13

13K 1.6K 228
                                    

Lengkap di KK. Link di bio ya. Belum ada di Playstore.

Happy reading zeyengku. Lope-lope dua hektar 🤣

❤️❤️❤️

Kinara sudah dipindahkan ke ruang perawatan setelah dokter memutuskan melakukan operasi karena terdapat pendarahan di otak. Beruntungnya area pendarahan tersebut tidak luas hingga tidak menimbulkan hal yang lebih fatal. Gara masuk ke kamar inap Kinara setelah membeli segelas kopi di kantin rumah sakit karena kopi yang dibawakan Bi Nah sudah dingin dan tidak enak diminum. Usai meletakkan gelas kertas itu, Gara mendekat ke arah Kinara yang tertidur karena pengaruh obat bius saat operasi. 

Ia menarik kursi ke samping bed pasien lalu mendudukinya. Tangannya bergerak pelan menyentuh dahi Kinara yang berkerut, mengusapnya lembut sampai hilang lipatan tersebut. Apakah wanita ini kesakitan? Atau mimpi buruk? Apa yang tengah menghiasi mimpinya hingga kerutan itu kembali lagi? Memikirkan hal itu, ia teringat ucapan Paman Tomo beberapa waktu lalu. Walaupun beliau mengelak untuk menjawab saat ia bertanya, tapi Gara yakin ada sesuatu yang terlewat olehnya.
Bagaimanapun ia harus mencari tahu, jika Paman Tomo tak mau menjawab, ia akan bertanya pada Paman Amir.

Gara mengusap kasar wajah lelahnya, lalu meraih tangan Kinara yang bebas, menggenggamnya erat. Mungkinkah dirinya selama ini telah salah menilai wanita ini? Bisa saja, jawab nuraninya jujur. Mungkin saja ia sudah termakan omongan-omongan yang digaungkan oleh oang-orang yang tak suka Kinara sehingga ia bersikap tak adil padanya dan membenci Kinara.

Begitu besarnya kebencian yang ia rasakan sampai menutupi nuraninya, membutakannya, dan membuat tuli akan kebenaran yang sesungguhnya. Ia hanya mendengar dari satu pihak mengabaikan penjelasan gadis itu. Ya Tuhan, jika benar apa yang di pikirannya betapa berdosanya Gara membuat wanita ini sengsara karena mendukung kekejaman Aries.

Ia terdiam menatap perempuan yang tergolek lemah tidak sadarkan diri itu. “Maafkan aku, Ra.” Kali ini ia akan mencari tahu kebenaran itu sampai akar-akarnya. Ia akan meminta maaf dengan tulus meskipun tidak akan mendapat pengampunan darinya. “Cepat buka matamu, Ra. Aku tidak suka melihatmu seperti ini.”

Tuhan seolah mendengar permintaannya, ia menangkap erangan lirih, sangat lirih sampai-sampai ia harus mendekatkan telinganya. "Ya Tuhan! Kamu sadar," ucapnya dengan perasaan gembira. Kekhawatirannya menghilang dalam sekejap. Bayangan buruk yang menghantuinya pun lenyap tak berbekas. Perempuan itu sadar. "Bagus. Ayo buka matamu. Bagus ya begitu ... buka terus matamu,"tukas girang. Gara menekan tombol di samping atas kepala ranjang untuk memanggil dokter.
 
Kening Kinara berkerut, mengapa orang itu berkata demikian? Bukankah matanya sudah terbuka, apa orang itu buta tidak bisa melihatnya?

"Buka terus matamu, Sayang. Ya begitu ... ayo kamu pasti bisa. Terus. Bagus." 

Kinara berusaha sekuat tenaga membuka kelopak matanya yang terasa berat. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa orang itu terus saja menyuruhnya membuka matanya? Tidak tahukah bahwa itu membutuhkan tenaga ekstra darinya? Ia berusaha sekuat tenaga membuka kelopak matanya. Akhirnya, secara perlahan terbuka juga kedua kelopak mata Kinara. Di sana nampak pria paruh baya menggunakan jas putih dan stetoskop di dadanya. Harum khas obat-obatan menyeruak merasuki hidungnya, apakah ia berada di rumah sakit? Tapi kenapa? 

"Nona, apa anda mendengarku?" tanya pria itu.

Kinara memejamkan mata, memberi sinyal bahwa ia mendengar perkataan dokter tersebut.

Waiting For Love (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now