Part 4

1.4K 142 11
                                    

[SUDAH REVISI]

Dahi Kristal mengernyit mencium bau amis yang menusuk hidungnya. Matanya melihat Ms. Karina yang buru-buru memindahkan gelas-gelas di meja. “Duduk!” Telinga Kristal mendengar suara dingin itu lagi. Lantas duduk di sofa kosong, di samping Ms. Karina yang baru saja kembali.

“Sebelumnya, aku ingin bertanya kenapa di sini bau amis? Rasanya tidak mungkin kalau bau ikan yang berasal dari dapur, kan tempat ini jauh dari dapur.” tanya Kristal dengan mata mengedar.

“Itu adalah bau—”

“Salmon. Aku baru saja makan itu.” Ms. Karina memotong perkataan Rio.

“Tapi kenapa sangat menyengat?” Dia memicingkan matanya.

Rio menggeram tak suka dan melemparkan pandangan dingin. “Bisakah kau tutup mulutmu dan cukup diam saja? Kau ini bawahan kami,” ucapnya yang langsung membuat Kristal mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

“Kenapa kau tertidur tadi?” tanya si pendiam berkacamata, Eric.

Setelah sekian lama pertanyaan itu meluncur dari mulut Eric, tapi Kristal tak kunjung menjawabnya. “Kenapa tak dijawab?” tanya Ms. Karina.

“Maaf, tadi ‘kan Tuan Rio yang terhormat menyuruhku untuk menutup mulut dan diam.” Mereka langsung memberikan reaksi yang berbeda-beda. Rio yang menggeram, Rian yang menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa dengan mata yang semakin menajam, Eric yang memijat keningnya, Alder yang tertawa terbahak-bahak dan Ms. Karina yang tersenyum geli. Sementara Kristal memandang mereka penuh heran. “Siswi-siswi di sekolah pasti akan berteriak histeris melihatmu tertawa,” celetuk Kristal. “Tapi aku tidak,” lanjutnya.

Alder yang sudah percaya diri langsung muram. “Kau memang perempuan aneh.”

“Kristal, maksudnya kau hanya perlu diam dan berbicara seperlunya saja.” Ms. Karina menjelaskan yang langsung diangguki Kristal. “Jadi, kenapa kau tertidur di jam kerja?”

“Karena aku mengantuk.”

Rio, Alder, dan Ms. Karina kompak menepuk dahinya, nyaris frustasi. “Seharusnya kau professional dalam bekerja,” kata Eric.

“Maaf.” Kristal menundukkan kepalanya.

“Kau kami pecat.”

Kristal langsung mendongkak dengan mata membulat sempurna. “Bagaimana bisa? Aku baru sekali melakukan kesalahan. Dan, jaman sekarang mencari pekerjaan itu susah, bagaimana bisa kalian membiarkan anak sebatang kara sepertiku menderita?”

“Bekerjalah di tempat tinggal kami.”
***

Kristal resmi dipecat dan sekarang ia tengah termenung di mejanya, mengabaikan Jean yang terus mengoceh kepadanya dan juga Kevin. Dia sedang memikirkan pekerjaan yang ditawarkan oleh keempat lelaki di belakangnya.

“Kau kenapa? Ku lihat kau terus diam sambil menumpu dagumu dengan tatapan kosong.” Ternyata Kevin menyadarinya. Begitu pun dengan Jean yang langsung memusatkan perhatiannya pada Kristal.

“Aku dipecat.”

Baik Jean atau Kevin, sama-sama terkejut. “Bagaimana bisa? Kau sudah bekerja di sana selama kurang lebih tiga tahun,” ujar Jean.

“Aku tertidur saat pemilik restoran datang,” ujar Kristal sembari menumpukan dagu di atas lipatan kedua tangannya.

“Oh, si pengusaha misterius itu menunjukkan dirinya?”

Kristal mengangguk. “Tapi mereka juga menawarkan pekerjaan baru, mereka ingin aku bekerja di tempat tinggal mereka.”

“Mereka? Bukan hanya satu?” Jean dan Kevin terus mengintrogasi Kristal karena penasaran juga dengan pengusaha yang juga pemilik restoran itu. “Apakah mereka punya maksud terselubung? Maksudku, mereka tiba-tiba memecatmu dan menawarkan pekerjaan di rumahnya.” Gadis itu tak mengetahui kalau yang sedang dibicarakan berada di belakang tubuhnya.

Kristal menggelengkan kepalanya pelan. “Aku ingin tidur dulu. Kalau guru sudah datang, tolong bangunkan aku.” Setelah mendapat anggukan, Kristal pun menutup matanya dan istirahat sejenak setelah semalaman mencari pekerjaan baru.
***

Pelajaran terakhir adalah olahraga, sekarang Kristal berada di lorong, tempat loker-loker berada. Dia sedang mengambil seragamnya untuk di bawa pulang. Tempat itu sangat sepi mengingat siswa-siswi telah pulang, termasuk teman-temannya. Kristal pulang agak terlambat karena sebelumnya bertemu dengan Mrs. Arlita dan beliau memintanya untuk membantunya membawa buku-buku tugas siswa.

“Dari mana saja?”

Kristal terlonjak kaget dan berbalik dengan mata melotot. “Kau! Mengagetkanku!” sentaknya pada Rian. Kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya, memasukkan seragam ke tasnya. “Lagi pula apa urusannya denganmu aku sudah dari mana.”

“Baiklah, lagi pula aku sudah mengetahui jawabannya,” balas Rian yang saat ini bersandar di loker-loker itu dengan kedua tangan terlipat di dada, memerhatikan Kristal.

Geraman keluar dari mulut Kristal. “Kalau sudah tahu kenapa harus bertanya!?”

Rian menaikkan kedua bahunya acuh tak acuh. Kemudian memandang serius Kristal, ya meskipun memang wajahnya selalu terlihat serius, dingin dan misterius. “Bagaimana? Mau bekerja di rumah kami?”

Kristal menutup pintu loker dan balas menatap Rian. “Tidak,” ujarnya dengan ragu-ragu.

“Yakin?” alis Rian terangkat sebelah, terlihat jelas sedang menggoda gadis itu. Dilihatnya Kristal mengangguk pelan. “Baiklah kalau begitu. Semoga kau bisa mendapatkan pekerjaan baru.” Lelaki itu membalikkan badan dan melangkah. Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik baju seragamnya, satu sudut bibirnya terangkat dan dia pun kembali membalikkan tubuh setelah mengembalikkan rautnya ke datar. “Ada apa?”

Gadis itu menundukkan kepala, “aku…” Kristal menggigit bibirnya gugup dan perlahan menatap Rian. “Mau,” sambungnya.

***
A/N
Sorry, lama gak update. Baru masuk ku sudah dikejar-kejar tugas, bukan dikejar cowok😂
Minggu kemarin banyak PR, minggu depan banyak ulangan, sungguh aku bahagia jadi anak yang rajin😋

Sambil nunggu aku comeback, bisa baca dulu ceritaku yang lain, judulnya Possessive Kahfi.

Jangan lupa juga ya kasih vote 👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Legendary DreamOù les histoires vivent. Découvrez maintenant