Seven

162 24 7
                                    

"Pewarna wajahku,"

•••

Aku lelah!
Tidak, bukan karena bekerja atau apapun. Tapi, hatiku.
Aku lelah, sudah hampir dua jam aku menahan lelah hatiku yang terus meloncat-loncat tidak karuan.

"Kau kedinginan?"

Aku merinding, mendengar dia berkata demikian. Iya, aku dingin, aku kedinginan. Karna kau yang terus membuatku berkeringat dingin seperti ini.

"Ah- sedikit,"

Dia tersenyum, kemudian melepas hoodie yang dia pakai, dan menyerahkannya padaku.

"Pakai, untuk sekedar menghangatkanmu sebelum aku memelukmu,"

Aku ingin pingsan.
Apa yang dia katakan, tidakkah dia merasa bahwa aku sudah ingin meleleh sekarang.

"Pakai Livia, aku tidak punya penyakit kulit sama sekali, tidak perlu khawatir,"

Bukan itu Calum, tentu saja kau tidak memiliki penyakit.
Kau hanya memiliki virus, dan itu sudah menular padaku.
Virus cinta, kau tahu.

"B-bukan begitu, aku hanya tak enak. Lalu kau, hanya memakai kaos itu?"

Dia tertawa -lagi-
Dan itu, manis. Kerutan dikedua ujung matanya sangat lucu, aku ingin menyentuhnya.

"Tidak perlu khawatir, aku tidak kedinginan. Kau disampingku, itu sudah menghangatkan,"

Calum fucking Hood, berhenti berkata. Kau hanya membuatku semakin tidak kuat, membangunkan kupu-kupu dalam perutku, membangunkannya untuk segera berterbangan.

"Kau penghangat untukku,"

"Cal, berhenti berkata,"

Aku, aku tidak tahan lagi.

"Kenapa, kau tak suka?"

Dia gila, kau gila Calum.
Aku suka, bahkan cinta untuk seluruh yang ada pada dirimu.
Aku hanya tak sanggup mengatakannya, aku tak ingin kecewa.

"Tidak Calum tidak, aku hanya--merasa lelah, ingin segera pulang,"

Aku menunduk, menatap kakiku.
Seperti berjalan, tapi tidak merasa menapak.
Apa ini mimpi, tapi kurasa ini nyata.
Bersama Calum, berjalan beriringan, dan bergandengan tangan.

"Ini baru dua jam, apa kau bosan?"

"Tidak,"

Aku menjawab dengan spontan, tentu aku tidak bosan dan tidak akan pernah bosan.
Menikmati waktu bersama denganmu adalah hal yang selalu ku inginkan, jangan membuatku semakin ingin memelukmu Cal.

"Kalau bagitu jangan pulang dulu, aku masih ingin menikmati waktu denganmu. Kau tak tahu betapa aku harus menyiapkan mentalku untuk meminta ijin pada Ibumu, dan sekarang ketika aku sudah mendapatkannya, aku tidak boleh menyia-nyiakannya,"

Astaga Calum, aku ingin mati saja rasanya.

Kau adalah kau, kau bukan mereka. Kau adalah pria idaman, kau berbeda. Kau mampu membuatku tersenyum hanya dengan leluconmu, dan kau mampu membuat jatuh hatiku hanya dengan suaramu. Itu gila, dan kau yang membuatku gila.

"Liv, kenapa diam?"

Aku sedang menormalkan hatiku, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya bahagia sekarang, aku ingin mengatakannya padamu.

"Ah- aku hanya ingin mendengarkanmu dengan baik,"

Dia tersenyum, dan menatapku.

"Sepertinya lebih,"

Aku tidak mengerti.

"Lebih?"

"Aku, lebih dari tertarik padamu. Bisa tolong kembalikan hatiku, kau sudah mencurinya sejak dua jam yang lalu,"

•••

Tiramisu Ice Blended • Calum HoodWhere stories live. Discover now