#5 : He is.....

21.7K 1.3K 382
                                    

Alfa's POV

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.


Alfa's POV

.

.

.

.

Langit ditaburi oleh banyak bintang... Ini terlihat indah dimataku, dan aku sungguh menyukai pemandangan seperti saat ini.

Kami berdua; lebih jelasnya aku dan Reza menatap langit malam bersama sambil berbaring di lapangan basket ini. Apa aku lupa akan sesuatu? Apa iya? Mungkin saja.. Karena aku tidaklah menggunakan kata-kata yang biasa kugunakan padanya. Brengsek, iblis, Lucifer pengganggu.... Aku tak tahu kenapa.. Aku hanya tak ingin menggunakan kata-kata itu sekarang.

"Bukankah langit malam ini terlihat begitu indah..?" kataku sambil terus menatap langit ini.

"Ummm..." seperti itulah jawabannya.. Dia begitu aneh, terkadang dia juga begitu cerewet..

"Lantas siapa yang kau sukai? Kak Fanny? atau mungkin Kakak kelas kita; Kak Imel?"

Entah ada angin apa ini, Reza menatapku dengan begitu intens.. Dia bahkan sama sekali tak menjawab pertanyaanku. Aku menjadi sedikit bingung karena dia biasanya begitu cepat tanggap dan aktif saat menjawab semua pertanyaan yang kulontarkan padanya.. Mungkin pertanyaanku memang sedikit frontal karena sebenarnya hubungan atau apapun yang hendak dia jalani itu bukanlah urusanku juga.

"Kamu sungguh mudah ditebak juga Reza Prawijaya.. Aku sudah tahu dari awal kamu menyukai kak Imel.. Nomor di chat line itu; ada namanya..." sahutku lagi.

.

.

.

.

"Aku menyukaimu..... Alfa.."

Apa ini? Apa yang baru saja terjadi? Apa aku salah dengar? Bagaimana bisa aku mendengar kalimat yang begitu sakral ini.. Kalimat ini langsung masuk begitu saja ke dalam gendang telingaku dan menghentikan kinerja tubuhku.

Ini tidak benar, sama sekali tidak benar.... Aku pasti salah mendengar hal ini..

"Fa...?"

"Fa....?"

"Hei Alfa...!" sebuah suara memecah keheningan bersamaan dengan rasa sakit yang langsung menjalar di tulang belakangku karena sebuah hantaman yang keras.

Aku langsung bangun dari posisiku dan menatap tajam sosok yang ternyata berteriak sekaligus melempar bola basket ke arahku; si brengsek Reza.

"Kamu sedang mengkhayal hal apa? Kupanggil-panggil kamu dari tadi tapi sama sekali tak direspon juga." ucap Reza.

"Bagaimana bisa kamu melemparku dengan bola keras ini? Sakit tau!!" teriakku padanya sambil menunjukkan bola yang kupegang.

"Lah.. Habisnya kamu diam saja saat kupanggil.." pungkas Reza.

I Wonder If You Hurt Like Me | TAMATWhere stories live. Discover now