Part 1

1.7K 117 7
                                    

[SUDAH REVISI]

Dahinya mengernyit saat matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia memandang bingung gorden yang terbuka, perasaan semalam gordennya tertutup. Kristal mengucek mata kemudian bangkit dari ranjang Tapi tak sengaja matanya menangkap gelas yang terisi penuh di atas nakas. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Kristal ingat betul air minum dalam gelas itu sudah tandas tadi malam. “Aneh,” gumamnya lalu meminum air tersebut. Setelahnya Kristal berjalan ke kamar mandi, tapi langkahnya mendadak berhenti saat merasa ada sekelebat angin melewati punggungnya. Dia menoleh dan tak menemukan apapun. Apa itu hanya halusinasi sesaatnya saja? Kristal kembali melanjutkan langkah yang tertunda.

Usai melaksanakan ritual paginya, Kristal kembali masuk ke kamar. Dahinya mengerut dengan sangat jelas kala melihat ada pakaian di ranjangnya, bahkan lengkap dengan pakaian dalam. “Apa di sini ada orang selain aku? Tidak mungkin,” katanya bermonolog. Kristal pun memakai pakaian itu. “Pilihan yang bagus. Tapi siapa yang menyiapkannya?”

Kristal menyisir rambutnya di depan cermin. Tak sengaja dia menangkap sosok bayangan berjubah hitam di pojok ruangan yang gelap, hanya sekilas karena setelahnya menghilang, bahkan Kristal sendiri tak yakin jika matanya benar-benar menangkap sosok itu. “Kenapa aku jadi sering berhalusinasi begitu?” dia mengoleskan pelembab ke wajahnya lalu mengambil dompet dari dalam laci. “Mungkin aku stress, kalau begitu ayo kita belanja.”

Kakinya melangkah keluar kamar lalu menutup pintu kamarnya dengan rapat. Kemudian dia melanjutkan langkah dan mengunci pintu rumah sebelum menyetop taksi yang membawanya ke supermarket. Kristal keluar dari taksi usai membayar biaya perjalanannya, dilanjutkan dengan masuk ke dalam supermarket yang menyuguhkan berbagai macam makanan. “Siang ini aku makan apa ya?”

Saat akan berjalan ke rak mie, tak sengaja tubuhnya menabrak seseorang. Kristal membungkukkan kepalanya kecil. “Maaf.” Ketika mendongkak, ia terkejut saat melihat orang itu. “Kevin?” 

“Hei! Belanja juga?” tanya lelaki itu. Kevin adalah salah satu teman sekelas Kristal. Mereka cukup dekat karena rumahnya berdekatan, jadi setiap pergi atau pulang sekolah mereka selalu bersama. “Kenapa tidak bilang padaku? Kan kita bisa pergi bersama?”

“Kau yang tak mengajakku,” ujar Kristal sambil memanyunkan bibirnya. “Ya sudah, kita belanja bersama.” Mereka pun belanja bersama diiringi dengan perbincangan ringan dan lelucon-lelucon yang dilontarkan Kevin. Tapi Kristal merasa ada sesuatu yang aneh, seperti..ada seseorang yang mengawasinya. Kepala Kristal menoleh ke belakang namun ia tak mendapati apa pun, hanya orang-orang yang berlalu lalang dan asik berbelanja, tak ada yang mencurigakan.

“Ada apa?” tanya Kevin heran melihat Kristal yang celingak-celinguk.

“Ah, tidak apa-apa.” Kemudian Kristal kembali belanja, meinggalkan Kevin yang masih bertanya-tanya.

***

Kristal telah kembali ke rumah. Dia menyimpa semua barang belanjaannya di atas meja dapur, lalu menuju ke kamar. Sebelum masuk ke ruangan itu, Kristal menatap pintunya, merasa ada sesuatu yang aneh. Dia mengangguk pelipisnya yang tidak gatal dan seketika mengingat sesuatu. “Tadi ‘kan sebelum pergi pintu ini aku tutup rapat.” Matanya menatap was-was kamarnya. “Apa ada seseorang menyusup ke rumahku? Apakah pencuri?” matanya terbelakak membayangkannya.

Perlahan kakinya melangkah masuk ke dalam kamar, mengendap-endap. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri bergantian, aman. Dia menuju kamar mandi, aman. Lalu mengintip lemari baju, aman juga. Lalu dimana pencurinya?

Dahi gadis itu mengerut saat melihat secarik kertas di atas meja rias. Dibukanya kertas itu.

Welcome to my world. Jangan dekat-dekat dengan lelaki lain.

Mata Kristal menatap nyalang kertas itu. “Apa maksudnya? Jadi benar ada penyusup masuk ke kamarku? Apakah lelaki?” Dia kembali bermonolog. Diletakkannya kertas itu di dalam laci, kemudian mengganti pakaiaanya dengan yang lebih santai. Dia mengikat rambutnya asal dan kembali ke dapur untuk menatap barang-barangnya.

Kini rasanya jantung Kristal berhenti berdetak. Barang belanjaannya menghilang dan ketika membuka kulkas, mesin pendingin itu sudah penuh oleh barang-barangnya. “Siapa yang menatanya? Apakah penyusup itu masih ada di sini?” Tanpa sengaja mata Kristal mendapati bayangan seseorang berjubah hitam dari pintu kulkasnya. Ketika gadis itu membalikkan badan, tidak ada siapa pun di belakang tubuhnya. “Aneh.”

Dia menuju ruang santai untuk menonton drama harian di televisi. Di meja yang asalnya kosong, kini sudah tersaji banyak camilan. “Apa penyusup itu yang menyiapkannya? Baik sekali dia.” Kristal duduk di sofa dan membuka salah satu camilan. “Apa ini beracun?”

“Tidak.”

Kristal tersentak mendengar bisikan itu. Sontak dia melirik ke kanan, kiri dan menoleh ke belakang. “Sebenarnya ada apa?” dinyalakannya televisi itu dengan volume suara yang cukup keras. Kristal masih shock dengan bisikan di telinganya tadi.

***

Usai mandi sore, Kristal kembali ke kamar dan kejadian seperti di pagi hari kembali terulang. Dimana di ranjangnya sudah ada pakaian siap pakai. “Apa dia tidak pulang? Aku jadi merinding jika terus dibuntuti begini.” Kristal memakai pakaiannya di kamar mandi, mengingat si penyusup masih ada di rumahnya, takutnya si penyusup mengintipnya. Setelah itu dia merebahkan tubuhnya di ranjang, tapi dia sama sekali tak merasakan kantuk. Kristal mengambil gitar yang berada di samping lemari, lalu memetiknya, memainkan alunan melodi yang amat indah.

Sebuah usapan pada rambutnya menghentikan kegiatan Kristal. Namun, usapan itu langsung menghilang. “Apa penyusup itu tak terlihat oleh mataku? Transparan?” Kristal menggeleng-gelengkan kepalanya, “tidak usah berkhayal. Kau terlalu banyak membaca buku fiksi. Baiklah, sekarang istirahat.” Diletakkannya gitar itu dan dia masuk ke dalam selimut, agar dingin tak menyerangnya di kala tidur.

***

Legendary DreamWhere stories live. Discover now