatap sang ibu yang tengah menggendong adik kecilnya.

"Mell..ke mama ya...sekarang tujuan hidup Mell cuma satu" Mellody mengerjapkan matanya kepada sang ayah.

"Apa?"

"Membahagiakan mama" Kata sang ayah sebelum benar-benar pergi dari hadapan Mellody.

♪♪♪♪

Laki-laki kecil itu sedang memainkan pasir lembut di bawah kakinya. Tangan gembulnya mengacak-acak pasir. Mencari kerang atau pun siput.

Seekor kerang berwarna putih berhasil didapat anak itu. Dibawanya kerang itu ke dalam laut, membiarkan kerang itu terbawa air laut.

AS (1) - The ChoiceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt