The Fate: A Rainbow After Rain

Magsimula sa umpisa
                                    

"Seingatku dia ada hubungannya dengan Kuro-chan ..."

Gerakan tangan yang membongkar halaman itu terhenti. Eksistensi pemilik nama segera membayang di pelupuk mata. Menghilangkan semangat yang sempat ada hingga tubuh itu langsung terduduk di lantai.

Lagi, aliran air mata itu mengalir di sela tawa getir yang terdengar. Juga isakan yang mengiringi umpatan keluar lancar dari bibir itu. Membuka lagi kerapuhan sang pemilik yang semakin hancur.

Dasar bodoh! Padahal kau melihatnya sendiri Ainawa! Mereka sudah berpacaran! Kesempatanmu untuk mendekati lelaki itu hilang sudah! Tak ada gunanya kau menangisinya, Baka!

Suara imajiner membahana di kepalanya. Terus menghakimi akan perasaanya yang masih tumbuh subur itu. Terus menghujat hingga lelah sendiri. Dan menutupi apa yang sebenarnya ia cari.

.

Kuingin berhenti

Kuingin lepaskan diri

Tapi ku tak tahu jua

Bagaimana caranya

.

Seminggu sudah berlalu, dengan Yousuka yang mencoba melupakan semuanya. Namun sepertinya, ia memerlukan waktu yang sangat panjang untuk itu.

"Yousuka-san? Yousuka-san?"

Yousuka mengerjap begitu melihat kibasan tangan di depannya. Ia menoleh, dan mendapati seorang teman yang tersenyum padanya.

"Apakah kau sakit?"

Yousuka menggeleng. Kemudian melukis senyum di wajahnya.

"Ada apa?"

"Hari ini, giliran kelas kita yang memiliki shift untuk menjaga UKS. Dan ketua kelas menunjukmu," ucap gadis itu kemudian mengangsurkan sebuah bet lengan berlogo UKS pada Yousuka.

Yang ditawarkan segera menerima. Setelah bersiap-siap, ia meminta kepada temannya itu untuk mengisi absen kelasnya. Lalu, ia segera menuju UKS.

Di ruang UKS yang sepi, Yousuka duduk termangu di kursinya. Bingung hendak berbuat apa di ruang berdominasi warna putih itu. Hendak membersihkan, sayangnya UKS punya tim yang akan memastikan tak setitik pun debu menempel di sana. Jadilah ia hanya menjaga seraya membaca sebuah manga.

Manga yang terbaca sudah habis, giliran saku yang terogoh untuk diambil isinya. Sebuah ponsel sewarna jelaga segera dioperasikan. Memutar lagu klasik yang membuat pendengarnya menjadi terhanyut dalam melodi.

Namun itu tak berlangsung lama karena suara ribut yang terdengar dari luar. Segera Yousuka mematikan musiknya dan bersiap.

Pintu terbuka. Menampilkan sosok yang langsung membekukan penjaga. Selanjutnya, suara sedikit berat membuyarkan kondisi.

"Sumimasen, Yousuka-san. Apakah persediaan coldpack masih ada?" tanya lelaki itu tanpa memberikan ekspresi.

Yousuka mengangguk samar. Terpatah-patah gerakannya yang bangun dari kursi dan menuju lemari penyimpanan. Sedikit gemetar, ia membongkar isinya. Kemudian menemukan dua bungkusan sewarna laut.

"Gomen nasai. Hanya dua yang tersisa," ucapnya seraya menyodorkan benda itu. Sementara wajahnya menunduk. Berharap detak jantungnya juga akan menundukkan frekuensi.

"Etto, Yousuka-san?"

"Ya?"

Yousuka segera mendongak begitu namanya disebut. Menatap netra langit siang yang juga menatapnya. Menimbulkan sensasi yang menyesakkan dada.

[Hiatus] Random [Author's Book]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon