"Ohw, jadi Mas Didik juga pernah kerja di Klinik Cinta?!" kagetku.

"Iya, ketika Mas Wawan sudah masuk penjara. Memang Lilis belum pernah cerita. Semua culas itu sudah direncanakan pelacur murahan ini, Mas!" tuding Mbak Lilis mengarahkan ujung jarinya sambil melotot tajam.

"Eh, sembarangan! Bibir monyong asal jeplak! Asal kamu tahu yah, saya sebenarnya tidak mencintai Mas Didik. Dia sengaja kudekati untuk kuberikan pada si Ana," jelas Yuyun.

"Wan, percayalah. Ceritanya panjang. Tidak mungkin kuungkap di sini," imbuh Yuyun meyakinkanku.

"Halah, omong kosong! Tidak mencintai Mas Didik? Maksudnya?" sanggah Mbak Lilis mengeluarkan irama jengkelnya.

"Iya, maksudnya apa? Jelas-jelas kamu itu perebut suami orang. Kamu sinting ya? Akalmu itu ke mana ketika kamu rebut suami sah dari perempuan ini? Mbak Lilis ini sudah punya anak. Eh, malah kejamnya kau rusak kebahagiaan mereka!"

"Kau bilang saya kejam? Tolonglah. Lihat dengan hatimu. Jangan asal menyalahkan saja. Toh, Mas Didik sendiri yang mau sama saya dan lantas dia sendiri juga yang memilih kabur, terus sekarang lari ke Ana?" ungkapnya ribet. Mbulet. Dasar perempuan ini memang mengesalkan.

"Kamu jangan plin-plan! Sekarang saya tanya mulai dari awal!"

"Yang pertama, siapa yang lebih dulu mendekati Mas Didik? Kamu, apa dia?"

"Ya, Mas Didiklah yang sering godain aku!"

Mbak Lilis dengan sigap membantah. "Eh, lidah lonte pandai bersilat! Kamu masih ingat kolak pisang yang kau berikan pada suamiku? Pakai jampi-jampi apa kamu, syetan?! Asal kamu tahu! Saya sampai trauma ketika ada tetangga mengantar makanan ke rumah. Kamu tidak tahu betapa sakit hati ini ketika kamu mesum di rumahku dengan suamiku? Apa kamu tidak punya hati? Di mana hatimu, hah? Di mana, Yun? Di mana?!!!"

Tangis Mbak Lilis pecah.

Yuyun kembali menunduk. Diam.

"Kamu perempuan, kan? Jika iya, tentu kamu tahu bagaimana rasa sakitnya ketika pria yang kita cintai serong ke wanita lain? Kamu paham kan bahasaku ini?"

Aku mendekati Mbak Lilis. Hatiku ikut terbang ke langit kesedihan. Rasa diselingkuhi itu ibarat dada ditusuki paku runcing ribuan biji jumlahnya.

"Sabar ya, Mbak. Sabaaaarrr ...." pelanku.

"I, iya Masss ... orang ini cek tegane ke saya, Mas. Cek tegane."

"Saya tidak menyangka. Seorang wanita cantik berkarier cemerlang itu adalah penjahat cinta. Tak punya akal, tak punya nurani, seperti betina menarik jantannya lalu bermesum ria di pinggir jalan tanpa punya rasa malu!" umpatku mengeluarkan kekesalan.

Yuyun tiba-tiba mendongak. Mungkin dia terkejut aku bilang seperti itu.

"Apa kau bilang, Wan?!"

"Bermesum ria di pinggir jalan tanpa punya rasa malu!" ulangku.

"Plakkk ....!!!"

Si Yuyun menamparku pelan.

Mbak Lilis sigap membalasnya.

"Plakkkkk !!!" Satu pukulan keras mendarat ke muka Yuyun. Balasannya berlipat-lipat jika dibanding tamparannya ke pipiku itu.

"Jangan melukai Mas Wawan sedikit pun!" bentak Mbak Lilis gagah berani. Yuyun tidak berani membalasnya lagi.

"Sudah, Mbak. Saya tidak apa-apa. Tamparan kecil dari perempuan ini tidak terasa," tenangku.

Yuyun kebingungan. Gelisah. Rupanya dia ingin kabur meninggalkan ruang persidangan ini.

Ratu Balqis Tidak BerjilbabWhere stories live. Discover now