3

114K 561 2
                                    

Nadin ikut dengan Refan setelah mengiyakan ajakan Refan untuk main ke apartemennya. Sepanjang jalan mereka hanya diam mungkin mereka bingung ingin membicarakan apa, yang pasti didalam lamborgini mewah Refan ini sangat sunyi.

Sebelum itu..

Refan mendengar suara samar dari toilet wanita. Bukan samar sih, semakin dekat semakin jelas, suara itu seperti pasangan Making Love yang memilih kamar mandi sebagai tempat ritual mereka.
Saat Refan sampai ditoilet wanita, kuamati pintu-pintu disana, semua terbuka kecuali nomor 4, toilet paling ujung di ruangan ini.
Semakin lama semakin jelas bukan hanya 2 orang yang mendesah tapi 3, entah apa yang membuat Refan sangat ingin tahu, Refan pun mengintip dari bawah. Hanya ada sepasang sepatu. Dan Refan tahu itu sepatu siapa.

"Mungkin sehabis ini, aku bisa mengajak dia berkencan hingga melakukan hal 'itu'" batin Refan.

Kret........

Akhirnya pintu itu terbuka, dan tepat sasaran. Dugaan Refan benar, dia Nadin, muridnya yang sexy.
"Bagus Din filmnya?" sapa Refan mengagetkan Nadine.

"Eh pak Refando," mukanya tersenyum kagok.

"Panggil Refan aja Din, main ke apartemenku yuk?" ajak Refan.

"Boleh.." jawabnya tanpa pikir panjang.

Refan tidak pernah berfikir bahwa ini akan sangat mudah. Dan juga ajakan Refan diiyakan oleh Nadine, muridnya yang sudah ia incar. Seharusnya itu bagus, karena semua berjalan sesuai rencananya.

****

Sampailah mereka di apartemen mewah dilantai atas yang super duper nyaman dan sexy. Semuanya lengkap, Nadin sampai terperangah melihatnya. Ada beberapa pintu kamar disini, namun Refando hanya mengajakku untuk kekamarnya yang tak kalah mewah.

"Um... Pak? Bapak baru pindah ya? Barangnya gak terlalu banyak tuh kayanya" Nadin mencoba memulai pembicaraan.

"Saya gak suka ada banyak barang di apart saya, dan jangan panggil pak, saya belum setua itu, panggil Refan aja," jawabnya.

"Mau minum apa? Juice? Or wine?"

"Bapak.. Eh maksudnya Refan sedia wine di rumah?" Sahut nadin kaget dan melihat lebih dekat wine itu.

"Em, saya boleh coba wine?" minta Nadin.

"Boleh, tapi jawab dulu pertanyaan saya. Tadi, film apa yang kamu tonton di toilet?" tatapnya menyelidik.

"Hanya film blue yang kemarin ku download,"

"Hanya menonton? Atau ingin melakukannya?" tanya Refan lagi.

"Aku tidak ingin melakukannya," jawab Nadin lantang.

"Tapi saya mau.."

Seketika tubuh Nadin tertubruk tubuh besar Refan dan itu sangat berat menurut Nadin. Tingginya yang hanya 155cm tidak sanggup menahan tubuh Refan yang saat ini benar-benar sudah bertatapan dengannya.
Baju yang dikenakan Nadin pun mendukung suasana saat ini. Hem putih polos yang tidak terlalu tebal dan bra hitam yang mencolok terpampang dihadapan Refan yang menatap gunungnya dengan tatapan 'ingin'. Nadin berusaha menolak tapi makin keras cengkraman Refan kepadanya.

"Jawab saya, kamu mau ngelakuin 'itu' sama saya?" Refan bertanya dengan nafas yang tak beraturan dan seperti orang kehausan.

"Nafasnya begitu memburu," batin Nadin.

"Maaf saya gak mau," tantang Nadin sambil berusaha mendorong Refan. Tapi nihil, tenaga Refan terlalu kuat.

"Tapi kamu harus mau," tatapan ngeri yang diberi Refan ke Nadin sungguh menaikkan hasrat Nadin dan sekaligus membuatnya takut.
Refan mengikat tangan Nadin ke atas dan membuka paksa celana jeans pensil yang dipakai Nadin. Tak lupa ia melucuti dalamannya. Pikiran Refan kacau dan hasratnya tak tertahankan. Ia mulai mengeluarkan senjatanya dan memulai untuk memasukkannya ke organ intim Nadin.

"Stoop!! Please stop!" suara Nadin terisak.

Refan yang melihat Nadin menangis pun berhenti dan melepas ikatan Nadin lalu bergegas ke kamar mandi untuk menenangkan dirinya. Sementara Nadin sibuk memakai kembali pakaiannya dan duduk ditepi ranjang menunggu Refan keluar dari kamar mandi.

Nadine hampir saja melakukannya dengan om-om itu. Om-om mesum yang tampan. Namun Nadine tidak bisa melepaskan keperawanannya untuk orang yang baru kmia kenal. Mungkin jika ia lebih mengenalnya, Nadine akan memberikannya.

Cklek..

"Eh, emm Refan,"
Lagi-lagi ia membuat Nadine panas dengan hanya melihatnya hanya mengenakan sehelai handuk yang terlilit dipinggangnya.

"Kamu boleh pulang Nadin," ucapnya tanpa menatap Nadine sayu. "Maaf.." lanjutnya menyesal.

"Boleh aku tinggal disini setelah masa kontrak apartemenku habis?" ucap Nadine keceplosan. Akal sehatnya merutuki bibirnya saat ini karena bicara seenaknya.

"Apa maumu?"
Mukanya suram, Nadine merasa bersalah terhadapnya. Nadine hanya diam menatapnya.

"Sebenarnya, bagaimana perasaanmu terhadapku Refan?"

To be continued..

Hyper Love (Edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang