1.3. LunatiC : HeadlesS

Start from the beginning
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan di pintu menyadarkan kami bahwa hari mulai gelap. Rika berdiri dari duduknya untuk membuka pintu. Ternyata yang datang adalah ibu. Beliau membawakan kami banyak makanan dan kiriman dari ibu Rudi, yaitu Mangga untuk kami makan bersama.

"Aku akan membuatkan jus mangga!" kata Nina.

Kami makan malam bersama tetapi setelah itu, Ibu pamit pulang karena tidak bisa meninggalkan ayah sendiri terlalu lama. Jadi, saat ini yang tersisa hanyalah kami berenam.

"Bagaimana kalau kita mulai?" kata Dave memecah keheningan.

"Mulai apa?" tanyaku.

"Ritual cerita seramnya!"

"Setuju!"

***

Kegiatan ini dimulai dari Rudi.

"Aku akan mulai menceritakan sebuah cerita dari desa kami" Kata Rudi. Wajahnya terlihat menyeramkan dalam gelap. "Karena Erick penduduk baru, jadi dia tidak tahu banyak tentang desa" katanya menunjuk kearahku.

"Di desa kami, banyak sekali ditumbuhi pohon pinus sehingga orang-orang menamainya dengan 'Desa Pohon Pinus'. Tetapi, pohon pinus itu terlalu banyak hingga membuat desa dikelilingi hutan pinus hingga desa kami menjadi terpencil. Setiap malam ketika orang-orang tertidur, akan terdengar sesuatu yang meloncati atap rumah penduduk satu per satu. Salah seorang penduduk yang sering melakukan ronda malam mengaku pernah melihat seseorang dengan postur tubuh tinggi, ramping, berjalan merangkak dan meloncat diatap-atap penduduk. Dia tidak memiliki wajah, kulitnya hitam, dan tetlihat seperti bayangan dalam kegelapan."

BRUK!!!

Kami semua terkejut ketika mendengar sesuatu yang sepertinya jatuh di atap.

"Selesai," Ucap Rudi.

"Selanjutnya, aku" kata Gilang. "Saat aku duduk di kelas 3 SMP, aku mengalami suatu kejadian yang menurutku mengerikan. Malam itu, aku sedang belajar untuk mempersiapkan ujian-ujian yang akan aku ikuti di akhir tahunku sebagai siswa SMP. Aku bergadang tiap malam sabtu mengerjakan soal-soal sulit. Aku tidak pernah takut karena aku memang tidak pernah mengalami hal ganjil dihidupku. Tapi pada suatu malam saat aku belajar, aku mendengar suara lonceng seperti... ting... ting... ting... lalu, seseorang berkata 'bakso.... bak.....so....' dengan Suara yang mengerikan. Ketika aku melihat jam, waktu telah menunjukkan pukul 2 pagi dan mustahil ada orang jualan bakso saat itu" Gilang menghentikan ceritanya sekilas.

"Ternyata, esok harinya aku mendengar seseorang mengalami kecelakaan tadi malam disekitar rumah kami. Orang itu adalah tukang bakso itu. Dia mengalami kecelakaan sekitar jam 11 malam dan mayatnya baru ditemukan jam 4 pagi"

"Apa kau akan begadang malam ini?" tanya Dave.

"Tidak, aku lelah, aku mungkin akan tidur" Jawab Gilang. "Siapa selanjutnya?"

"Aku" jawab Dave.

Kegiatan ini berlangsung lumayan lama, dimulai dari Rudi, Gilang, Dave, Aku, lalu Nina. Rika tidak ikut bercerita karena dia tidak berbicara. Sekarang, Dave dan aku sudah selesai bercerita. Jadi, ini adalah giliran Nina, orang terakhir yang akan bercerita.

"Waktu aku kecil, aku selalu mendengar suara ketukan dijendelaku. Biasanya suara ketukan itu muncul saat aku hendak tidur dimalam hari. Ketukan-ketukan itu terdengar setiap malam, setiap hari, dan tidak pernah berhenti. Pernah suatu ketika, aku menjadi sangat penasaran dengan ketukan-ketukan itu. Jadi, aku menghampiri jendela dan menyibak tirainya. Namun, aku tidak melihat siapapun. Tapi, aku bisa mendengar suara ketukan itu tepat didepanku. Aku pun bergidik dan menutup tirai itu lalu kembali ke kasurku.

"Tapi, aku tidak bisa tidur. Aku terus menatap jendelaku dengan perasaan takut. Tiba-tiba, aku melihat tirai jendelaku menjadi cembung, seperti ada sesuatu yang membuatnya menonjol. Lalu, sosok berwajah pucat keluar dari sana. Dia menatapku tajam, berteriak, dan tiba-tiba saja kepalanya jatuh menggelinding di bawah ranjangku"

Klik!

Kami semua menatap kearah Rudi yang menghidupkan lampu dengan tiba-tiba.

"Acaranya sudah selesai sekarang! Jadi, ayo kita tidur!" kata Rudi menatap kami dengan keringat dingin di wajahnya.

Kami pun berdiri, mematikan lilin, lalu menutup semua jendela dan pintu. Karena panti ini memiliki banyak kamar, jadi kami bisa memiliki kamar kami masing-masing. Tapi, Rudi malah memaksa masuk ke kamarku. Dia bilang acara itu membuatnya ketakutan.

"Erick, jangan tidur dulu, aku takut..." ucap Rudi mengguncang-guncangkan tubuhku.

"Tidur saja, Rudi..." jawabku mencoba kembali masuk ke alam mimpi.

"Lima menit! Temani aku lima menit saja!" katanya dengan nada memohon. Aku sangat lelah dan mengantuk. Aku benar-benar ingin tidur, tapi Rudi selalu saja menggangguku.

"Hm.. baiklah..." aku mengubah posisi tidurku menjadi duduk.

"Terima kasih, banyak!!" katanya senang.

Kami hanya duduk, tidak melakukan apapun, bahkan tidak bicara. Jika seperti ini terus akan membuatku mengantuk, jadi aku akan membuka sebuah percakapan. Tapi, tiba-tiba saja listrik dirumah kami mati.

"Apa yang terjadi, Erick?" tanya Rudi panik.

"Aku juga tidak tahu! Ayo kita bangunkan yang lain!" kataku.

"Baik!" jawab Rudi.

PRANGG!!!

kami berdua terkejut ketika mendengar suara kaca pecah. Kami pun berusaha mencari tahu asal suara itu meski tidak bisa melihat jelas dalam kegelapan. Aku menggunakan senter dari androidku dan berjalan lebih dulu dari Rudi.

"Ada apa, Erick?" tanya Gilang.

"Listrik tiba-tiba mati, jadi aku ingin pergi ke kamar Rika untuk tidur bersama!" kata Nina.

"Apa yang terjadi? Aku mendengar suara kaca pecah" kata Dave.

Kami berlima saling berpandangan kemudian pergi ke kamar Rika bersama-sama.

"Rika?"

Tok! Tok!

Tidak ada jawaban.

"Dia mungkin tidur!"

"Lihat? pintunya tidak dikunci!" Kata Nina.

"Hei, lihat ini!" kata Dave. Kami semua menoleh kearahnya yang telah membuka jendela di ruang keluarga. Kegelapan menyelimuti rumah penduduk. Jadi, tidak hanya rumah ini yang mengalami listrik padam.

"Ayo kita buka!" Nina perlahan membuka pintu

Pemandangan didalam sangat mengejutkan. Kami melihat pecahan kaca berserakan dan Rika yang duduk meringkuk dilantai.

"Erika!!"

"Rika?!"

Aku menghampirinya. Dia terlihat berantakan, ada genangan air mata di pipinya.

"Kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?" tanyaku.

Rika menggeleng lalu menunjuk kaca rias yang telah pecah dihadapannya.

"A-anak kecil itu selalu mengikuti ku..." Katanya masih dengan wajah ketakutan. "D-dia tidak memiliki kepala... dia terus mengikuti ku...."

"Apa maksudmu, Rika? Tidak ada siapapun disana..."

"ADA! DIA ADA DISANA! KEPALANYA HILANG!!!"

Kami semua membeku ditempat kami masing-masing.

.

.

TBC

Kritik dan Saran sangat diperlukan^^

LunatiC : Deep World Dark Side [END]Where stories live. Discover now