1. That Man, That Woman

1K 50 11
                                    


Sebuah mobil van putih berkaca gelap berhenti di depan kediaman Kim Jong Kook pagi ini. Dari pintu pengemudi, turun seorang lelaki yang masih cukup muda dengan perawakan besar. Lelaki itu adalah Kim Kap Jin, manajer Jong Kook. Dengan sigap ia membukakan pintu penumpang depan begitu melihat artis asuhannya keluar rumah.

"Biar aku yang menyetir hari ini," ujar Jong Kook, melewati manajernya begitu saja dan langsung duduk di belakang kemudi.

Tanpa berprotes, Kap Jin masuk melalui pintu penumpang yang telah ia buka sejak tadi. "Ada undangan lagi, Hyung," katanya setelah memakai sabuk pengaman, "Aku sudah melihat fotonya. Menurutku gadis ini yang paling cantik di antara semua pasangan kencanmu dulu."

Jong Kook menghela napas panjang. Tatapannya terfokus ke depan, sama sekali tidak menoleh ke arah manajernya. Ketika mobil memasuki jalan raya yang padat, barulah ia buka suara, "Kapan?" tanyanya dengan ekspresi tidak tertarik.

"Akhir pekan ini, setelah undangan acara di Busan."

Kembali, Jong Kook menghela napas panjang-panjang. Undangan kencan buta, lagi-lagi. Entah sudah berapa undangan kencan buta yang ia terima bulan ini, dan entah sudah berapa undangan pula yang ia tolak. Jong Kook tidak mempunyai cukup waktu untuk memikirkan semua undangan itu, apalagi menerimanya. Saat ini ia sedang sangat sibuk mempersiapkan album terbarunya. Belum lagi dengan berbagai tawaran untuk membintangi iklan dan juga drama.

"Kau tahu, Kap Jin-ah. Aku lebih senang disuruh menginap semalaman di gym daripada duduk berdua di restoran bersama seorang gadis yang tidak kukenal," ucap Jong Kook, sedikit menggerutu.

"Aeee... ayolah, Hyung. Kau tidak akan bisa menikah dan memiliki anak dengan barbelmu itu. Jadi lebih baik kau bertemu dengan seorang gadis manusia asli, berkenalan, berpacaran, dan menikah dengannya. Lagipula aku sudah terlanjur menyetujui undangan itu. Jangan membuat mereka kecewa."

Jong Kook memberengut. Ia menyalakan lampu sen sebelum menyentakkan setir ke jalur kiri. Diraihnya persneling untuk memindahkan gigi, lalu diinjaknya pedal gas dalam-dalam. Mobil putih berbodi besar itu meluncur dan meliuk dengan lincah di jalanan kota Seoul yang padat. Ini merupakan salah satu cara bagi Jong Kook untuk meredakan kegelisahan dalam hatinya. Pikiran yang terfokus ke jalanan membuatnya sejenak lupa pada permasalahan yang tengah ia hadapi.

Tidak ada percakapan lain selama sisa perjalanan. Tidak ada kata sepakat, karena mau tidak mau, suka tidak suka, Jong Kook harus menuruti kata manajernya. Mereka tiba di studio kurang dari dua puluh menit. Pagi ini ada jadwal rekaman untuk lagu yang akan menjadi soundtrack drama terbaru di stasiun televisi KBS2.

"Oppa!"

Tatapan Jong Kook tertumbuk pada gadis berambut pirang yang barusan memanggilnya, "Eo, Bada-ya! Kau sudah di sini?"

Choi Sung Hee, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Bada, menepuk-nepuk kursi di sebelahnya dengan penuh semangat, tak lupa sambil tersenyum cerah, "Duduklah! Duduklah! Jong Shin Oppa sebentar lagi akan memulai briefing sebelum kita rekaman."

Tepat setelah Jong Kook duduk, Yoon Jong Shin keluar dari ruangan sebelah bersama seorang lelaki lain. Mereka terlihat tengah mendiskusikan sesuatu.

"Aku suka sekali lagu ini!" ujar Bada, membuat Jong Kook kembali menoleh ke arah gadis itu. Dilihatnya Bada tengah menatap lembar partitur di tangannya dengan mata berbinar. Gadis ini, batin Jong Kook geli, selalu ceria dan penuh energi, persis seperti anak kecil.

"Aku juga suka," Jong Kook ikut menatap lembar di tangannya. Kemarin mereka telah mempelajari lirik dan nadanya. Bada langsung jatuh cinta pada lagu bernada ceria ini, cocok sekali dengan kepribadiannya.

다시 (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang