"Kenapa mukamu kayak nggak suka gitu?" ucapnya dengan tatapan menyelidik.

Tuhkan salah lagi! Diriku ini sepertinya selalu salah dimatanya.

"Ng-nggak kok!" ucapku sambil menunduk, nggak berani natap matanya yang tajem itu.

Keadaan canggung mulai menerpa diriku dan Mas Misterius. Dia tengah duduk dikursi samping ranjang dan sibuk dengan ponselnya.

Sedangkan aku?

Hanya bisa memainkan jari dan terkadang masih mencuri-curi pandang sama Mas Misterius. Kesempatan jangan di sia-siain cuy!

Hingga suara pintu terbuka berhasil mengalihkan perhatianku dan Mas Misterius.

Dibalik pintu muncul seorang cowok yang sepertinya adalah kakak kelas, dengan segelas teh yang asapnya masih mengepul dan sebungkus roti di masing-masing tangannya.

"Ini pesanan lo, Xel!" Kakak kelas berkacamata tebal itu mendekat dan menaruh teh dan roti tadi ke atas meja. Aku bisa merasakan kalau dia sedang gugup. Kenapa ya? Perasaan Mas Misterius nggak gigit deh!

Mas Misterius berdehem sebelum mengeluarkan selembar uang berwarna biru dan menyerahkannya ke kakak kelas itu. "Nih! Kembaliannya lo ambil saja!"

Eh busyett!! Kagak salah tuh?!
Teh anget cuma 2000, roti juga cuma 1000. Cuma habis 3000 masa' dibayar 50 ribu dan kembaliannya dikasih semua.
Itu masih 47 ribu oy! Nggak sayang duit apa!!

Cowok berkacamata itu tidak menggubris perkataan Mas Misterius dan malah menatapku. Biasalah orang cantik, banyak yang demen 😏

"Ngelihatin aja terus, tapi jangan harap bisa sekolah dimanapun!"

Suara dingin itu berhasil membuat cowok itu menoleh dengan cepat dan wajahnya langsung berubah menjadi pucat pasi, kayak kucing ketahuan nyolong ikan hiu.

"Eh, jangan dong! Janji gak bakal gue ulangin lagi deh!" mohon cowok itu dengan tampang melas-nya.

Mas Misterius hanya diam dengan wajah datarnya dan tak melepaskan tatapan matanya padaku. "Pergi lo!" usirnya kemudian.

Cowok itupun semakin panik dan tampang melas-nya bertambah berkali-kali lipat kuadrat. "Eh, jangan gitu dong! Plis, jangan keluarin gue!"

"Kasian, mas!" ucapku merasa simpati. Siapa juga sih yang mau dikeluarin dari sekolah dan tidak diterima disekolah lain?

Dia malah menatapku tajam nan dingin. "Kamu belain dia? Kamu suka sama dia?"

Lah, kok jadi gini sih?

"Nggak! Aku cuma kasian, dia itu udah kelas 12 bentar lagi ujian! Kamu tega?" jelasku.

"Bodo!"

Aku pun memandang cowok itu sambil mengangkat bahu, menyerah. Namun sialnya, cowok itu malah memasang wajah melas padaku. Dan aku nggak tahan ditatap kayak gitu 😑

"Mas boleh minta apapun sama aku kalo dia nggak dikeluarin." Ujung-ujungnya aku yang berkorban. Tapi nggak apa-apa lah, dapet pahala oy!

Alis Mas Misterius terangkat sebelah. "Apapun?"

Dan akupun hanya bisa mengangguk pasrah. Oh, nasibmu Riana....

Cowok itu mengucapkan terimakasih tanpa suara dan hanya aku balas dengan senyum kecil.

"Nggak usah senyum-senyum!" peringat Mas Misterius. "Dan lo! Ngapain masih disini? Pergi sana!"

Cowok itu tersentak dan langsung pergi dari sini. Sedangkan aku?

Hanya diam dengan rasa dongkol yang luar biasa dihati. Ngeselin banget ini orang! Masa' senyum aja nggak boleh!

"Sekarang kamu minum obatnya!" perintahnya mutlak.

Dan seorang Riana pun hanya bisa mengangguk pasrah dan menuruti permintaannya. Ups, ralat! PERINTAHnya.

Setelah meminum obat yang pahitnya layaknya pengkhianatan seorang sahabat, aku pun segera berbaring kembali.

Agak risih sih sebenarnya kalau sedari tadi Mas Misterius menatapku terus dengan jarak yang sangat dangerous bagi kesehatan jantungku. Seakan-akan diriku akan menghilang jika lepas dari pandangannya.

"Kamu pacar aku! Dan kamu adalah milik aku selamanya."

Ucapan kepemilikan itu langsung membuatku bertambah be to the te. Iya iya Mas, mbak Riana yang cantiknya cetar membahana udah denger kok! Nggak usah diulangin lagi, tadi ditaman kan juga udah 😑

Bibirku terbuka hendak melayangkan protes, namun Mas Misterius sudah terlebih dahulu memotongnya dengan secepat bajaj bajuri dipasangi mesin tenaga turbo.

"Aku nggak nerima penolakan!"

Wajahku melengos kesal. Mas Misterius ini selain bossy and otoriter, dia ternyata juga tipe pemaksa ya 😒

"Ok, aku bakalan nerima Mas Axel jadi pacarku." Mungkin ini adalah jalan keluar yang terbaik. Entah bagaimana nasib hidupku nanti, semuanya ku serahkan hanya kepadamu sang pencipta. Semoga masa depanku nanti akan se-kinclong jidatnya pak Ogah, amiiiinn 😿

"Tapi ada satu syarat!"

Sudut bibir Mas Misterius yang tadinya tertarik ke atas, kembali melengkung ke bawah setelah mendengar ucapanku. "Apa?" tanyanya dingin.

Aku menelan salivaku dengan kasar sebelum berkata "Disekolah nggak boleh ada yang tahu kalau kita itu pacaran."

"Nggak!" tolak Mas Misterius dengan sangat cepat hingga membuat diriku tersentak kaget. "Nanti banyak cowok yang deketin kamu!!"

Aku menghela napas. "Gini ya mas. Mas itukan pemes banget disekolah ini, terus gimana nanti kalau aku dibully oleh fans-fans Mas gara-gara kita pacaran?"

"Bilang saja padaku." jawab Mas Misterius enteng.

Yaelah mas! Sampeyan mah enak tinggal ngomong doang, lah ane nih yang ngejalanin! Risiko-nya besar Mas, menyangkut keselamatan segenap jiwa dan ragaku.

"Aku nggak nerima penolakan!" ucapku meniru perkataan Mas Misterius tadi.

Dan aku bisa mendengar Mas Misterius mendengus kesal. "Baik, tapi jangan pernah deket-deket sama cowok lain didepan atau dibelakang aku. Ngerti?"

Aku mengulurkan tanganku sembari menatapnya yang balas menatapku tajam. "Deal?"

Badanku seolah tersengat oleh aliran listrik 100 juta watt ketika tanganku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh telapak tanganku.

"Deal."

---------------------------------------------
Tbc.

Halooo para readersku yang masih setia menunggu ceritaku yang satu ini 😊

Sebelumnya maaf kalau kedepannya nanti saya akan ngaret banget buat update cerita ini, karena saya lagi dalam misi menamatkan cerita saya yang satunya heuheu...

Ok, bye-bye!

Possessive Boyfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang