Janji 16 - Senang walau Remedi

36K 4K 296
                                    

Nirma dan Alya saling memberi tebakan tentang perubahan irregular verb, tatkala Agil menghampirinya dengan menenteng buku paket Bahasa Inggris. Sepertinya ia juga baru selesai belajar untuk ulangan Bahasa Inggris siang ini.

"Nir, kemarin lo beneran enggak apa-apa? Tutor lo beneran udah pulang?" tanyanya penuh kekepoan.

Alya melirik Nirma yang tampak salah tingkah dengan pertanyaan Agil. "Belum pulang sih, tapi dia enggak marah-marah banget. Kayaknya dia takut dicakar sama kucing gue."

Agil mengernyit heran, tapi sesaat kemudian ia tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya yang rapi. "Kucing? Yang lo nemu di dekat halte itu?"

"Kok lo tahu gue nemu kucing itu di dekat halte?" tanya Nirma dengan alis saling bertaut.

Agil tertawa ganjil, matanya melirik ke kanan atas, sebelum akhirnya berujar, "Kemarin kan, lo cerita. Lupa ya?"

"Masak sih?" Nirma berusaha mengingat percakapannya dengan Agil kemarin. Namun, seingatnya ia sama sekali tidak menyebutkan tentang Jejen maupun asal-usul kucing itu.

"Ah, lo tuh masih muda udah pikun," gerutu Agil dengan wajah sebal. "Jangan lupa sama presentasi Geografi bagian lo ya. Awas aja kalau lo lupa. Lo harus bayar utang lo kemarin, dua kali lipat."

"Iya, iya. Udah beres kok, tinggal gabungin sama punya yang lain aja," seloroh Nirma yang dijawab Agil dengan anggukan. Cowok itu kembali ke tempat duduknya, tanpa menyadari Alya memandangnya penuh curiga.

"Yang tadi itu apa? Jangan bilang itu ketua kelompok yang peduli sama anak buahnya karena gue enggak bakal percaya." Dahi Alya berkerut-kerut seperti saat ia berusaha memahami sesuatu. "Gue juga ketua kelompok kali, dan gue enggak selebay Agil waktu nanyain urusan pribadi lo."

Nirma memutar bola matanya bosan. "Udah deh, enggak usah mulai lagi. Niat Agil baik kok. Dia cuma pengin gue mulai bergaul sama yang lain juga."

Alya menggeleng tak terima. "Kayaknya dia suka deh sama lo."

Nirma terbahak keras hingga menarik perhatian yang lain termasuk Agil. Gadis itu buru-buru menunduk untuk meminta maaf. "Lo ih, aneh-aneh aja. Kemarin dia udah bilang kami cuma teman kok, enggak usah ngarep yang aneh-aneh."

Mata Alya menyipit, masih belum percaya dengan ucapan sahabatnya. "Ya ampun, Al. Lo tahu gue sayang banget sama rambut panjang gue kan?" tanya Nirma yang dijawab Alya dengan anggukan, belum paham apa maksud gadis itu. "Denger, kalau Agil sampai bilang suka sama gue, gue bakal potong rambut ini."

"Heh! Itu mulut, hati-hati kalau ngomong." Alya terkejut dengan taruhan Nirma karena ia tahu betul, Nirma sangat menyayangi rambut panjangnya.

"Habisnya lo enggak percaya." Nirma mencebik kesal dengan tingkah sahabatnya. "Lagian, gue enggak mungkin suka sama Agil. Gue suka sama orang lain."

Alya terkesiap, hampir saja mulut embernya berkoar lagi, jika Nirma tidak buru-buru memelototinya. "Siapa? Si Voldemort itu? Bukannya lo bilang, lo enggak yakin masih naksir dia apa enggak?" tanyanya antusias. "Gue penasaran, itu si Voldemort kok bisa sampai bikin lo mau ngerjain soal-soal Bahasa Inggris."

"Uhm ... kalau nilai gue ulangan nanti di atas KKM, lo gue kasih tahu deh. Tapi, please lo jangan ember," ujar Nirma malu-malu yang direspons Alya dengan ibu jari yang mengacung tegak.

***

Nirma menyiapkan matcha cream puff, matcha truffle, dan secangkir matcha latte di meja tamu, untuk menyambut tutornya hari ini. Sudah hampir seminggu ia menunggu saat-saat ini. Senyuman di bibirnya terkembang lebar mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

JANJI [Completed]Where stories live. Discover now