Epilog

157 21 6
                                    


•••

Aku menangis,
Aku kehilangan,
Aku ditinggalkan,
Aku berduka untuk kedua kalinya.

Kau pergi, tidak untuk kembali.
Kau hilang, tidak untuk kembali.
Kau meninggalkanku, dan tidak akan kembali.

Apa yang terjadi padamu tidak pernah ku tahu, kau menyembunyikannya dariku, kau bahkan tak mengabariku di saat-saat terakhirmu.

Calum, bahkan aku belum sempat mengatakan padamu bahwa Aku sangat mencintaimu, dan aku tidak cukup kuat untuk bisa hidup tanpamu.

Kau berbohong padaku.
Kau berkata bahwa aku tidak akan pernah mengalami hal seperti ini, dan kau bilang aku harus percaya padamu bahwa kau tidak akan meninggalkanku.
Lalu ini apa, kau berbohong padaku.

Calum aku mencintaimu, senyummu, tawamu, suaramu, kerutan di kedua ujung matamu, candaanmu, dan semua yang ada pada dirimu.
Kau mahluk yang paling indah yang pernah Tuhan ciptakan untuk mewarnai hariku, menjadi matahari untuk hariku, dan menjadi penerang untuk gelapku.

Tapi sekarang, kau pergi.
Tidak akan ada lagi pemesan tetap Tiramisu Ice Bleded di cafe.
Tidak akan ada lagi pengunjung tetap di meja nomor 25.
Tidak akan ada lagi yang aku tunggu ketika aku berada si sana.
Dan aku yang belum sempat menanyakanmu tentang kenapa hanya Tiramisu Ice Blended yang selalu kau pesan? Aku ingin sebuah jawaban untuk itu.

Kau pergi, meninggalkan semuanya.
Meninggalkan cinta, luka, dan duka pada hatiku.
Aku bahkan belum membawamu menemui Ayah, untuk meminta ijin memilikiku.
Atau mungkin kau sudah bertemu, disana, di tempat terindah yang Tuhan berikan untuk kalian.
Jika iya, bilang pada Ayah bahwa kau ingin memilikiku.

Calum, aku menangis sekarang.
Untukmu, pria terhebat kedua setelah Ayah.
Aku mencintaimu seperti aku mencintai Ayah, tidak berubah.
Aku menyayangimu seperti aku menyayangi Ayah, tidak salah.
Aku membutuhkanmu, seperti aku membutuhkan Ayah, kalian pelindungku.

"Kenapa pergi,"

Aku tidak tahan, aku tidak kuat, aku rindu, aku ingin Calum.

Aku ingin kau ada disini, bersamaku, berbagi canda dan tawa, tertawa bersama, dan berbagi cinta.
Aku tidak bisa, tidak bisa tanpamu, tanpa senyumanmu, tanpa suaramu, kau membunuhku Calum.

"Aku ingin kau ikut denganku, ada yang ingin ku tunjukan padamu,"

Itu Luke, teman Calum, dialah yang memberitahuku tentang Calum.
Tentang kepergian Calum, tentang pesan terakhir Calum.

Luke datang menemuiku di cafe, memanggilku dan memberitahukan tentang Calum padaku.

Awalnya aku tidak percaya, tapi dia teman Calum.
Luke tidak mungkin berbohong, dan sekarang aku disini.

Tempat terakhir Calum, tempat dia bersitirahat, dan tidak menahan semua sakit yang dia rasakan.

"Ada sedikit kejutan yang dia buat dua hari yang lalu, sebelum dia dibawa ke rumah sakit,"

Aku menoleh, ke arah Luke yang berjongkok di sampingku.

Aku menangis lagi, menangis dengan semua usaha Calum yang coba dia lakukan dalam keadaan sakit.

Calum, aku mencintaimu untuk seluruh hati dan jiwaku.

Aku berjalan melangkah memasuki kamarnya, tempat dia beristirahat dari segala lelahnya.
Kamar apartemennya tertata dengan rapi untuk ukuran seorang pria, dan ini-- sangat wangi, wangi aroma tubuhnya. Ah~ aku rindu.

Di sudut kamar ini banyak sekali gitar juga bass yang tergantung dengan rapi, sepertinya itu adalah salah satu barang yang menjadi kesukaannya.
Kenapa aku baru tahu?

Aku semakin melangkah, kali ini yang menarik perhatianku adalah sebuah gitar yang tersimpan dengan sembarangan di atas tempat tidurnya.

Aku menangis, ketika kulihat ada setangkai bunga mawar merah beserta selembar kertas dan juga pena yang tergeletak disampingnya.
Apa dia sedang membuat lagu saat itu?

"Mungkin ini terdengar gila, tapi aku memang benar-benar gila.
Aku tidak pernah tahu apa alasan pasti dari kata cinta, tapi aku merasakannya.
Aku tidak berniat menyatakannya padamu, atau pun mengajakmu untuk berkencan denganku.
Aku lebih ingin memilikimu, meminta ijin pada Ibumu, dan menjadikanmu bukan hanya untuk pasangan kencanku, tapi pasangan hidupku.
Aku jatuh cinta, tidak pada pandangan pertama yang tidak sengaja.
Aku jatuh cinta, sejak Tiramisu Ice Blended buatanmu masuk ke dalam mulutku, lewat melalui tenggorokanku, dan lanjut sampai ke jantungku.
Mungkin itu aneh, tapi memang itu yang aku rasakan.
Rasanya seperti menggambarkan dirimu, yang sangat manis dan seperti terlihat dingin namun ternyata mampu menghangatkan.
Livia Hayder or Livia Hood,
Kau gadis cantik yang benar-benar menarik hatiku.
Tidak, bukan hanya karna paras cantikmu.
Tapi sifat hangat dan mandirimu, kau begitu bekerja dengan keras meski kau adalah orang yang kurasa cukup tanpa harus bekerja.
Tapi aku melihat ada harapan tersendiri dimatamu ketika kau melakukan pekerjaanmu.
Jangan tanya kenapa aku tahu, karna aku memang selalu memperhatikanmu.
Kau tidak bisa ku lewatkan, kau seperti harapan untuk masa depan. Tapi-- maafkan aku.
Kurasa aku tidak akan bisa mencapai hal itu, penyakit ini membuatku tidak yakin untuk aku bisa melakukan semua itu.
Jangan menangis, ini hanya ujian dari Tuhan.
Aku tidak akan menyalahkan takdir karna penyakit ini, dan aku tidak akan menyesal karna mendapat bahwa aku yang menderita ini.
Aku tahu, Tuhan selalu memiliki rencana yang lebih indah di setiap apapun yang ia berikan kepada umatnya.
Dan bertemu denganmu, itu ku anggap sebagai anugerahnya.
Meski tak bisa lebih lama aku berada di sampingmu, ataupun menikmati waktu bersamamu.
Tapi aku selalu bersyukur karna Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bisa bersamamu meski itu tak cukup lama, itu tetap akan ku syukuri.
Livia, sebenarnya banyak sekali yang ingin aku katakan padamu.
Tapi ku rasa jika aku mengatakan semuanya, aku hanya akan membuatmu terus menangis, jadi ku rasa ini cukup.
Jangan menangis, aku memang pergi darimu, tapi aku tidak pernah pergi dari hatimu.
Aku menyayangimu dan bahkan mencintaimu seperti aku mencintai Tiramisu Ice Blended buatanmu, itu tetap akan selalu menjadi menu favoritku sepanjang masa.
Karna dari sanalah aku menemukan dirimu, menemukan hatimu yang dingin namun mampu menghangatkan jiwaku.
Aku tahu kau juga menyayangiku Livia, katakan saja sekarang padaku.
Aku sudah tahu sejak-- aku meminta ijin pada Ibumu waktu itu.
Katakan Livia, karna cintamu tidak bertepuk sebelah tangan.
Aku mencintaimu, Livia.
Gadis Tiramisu Ice Blended, penghangat hatiku.
I miss you, dan jangan lagi menangisiku.

*Pejamkan matamu, dan rasakan aku memelukmu juga mengecup dahimu, karna hanya itu yang mampu aku lakukan untuk menenangkanmu, kemudian buka matamu kembali, dan rasakan, aku selalu ada di hatimu setiap detik jantungmu berdetak*

-Calum Hood

•••

Tiramisu Ice Blended • Calum HoodWhere stories live. Discover now